5. Dia pergi

44 3 0
                                    

"Ketika hatimu terlalu berharap kepada seseorang, maka Allah timpakan ke kamu pedihnya sebuah pengharapan. Supaya kamu mengetahui bahwa Allah sangat mencemburui hati yang berharap selain Dia. Maka Allah menghalangimu dari perkara tersebut agar kamu kembali berharap kepada-Nya.” - Imam Syafi’i

________

Sore tadi

Mata Hania memandangi jalan yang sedang ia belah bersama kuda hitam kesayangan ayah nya.
Suasana hening,sama hening nya seperti Hania tak menemukan Azril tadi.

Lampu merah membuat setiap kendaraan yang melihat nya berhenti.
Sama seperti yang lainnya,mobil hitam itu juga mengikuti rambu-rambu lalulintas. Untuk hari ini,mang Udin supir pribadi ayah nya Hania yang menjemput nya,lantaran ayah nya ada rapat sore ini.

Berhenti selama dua menit, membuat Hania cukup bosan di dalam itu. Memang terdengar sebentar,tapi di saat kita berada di posisi itu satu menit berasa satu jam. Hania memandang sekeliling,ia menangkap pemandangan aneh di sana.

Dia!
Ya, seorang Azril tidak sakit hari ini.
Dia melihat Azril sedang duduk dan minum kopi di coffee shop seberang sana. Seperti tampak merenungi nasib.

"Mang,kita bisa minggir ga?" Hania tau dia bisa memerintah mang Udin kapan pun dia mau,tapi dia tidak melakukan itu karena Hania menghargai orang yang lebih tua dari dia.

"Oh iya non." Mang Udin menepi sesuai dengan perintah Hania tadi. Mereka berhenti tepat di coffee shop yang ada Azril di dalam nya.

Hania memerintahkan kan mang Udin untuk tetap menunggu di dalam mobil sementara ia berlari ke dalam coffee shop itu.

"Kak Azril." Hania bingung saat Azril tiba-tiba meneteskan air matanya.

Azril yang sadar akan kehadiran seorang gadis yang suara nya tak asing di telinga nya langsung menyeka air mata itu sambil berdiri dan memaksakan tersenyum.

"Eh,Han. Kok kamu di sini?" Azril jelas tak menyangka kehadiran Hania saat ini,bahkan gadis yang ia cintai berada di hadapan nya saat ia sedang dalam kesedihan. Tak menjawab apapun,Hania masih menatap Azril sendu.

"Han,duduk dulu. Kamu mau pesen apa? Biar kakak yang bayar."

Hania menggeleng,melihat Azril dalam keadaan sehat membuat nya lega tanpa rasa gelisah. Tapi saat laki-laki itu menetes kan air mata yang tak ia ketahui sebabnya, membuat nya juga ikut merasa sedih.

"Kakak tadi kok ga masuk?" Kali ini Hania membuka pembicaraan di antara mereka.

"Dat__"
"Gausah bohong deh kak,Hania tadi datang ke kelas kakak kok."Hania memotong ucapan Azril yang hendak berbohong ke Hania.

Azril menunduk,ia menarik nafas dalam dan membuang nya ke udara yang bertebar di dalam ruangan itu.

"Han,ada suatu hal yang harus kamu tahu."

Jantung Hania berdegup sangat kencang saat ini.

"Kakak suka sama kamu,iya kakak suka sama kamu sejak kita pertama kali kenal. Bahkan kakak sempet bingung saat ga nemuin kamu,saat kehilangan kamu di kampus,kakak sempet patah hati dan takut kamu di miliki sama orang lain..."

Kalau kata orang-orang, hati Hania saat ini sedang ambyar dengan ucapan Azril.
Ia tak percaya laki-laki itu juga diam-diam menyukainya selama itu.
Hania tertunduk malu sambil menyembunyikan merah pipinya.

Lantas kenapa Azril menangis? Apa yang membuat ia begitu sedih hingga meneteskan air mata?

"... Tapi,orang tua kakak memaksa kakak menikahi gadis yang mereka pilihkan. Tadi malam,kami melamar nya dan pernikahan akan di selenggarakan begitu kakak wisuda nanti. Maafin kakak Han,tapi cuma kamu Han yang masih jadi pujaan kakak." Sambung Azril.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 07, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cinta Di Atas SajadahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang