Chapter 3

170 21 1
                                    

Aku mau ngingetin lagi, klo ini cuma sekedar fanfic ya,
Not true
Jadi ini imajinasi penulis.

And,

SCH Yoon Sanha bbubbu💜

SCH Yoon Sanha bbubbu💜

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Kejadian dimana mereka menghabiskan waktu bersama di rooftop, mungkin adalah yang terakhir bagi mereka.

Mereka sama-sama sibuk, Yoon sanha yang sudah menjadi CEO, Minhyuk dengan pekerjaan melibatkan orang lain, Jinjin dan MJ yang sedang menyusun skripsi, Moonbin dan Eunwoo yang memilih mengisi musik di beberapa cafe di kota Seoul ini.

Bolehkah Sanha jujur tentang hal ini? ia sungguh terpaksa dengan semua ini. Duduk selama berjam-jam dengan beberapa tumpuk berkas yang harus di tanda tangani. Belum lagi ayahnya yang mengawasinya lewat cctv kecil tersembunyi.

Apa kalian tahu, reaksi Sanha ketika Suyeon memberikan beberapa berkas yang harus di tanda tangan?  itu benar-benar memalukan. Sanha bahkan bertanya dulu, itu kertas apa? apa yang harus Sanha lakukan dengan kertas-kertas itu? kenapa Sanha diberi kertas sebanyak itu? intinya itu membuat Suyeon menghela nafas berkali kali. Ingatkan Suyeon jika dia sedang menjadi sekretaris bocah yang berusia 20 tahun ini.

"Noona, kenapa ini harus ditandatangan?"

"Terserah kau itu mau ditandatangan atau tidak, aku hanya mengantarkannya saja. Ahh, jangan lupa untuk membacanya terlebih dahulu sebelum kau setuju atau tidak. Karena bisa saja mereka membodohimu dan perusahaan yang sedang berada dalam tanggungjawabmu."

"Ahhh, seperti itu yaa?"

Suyeon segera pergi dari ruangan tersebut untuk mengambil jadwal Sanha hari ini. Menurut Suyeon, Sanha itu masih butuh pembimbing dalah hal seperti ini. Itulah kenapa Suyeon bekerja keras agar Sanha tidak bergantung terus dengan seseorang.

Setelah Suyeon keluar, Sanha membaca berkas kontrak tersebut dengan jeli. Ia takut jika apa yang diucapkan Suyeon terjadi pada dirinya.

Sanha menatap berkas dan ponselnya bergantian. Ia mencoba menatap berkasnya fokus, tapi apa boleh buat, ponselnya berdering terus menerus sampai-sampai ia tidak bisa fokus. Sanha tebak, notifikasi ponselnya penuh dengan pesan kakao talk dari hyungnya dan juga beberapa game yang perlu diperbarui.

Sanha mengeram kesal, ia meraih ponselnya yang terletak tak jauh dari berkasnya. Ditatapnya notifikasi satu persatu. Namun, pesan dari Jinjin hyung yang paling menarik perhatiannya. segera mungkin ia membuka pesan salah satu hyungnya itu.

[END] Exanimationes IncidamusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang