Chapter 13

4.7K 462 8
                                    

"Sedang main poker. Masih bertanya?" Carver menimpali. Dengan selipan nada jengkel, kupikir tidak hanya aku yang meniatkan adegan selanjutnya, aku sepemikiran dengan Carver dan beruntung pria itu bisa menyuarakan kekesalan yang aku miliki. Setidaknya tiada kebungkaman pada kami berdua atas gangguan yang setengahnya tampak di sengajakan.

Aku berbalik dan melihat Eliya sudah melenggang masuk dengan santai. Kalau tidak terlalu malu, aku rasanya ingin menatap Eliya untuk meminta dia keluar dulu. Setidaknya kami harus menyelesaikan semuanya bukan? Tapi aku tidak bisa melakukan itu, aku tidak seberani yang aku sangkakan.

"Easton dan Caleb menunggumu di bawah," beritahu Eliya.

Carver mendengus. Dia tidak beranjak dari tempatnya. "Apa aku tampak peduli, Eliya?"

Eliya mengangkat bahunya dengan enteng. "Aku hanya mengatakan seperlunya saja. Kau terima dan tidak, itu menjadi masalahmu."

"Bagus, sekarang kau bisa pergi dari sini. Kau lihat, ada yang ingin kami lakukan."

Aku menatap Carver dengan ringisan. Dia sangat terus-terang dan itu cukup mengganggu. Bukan karena aku tidak suka tapi aku merasa malu saja. Dan aku tidak bisa mengatakan itu pada Carver. Aku hanya bungkam di antara percakapan mereka berdua.

"Aku ke sini untuk membawa, Ara. Aku akan pergi bersamanya."

"Kau bercanda? Dia tidak akan ke mana-mana."

Eliya mencebik. "Bukan kau yang memutuskan, Tn. Tepesh. Tapi dia." Eliya menunjuk padaku.

Aku menelan ludahku sendiri.

"Dia istriku. Dia tidak akan ke mana-mana tanpa izinku."

"Dia hanya istrimu bukan bawahanmu, Carver. Kau tidak mungkin mengekangnya bukan? Itu sangat jahat."

Carver tertawa dengan keras, tanpa humor. Hanya kejengkelan di sana. "Jika dilihat dari segi apapun, kaulah yang jahat di sini Eliya. Sebaiknya kau kembali ke Caleb sebelum aku hilang sabar. Segera Eliya!"

Eliya tidak kenal takut, aku saja merasa kalau Carver setiap detiknya bisa berubah kejam. Dan aku tentu saja tidak mau Eliya terluka, bukan hanya itu alasannya. Jika Eliya terluka maka Caleb jelas tidak akan pernah tinggal diam. Carver dan Caleb lalu akan bertengkar dan itu akan membuat hubungan mereka lenggang. Jadi seharusnya Eliya tidak mencoba terlalu jauh.

Hanya saja mungkin kami berdua terlalu meremehkan kepintaran Eliya. Dia memiliki rencana cadangan dan rencana itu telah berdiri di sisinya. Berbentuk gadis cantik bermata biru. Gadis itu menatap pada kakaknya dengan tatapan miring dan tentu saja kini aku tahu kalau aku salah, gadis itu dan Carver memang mirip. Ada kekejaman di mata birunya walau dia hanya seorang gadis.

"Aku ingin mengenal kakak iparku, Kak. Bisakah?" Mata birunya mengerjap beberapa kali. Dia seperti sangat polos untuk permintaan itu. Sangat hebat saat aku sendiri tidak bisa berkutik dengan permintaan itu. 

Dia adalah adik dari suamiku tapi bahkan aku tidak mengenalnya. Itu sangat membuat perasaanku tidak enak.

Carver perlu beberapa saat dalam menghela nafasnya. Dia diserang oleh dua perempuan sekaligus yang di mana keduanya membuat dia tidak bisa berkutik. Aku yang malah kasihan padanya, sepetinya apapun yang tadinya mau kami lakukan harus ditunda. Walau tidak rela, tapi tidak ada yang memberikan kami pilihan.

"Apa ini caramu, Eliya karena aku sering mengganggu kau dulu dan Caleb?"

Eliya mengangkat bahunya dengan enteng dan santai. "Aku bukan pendendam, Carver. Aku bahkan tidak ingat perlakukanmu dulu. Jadi jangan terlalu berburuk sangka denganku. Aku di sini karena memang ingin agar Ara ikut dengan kami. Bukankah begitu, Calysta?"

Calysta mengangguk dengan bibir yang dia satukan rapat. Tampak sangat menggemaskan hingga aku harus menebak berapa umurnya?

"Sejak kapan kalian mulai akrab?" Carver masih tidak mau mengalah. Bahkan tangan pria itu masih memegang jemariku. Tangannya mengatakan dia tidak akan melepaskan aku dalam waktu dekat.

"Kami akrab, bahkan sebelum kami bertemu. Dia dan aku sejenis memiliki ikatan yang tidak terkatakan." 

Eliya harus menatap Calysta dengan jawabannya. Jelas kalimat itu tidak terencanakan dengan matang. Jawaban yang sangat aneh menurut siapa saja yang mendengarnya. Eliya tampak takjub dan sedikit meragu. Siapa yang akan memiliki ikatan semacam yang dikatakan oleh Calysta. Mereka bahkan tidak memiliki hubungan darah sama sekali.

Jelas ketidakmasukakalan alasan Calysta tidak mengganggu diri gadis itu.

Carver berdecih. Kini siapapun tahu kalau dua orang perempuan itu memang ada di sini untuk mengacaukan diri Carver dalam menyentuhku. Entah apa yang telah Carver perbuat pada kedua perempuan itu tapi yang pasti, itu pastilah buruk. Carver mendapatkan karmanya"Kalian akan ke mana?"

Aku tidak percaya pada akhirnya Carver luluh juga.

"Belanja," Eliya bersuara antusias. Dia sangat tidak peduli dengan bagaimana perasaan Carver.

"Bawalah pengawal yang banyak, aku tidak mau terjadi sesuatu yang buruk." Carver berdiri dan memegang kepala dengan lembut. Tatapannya yang jatuh padaku terlihat hangat.

"Aku bisa menjaga mereka berdua. Kau memang sangat menyebalkan karena selalu meragukan aku. Aku bahkan bisa membunuh semua pengawalmu dengan tangan kosong. Jadi kami tidak akan membawanya."

Aku tidak yakin apa Calysta baru saja mengatakan membunuh? Dia? Harus ada yang mengatakan padaku kalau aku tidak mengkhayalkan suaranya itu. Gadis sepertinya lebih cocok berjalan di atas karpet merah dari pada menggores warna merah di tubuh seseorang. Dia tidak cocok.

"Terserah padamu, kau memang bisa sangat menjengkelkan," kesal Carver.

"Harusnya kau memang tidak menguji batas sabarku. Dan ya, ini baru permulaannya." Mata biru itu mengedip. 

Eliya bungkam, dia tidak terlibat pada permusuhan dua bersaudara itu dan aku juga tidak akan dengan senang hati ikut terlibat. 

Carver yang pertama memutuskan kontak mata dengan adiknya. Dia melihat padaku dan mencium keningku. "Aku akan meminta Lori membawa barang-barangmu ke kamar kita. Jadi mulai sekarang aku tidur denganmu."

Aku tersenyum dan hendak mengangguk tapi kalimat Calysta menginterupsi aku. 

"Sayang sekali, Easton akan tidur denganmu kakakku sayang dan aku akan tidur dengan kakak iparku. Itu sudah disepakati."

Bibir Carver terbuka setengahnya. "Kau bercanda?"

"Uji aku dan kau akan lihat apa yang bisa aku lakukan." Mata biru Calysta mengedip.

Aku dan Eliya hanya saling melempar pandangan.

***

CARVER TEPESH ✓ TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang