4. Harapan tak pasti

27 3 1
                                    

“Ku titipkan cinta ini hanya pada-Mu, jagalah hatiku dan hatinya dari rasa kecewa, hingga waktu itu tiba. Persatukanlah kami dalam restu dan Ridho-Mu.”

_______

"Assalamualaikum." Dengan nafas yang masih tersengal-sengal dan tak beraturan aku memberanikan diri masuk ke kelas yang sudah ada dosen di dalamnya. Ya,aku tahu. Aku menjemput ajal ku saat ini. Kenapa? Karena jelas dosen killer yang terkenal pelit dengan nilai itu tengah masuk di kelas ku.

Sebuah botol mineral di sodorkan ke arah ku.
Tak dapat ku percaya, entah angin apa yang membuat nya sebaik ini kepada mahasiswa nya. Aku bangkit dari tubuh ku yang membungkuk sambil memegang kedua lutut ku tadi.

"Maafin saya ya sir,dan makasih atas a_"
Kata-kata ku terputus,lidahku kelu,tak sehuruf pun keluar dari sana.
Bukan sir. Alex yang mengisi kelas saat ini,melainkan dosen muda. Pantas saja,dosen ku itu tidak pasti bersikap seperti ini kepada mahasiswa nya. Kalau dosen muda seperti ini ke mahasiswi sudah biasa bagi ku. Karena mereka pasti mencari perhatian dari para mahasiswi.

"Minum dulu,setelah itu kamu duduk di kursi mu dan jangan ulangi kesalahan yang sama." Dosen gila! Berani-beraninya dia bersikap seperti ini di depan para mahasiswa.

"Aduh baper..."

"Cie Hania"

"Pengen jadi Hania deh"

"Ehemm, kayak nya ada sesuatu nih"

"Hania main diem aja nih sekarang"

Ucapan itu membuat telinga ku risih saat mendengar nya. Dosen ini memang benar-benar tak peduli dengan sekitar nya. Apa dia tidak memikirkan nasib ku setelah jam nya berakhir? Bagaimana jika aku menjadi bahan topik terhangat hari ini. Sempat-sempatnya ia mengukir senyuman yang menunjukkan gigi putih nya yang tersusun rapi. Dia pikir aku gadis yang gampang terpengaruh apa?

"Maaf sir, saya harus ke kursi saya. Terimakasih atas tawaran air nya,saya punya air sendiri." Aku dengan cepat menuju kursi kosong yang berada di sebelah Manda. Ku tundukkan wajah ku karena malu dengan teman kelas ku saat ini.

"Han?" Manda menaikkan kedua alis nya saat aku sudah mendudukkan tubuh ku di sebelah nya. Aku memandang ke arah gadis yang kini tengah memakai Khimar biru itu.

"Apaan? Jangan bilang kamu berpikiran yang sama seperti yang lain nya? Ah,gausah temenan sama ku lagi deh Man." Aku memanyunkan bibirku dan memalingkan wajah ku dari hadapannya seolah anak kecil yang sedang merajuk kepada ibunya karena tak di belikan permen.

"Ye, becanda kok. Utututu,jangan ngambek ya. Nanti aku beliin es krim dua deh,janji." Jurus jitu yang selalu di pakai Manda saat aku merajuk adalah membeli kan ku es krim. Entah kenapa saat Manda mengatakan es krim aku selalu membatalkan niat ku untuk ngambek seharian dengan nya.

"Janji?" Tanyaku sambil menyodorkan kelingking ku ke hadapan nya.
"Janji" Manda mengaitkan kelingking nya di kelingking ku. Aku tersenyum puas melihat Manda yang menurut ku kalah dengan ku,ternyata dia lebih lemah dari yang ku duga.

________

Sore tiba,ku cari laki-laki yang bernama Azril itu. Setiap sudut kampus sudah ku datangi dengan Manda demi bertemu dengan pria itu. Tapi kami tak menemukan nya. Apa dia tidak datang hari ini? Apa dia sedang sakit? Kenapa aku harus khawatir dengan nya?

Cinta Di Atas SajadahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang