DIAA-8

5.9K 461 13
                                    

Sementara itu dalam perjalanan pulang, Brent masih terheran-heran atas sikap Sabina.  Entah gadis itu sungguh-sungguh marah padanya, atau gadis itu benar-benar ingin pergi sendiri. Tapi, jika Sabina marah padanya, hal apa yang sudah ia lakukan sampai Sabina marah?

Apa karena ia meminta untuk diberitahu alamat rumah Sabina yang sekarang Sabina sampai marah seperti itu?

Brent menghela napas, mungkin Sabina memang ingin pergi sendiri. Ya, mungkin memang begitu.

Lima belas menit di perjalanan, Brent akhirnya sampai di rumah. Ia lalu melepas kancing seragamnya satu per satu padahal belum sampai kamar. Itu memang kebiasaannya.

Segera dilepasnya seragam yang dikenakan, menyisakan kaos bewarma hitam. Meski seragamnya tidak tipis, Brent selalu melapisinya dengan kaos. Paling sering kaos berwarna hitam polos.

"Kamu udah pulang?" Sapaan ibunya membuat Brent menoleh, ia pikir ibunya tidak di rumah.

Setelah mengangguk singkat, Brent mendekat. "Mama masak apa?" tanya Brent, sambil mengelus perutnya, ia juga menampilkan wajah cemberut.

"Banyak Brent, makanan kesukaan kamu juga ada.Itu kenapa muka kamu cemberut? Ada masalah di sekolah?" Werin mendekati anaknya, mengusap pundak Brent dengan lembut.

Terlepas sebagai anak satu-satunya, Brent termasuk beruntung. Keluarga lengkap adalah dambaan semua remaja. Tidak hanya keluarga lengkap, kasih sayang kedua orang tua juga dambaan semua remaja. Werin dan ayah Brent- Boren, mereka menyayangi Brent dengan penuh kasih sayang. Dan, Brent merasakannya secara tulus.

Meski begitu, sebenarnya masih ada satu sosok yang harusnya ada bersama ketiganya. Kalau mengingat hal itu kadang Brent sedih sendiri.

Brent tahu, dan sebagai orang tua, Werin ataupun Boren tidak pernah menyembunyikan kebenaran. Mereka juga sudah melakukan yang terbaik.

Ya, fakta bahwa Brent memiliki saudara laki-laki sudah diketahui olehnya. Bahkan ia ingat saat adiknya itu hilang di mana orang tuanya terutama Werin menangis sepanjang hari.

Sayangnya, adik Brent itu hilang kala berusia 2 tahun. Hilang saat musim penculikan anak sedang marak-maraknya. Dugaan kala itu, Winston-adiknya diculik. Tapi, jika diculik. Mengapa orang itu tidak meminta tebusan hingga sekarang?

Tentang itu juga, Brent masih yakin jika saudaranya itu masih hidup di suatu tempat yang tidak Brent ketahui. Sejak SMA kelas satu, Brent berusaha mencari adiknya itu. Dari benda-benda dan foto masa bayi yang masih dia miliki. Ya, ia selalu berharap adiknya itu kembali, sementara orang tuanya memang seperti sudah mulai ikhlas.

"Mama tau gak, Sabina udah punya orang tua sekarang," ungkap Brent, wajahnya masih ditekuk. Ini yang membuatnya kesal pada diri sendiri. Sabina tidak mau berbagi, dia justru marah.

Dulu sekali, saat Sabina masih SD. Werin pernah ingin mengdopsi Sabina. Tapi gadis itu menolak. Entah alasannya apa, gadis itu selalu menolak dengan alasan bahwa Sabina tidak bisa meninggalkan keluarga panti. Mungkin, sekarang Sabina sudah dewasa, jadi gadis itu sudah bisa menentukan pilihannya.

"Bagus dong, kalau gitu hidup Sabina lebih terjamin." Werin duduk di kursi, ia mulai mengambil piring dan mengambilkan makanan untuk anaknya.

Sabina dan Werin, keduanya saling kenal bahkan bisa dikatakan akrab. Dulu, Brent memang sering mengajak Sabina jalan-jalan, kadang juga Brent mengajak Sabina untuk singgah di rumahnya atau bahkan menginap. Itu yang membuat Sabina dan Werin akrab.

Dua Istri Abu-abu(Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang