Bagaimana jadinya? Jika kalian dipaksa dewasa sebelum waktunya? Yoon San Ha, seorang CEO muda di Yoon company yang masih berusia 19 tahun. Seharusnya sekarang ini, Ia fokus berkuliah untuk meraih mimpinya. Namun sayang, ayah nya tak mengizinkannya...
Pagi ini, entah apa yang membuat Sanha terdiam sambil menatap sticky note berwarna biru yang tertempel di pintu lemari pendingin miliknya.
Appa dan eomma pergi ke luar kota. Sekitar satu minggu lebih. Eomma tinggalkan card di tempat biasa. Jangan ribut dengan hyungmu. Eomma tinggal dulu, hati-hati aegi-ya
-Eomma
Apa itu artinya di rumah ini hanya ada ia dan kakaknya? dan, apa tadi? card milik ibunya? heol, Sanha tidak percaya ini.
Hm... kalau seperti ini lebih baik tidak ke kantor. Lagi pula aku bisa menyuruh Suyeon noona untuk mengirimkannya lewat email, atau–memberikannya ke Junha hyung, batin Sanha berkeliaran.
Sekarang, yang harus ia lakukan adalah menemukan kunci lemari tengah yang menyimpan ponsel dan mengambilnya.
Sanha mengeledah semuanya, bahkan sekarang perabotan di rumahnya sudah tak tertata rapi lagi. Kertas berserakan, pintu lemari dibiarkan terbuka. Bisa dikatakan keadaan rumahnya sekarang mirip kapal pecah.
Sanha tiba-tiba berdiri, menatap kumpulan kunci disamping lemari pendingin.
"Pabo-yaa. Sanha pabo." umpat Sanha lalu mengambil kumpulan kunci tersebut.
Sanha tidak tahu yang mana kunci lemari tengah. Ia mencobanya satu persatu meskipun membutuhkan waktu yang lama sampai-sampai ia dibantu bibi Kim untuk menemukan kuncinya. Finally, Sanha berhasil membuka lemari tersebut, dan mengambil ponsel miliknya.
Sanha menatap ponsel tersebut. 15 hari tidak memegang ponselnya berasa ia berada di dunia lain.
"Huh, berapa lama kita terpisah?"
Sanha sengaja mengutak-atik ponsel miliknya untuk menyesuaikan dirinya lagi. Ia membuka instagram pribadi miliknya. Sanha bahkan lupa, kapan terakhir kali ia membuka instagram pribadi miliknya.
Sebenarnya, ia tidak tertarik dengan aplikasi ini, tapi kalau sedang dalam keadaan bosan, ia lebih memilih aplikasi ini selain game.
Sekarang ia beralih ke aplikasi merah untuk menonton film kartun kesukaannya. Sambil menghabiskan dua bungkus snack kentang kemasan yang dibelinya beberapa hari lalu.
Karena kurang puas, Sanha menyalakan televisi di kamarnya dan membuka saluran tadi. Ia sudah ketinggalan beberapa episode kartu tersebut, dan mungkin akan menghabiskan episode terakhir hari ini.
***
Demi apapun, Sanha tidak suka seperti ini. Sedang asik main game, ia ditelepon Daehwi dan menyuruh Sanha untuk datang ke kampusnya. Masalahnya, Sanha terkadang iri dengan kehidupan teman-temannya yang melanjutkan kuliahnya.
Sanha berjalan ke arah garasi rumah. Meskipun ia belum usia legal, tapi tetap saja ia mengendarai mobil dengan skill yang ia dapat dari kakaknya itu.
Langit yang sedikit mendung membuat ia menambah kecepatan mobilnya. Bahkan kecepatannya melebihi rata-rata yang seharusnya.
Deringan ponsel yang berkali-kali bunyi dan menampilkan nomor yang tidak ia ketahui, membuat ia semakin cepat melajukan mobil berwarna biru navy tersebut.
Sesampainya di kampus, ia menunggu Daehwi di luar mobil, dan itu bukan hal yang tepat. Penampilan Sanha—wajah yang mirip bayi membuatnya ditatap oleh orang lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.