🍰 Still

4.5K 1.1K 104
                                    

Sela

"Itu tadi bos yang sering kamu bicarain?"

Aku menatap Bibi Minyoung sebentar sebelum menghela napas. Tanganku kembali sibuk mencuci piring kotor yang menumpuk di atas wastafel.

"Bibi nggak pulang? Sudah malam."

"Bibi nggak salah tebak, Sel. Dia suka sama kaㅡ"

"Bi." Kutatap Bi Minyoung sekali lagi, lebih serius. "Ya, dia suka sama aku."

"Kan, bibi bilang apa, diaㅡ"

"Sekarang nggak lagi."

Bibi Minyoung memasang wajah lelah sedikit kesal, persis seperti sebelum-sebelumnya. Saat beberapa pria menjauh setelah mengetahui keberadaan Ola.

Brian, jadi salah satunya.

"Nggak semua laki-laki kayak gitu, Sel."

Aku menggeleng. "Sejak hamil Ola, aku sudah memutuskan kalau cinta itu nggak ada. Semua laki-laki sama saja."

"Selㅡ"

"Bi," kataku setengah putus asa. Demi Tuhan, aku benci topik ini. Dan satu-satunya kalimat yang mampu membuat Bibi Minyoung menyerah hanyalah, "nggak ada laki-laki yang mau sama perempuan hina."

🍰


Aku memutuskan untuk menghindar. Ah, tidak. Kurasa, kami memang sama-sama menghindar. Aku sibuk dengan pekerjaanku, pun dirinya yangㅡkata Dowoonㅡpergi ke luar kota untuk bertemu dengan salah satu klien selama hampir tiga hari ini.

Masa bodoh, aku tidak peduli.

"Loh Sel? Kok masih di sini? Nggak ikut yang lain?"

Suara Pak Sungjin berhasil menyentakku. Toko hari ini memang sengaja tutup lebih awal. Pak Daniel mengadakan makan malam tim yang memang rutin diadakan tiga bulan sekali. Aku menatap dia beberapa detik sebelum menggeleng.

"Saya akan pulang setelah ini."

Pak Sungjin mengernyitkan dahi sebelum kembali melontarkan sebuah pertanyaan. "Kenapa? Ada sesuatu sama Ola?"

"Bibi Minyoung libur, jadi Ola saya titipkan ke tempat lain."

"Mau aku antar?"

Aku menggeleng meski sempat mengucapkan syukur dalam hati. Terima kasih, setidaknya masih ada orang baik di sekitarku. Pak Sungjin salah satunya. Kalau tidak ada dia, mungkin Pak Daniel tidak akan pernah mau mempekerjakan aku di sini.

Ah, anak Pak Sungjin satu sekolah dengan Ola kalau kalian penasaran.

Oh, aku lupa. Brian juga tahu.

"Serius?" tanyanya sekali lagi. Aku mengangguk.

"Saya bisa sendiri."

Dia menatapku cukup lama sebelum menghela napas. "Kalau ada apa-apa jangan sungkan telepon aku, Sel. Kamu udah kayak adik aku sendiri. Jangan sungkan."

Aku hanya mengangguk, meski pada kenyataannya, aku tidak akan pernah memanfaatkan kebaikan siapapun. Aku tidak akan bergantung pada siapapun.


🍰

Aku memaki dalam hati, merutuki kebodohan besarku. Aku terlambat hampir satu jam hanya karena mata ini salah melihat jadwal bus. Oh, kau yang terburuk, Sela!

Kakiku berlari sekencang kilat begitu bus berhenti di halte tujuan. Aku kembali mengumpat dalam hati begitu sadar jarak antara halte dan tempat penitipan Ola tidak sedekat yang aku kira. Ola, maafkan aku!

Hampir sepuluh menit berlari, akupun sampai di tujuan Ola yang sudah sepi melompong. Tentu saja, ini hampir gelap. Tiba-tiba perasaanku jadi tidak enak. Aku melangkah memasuki halaman sekolah sedikit tergesa-gesa, hingga sebuah pemandangan berhasil mencuri perhatianku.

Kakiku berjalan mendekatinya, sedikit ragu tapi penasaran. Takut apa yang aku lihat hanya ilusi. Takut aku sedang berhalusinasi.

"Ola?"

Mereka mengangkat kepala hingga mataku bertemu dengan mata keduanya.

"Sela?!"

Ola meletakkan pensil warnanya di atas meja sebelum berlari menghampiriku lalu memeluk pinggangku erat, sedangkan seseorang di hadapanku memilih untuk bangkit perlahan. Sadar, akupun berjongkok lalu memeluk erat Ola.

"Maaf, Sela telat. Kamu nggak apa-apa, kan?"

Ola mengangguk sambil melepas pelukanku. Matanya terlihat antusias, entah atas sebab apa.

"Nggak apa-apa kok, Sela! Untung ada Om Brian! Dia bantuin aku gambar. Sela sela, gambarnya Om Brian bagus!"

Aku tertegun. Perlahan mataku beralih menatap pria yang Ola maksud. Dia mendekatiku dengan santai, seakan fakta kalau Ola adalah anakku tidak pernah dia dengar selama ini.

Maksudku...apa dia lupa?

"Ayo saya antar pulang."

Dan dia masih menawarkan hal yang sama seperti sebelum-sebelumnya. Aku membeku.


🍰

Pendinginan dolo...

Pendinginan dolo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Om BrianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang