🍰 When You Love Someone

5.1K 1.1K 146
                                    

"Mau saya antar pulang?"

Seperti tujuh hari sebelumnya, perempuan di depanku ini hanya menatapku sekilas sebelum kembali melanjutkan pekerjaannya. Dapur yang sepi ditambah malam yang makin larut menambah kesan canggung di antara kami. Aku tergelak pelan.

"Perlu saya ubah?"

Pertanyaanku berhasil mengalihkan perhatiannya. "Maksud bapak?"

"Saya siapkan mobil dulu. Biar saya antar kamu pulang."

Dan yeah, cukup satu minggu ini aku menawarkan bantuan. Sekarang, aku benar-benar akan mengajaknya. Oh ya, jangan lupakan fakta kalau aku adalah Kang Brian, pria kuat yang nggak akan melupakan visi hanya karena ditolak. Ini baru awal.

Sela menghela napas sebelum mematikan kran di depannya lalu melipat tangannya di depan dada, menatapku penuh keseriusan.

"Bapak menyukai saya?"

Aku diam sedetik sebelum tergelak pelan. "Kamu sudah tahu jawabannya."

"Saya tidak tahu."

Aku menghentikan gelakanku. Setelah mengumpulkan keberanian, akupun mendekatinya lalu memegang kedua bahunya erat.

"Saya tertarik sama kamu, bahkan sejak pertemuan pertama kita. Oke, saya tahu kalau ini terlalu cepat. Baru satu minggu saya mengenal kamu, tapi percaya sama saya, Sel. Saya nggak pernah salah memahami perasaan saya."

Sela terdiam beberapa detik dengan wajah datarnya. Oh God, bahkan mata tajamnya berhasil membuat jantungku berdetak nggak karuan. Sialan memang.

"Bapak tahu tentang saya?"

Aku mengangguk. "Saya pernah mendengar beberapa kabar tentang kamu dari Danielㅡ"

"Kabar tentang apa?" potongnya nggak sabar. Aku tergelak.

"Kalau kamu bukan perempuan baik? Tapi, saya nggak peduli. Saya suka kamu apa adanya."

Sela memejamkan matanya beberapa detik sebelum melepas tanganku di atas bahunya.

"Kalau begitu antar saya pulang."

Aku membelalakkan mata, nggak percaya. Dia...serius menerima ajakanku?

🍰

Setelah hampir lima belas menit, Sela menyuruhku untuk menepikan mobilku di sebuah jalan setapak yang sepi. Lampu-lampu di tempat ini sangat nggak berguna. Kenapa mereka semua mati?

"Kita harus jalan kaki."

"Ha?"

Sela menatapku datar setelah melepas sabuk pengamannya. "Mobil bapak harus parkir di sini. Kalau keberatan silahkanㅡ"

"Nggak, saya nggak keberatan," potongku cepat. Sela mengangguk lalu keluar dari mobil tanpa menunggu.

Astaga, perempuan ini. Sedikit menyebalkan, tapi aku nggak bisa membencinya.

Aku bergegas menyusulnya yang sudah berjalan di depan sana. Gila, tempat ini menyeramkan.

"Kamu nggak takut?"

"Di sini aman."

Aku menggeleng pelan meskipun dia masih fokus menatap jalan di depannya. "Di sini gelap, Sel. Sepi. Bagaimana kalau ada pria mabuk mengikuti kamu?" tanyaku khawatir.

"Saya bisa urus diri saya sendiri," jawabnya sambil berjalan menaiki anak tangga di sebuah bangunan. Aku mengernyit. Dugaanku benar. "Ini rumah...ah, apa ini bisa disebut rumah?"

Kutatap tempat ini dengan seksama. Kukira bangunan kecil di rooftop hanya ada di drama. Ternyata, memang ada. Bedanya, ini jauh dari kata mewah.

"Kamuㅡ"

"Sel, udah pulang?"

Seorang wanita paruh baya tiba-tiba keluar dari dalam rumah, menyapa Sela dengan senyum hangatnya. Ibunya?

"Ola sudah tidur?"

"Ola? Belum kok." Ola? Adiknya? Sela hidup bertiga dengan ibu dan adiknya? "Oh, siapa Sel?"

Pertanyaan wanita itu berhasil menyentakku. Buru-buru kubungkukkan badan untuk menyapanya.

"Selamat malam. Saya Kang Brianㅡ"

"Pacarnya Sela ya?"

"Ya?"

Aku menatap Sela yang juga tengah menatapku datar. "Bos baruku," terangnya. Aku tersenyum canggung.

"Bos? Oh, yang kata kamuㅡ"

"Selaaa!"

Ucapan Ibu Sela terpotong pekikan seseorang dari dalam rumah. Seorang bocah perempuan berlari ke arah Sela sebelum memeluk pinggangnya erat.

"Kok belum tidur?" tanya Sela sambil mengusap rambut bocah itu lembut.

"Nungguin Sela."

Tanpa sadar, senyum di bibirku kian merekah. Kakiku melangkah mendekati mereka sebelum akhirnya berjongkok untuk menyamakan tinggiku dengan tinggi bocah itu.

"Ola ya?" tanyaku. Dia mengerjap pelan sambil mengangguk, sedikit kaget sepertinya. "Adik kamu lucu, Sel."

Kuusap rambut Ola pelan, berusaha memberikan tanda kalau aku bukan pria jahat, aku hanya pria biasa yang tertarik padaㅡ

"Dia Ola. Anak saya."

🍰

Drama dimulai hiyaaa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Drama dimulai hiyaaa

Om BrianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang