Chapter 8

5.5K 530 5
                                    

Ngakak sendiri ak sama scene ini. Babang Caleb yg nama aslinya entah siapa bisa jail juga ternyata. Dasar Tepesh 🤣🤣🤣

***
Tangan Carver sudah berhasil mendapatkan lenganku, tapi pria itu malah terdorong keras ke arahku. Aku membulatkan mataku dan berakhir dengan malah jatuh bersama dia. Suara air kolam teredam di telingaku saat tubuhku masuk ke air. Menciptakan keheningan yang sangat mengganggu.

Terlalu hening hingga menakutkan. Ini seperti saat aku koma, rasanya sama persis seperti ini. Hening tanpa ada suara.

Aku berusaha menggapai permukaan dan kesadaran datang padaku saat aku tidak beranjak dari dalam kolam. Aku tidak bisa berenang! Sialan, kenapa tidak ada yang memberitahuku kalau aku tidak bisa berenang. Carver berengsek, dia bisa mengatakan padaku untuk tidak mundur terlalu jauh karena aku tidak bisa berenang.

Aku merasakan air masuk ke mulutku dan itu benar-benar tidak mengenakan. Aku akan mati. Bagus sudah, bajingan itu akan sangat bahagia saat tahu bebannya telah menghilang. Dia pasti akan mengadakan pesta besar-besaran untuk apa yang menimpaku ini. Aku tidak kuasa merasa sesak di dadaku membayangkan akan ada wanita lain di sisinya.

Bodoh sekali diriku, bagaimana bisa saat nyawaku ada di ujung tanduk malah bajingan keparat itu yang menjadi tumpuan otakku.

Saat kepalaku masih sibuk memikirkan suami sialanku, aku bisa merasakan sesuatu menyelinap di pinggangku. Aku sudah akan berontak saat kesadaran datang padaku dan aku tahu siapa yang memegang pinggangku. Suamiku tercinta, siapa lagi.

Dia mendekap tubuhku, membiarkan punggungku menempel di dadanya. Satu tangannya ada di pinggangku dan satu lagi ada di dadaku. Aku tidak tahu mana yang lebih membuat aku ingin berlama-lama seperti ini. Apa karena dada hangatnya yang terasa berdegup kencang. Atau sentuhan tangannya di dadaku yang membuat aku berdebar gila. Sebelum aku memastikan yang mana, udara sudah lebih dulu menyapaku.

Suara batukku terdengar mengerikan. Tubuhku berputar dan aku harus mengerjap beberapa kali untuk bisa menyesuaikan pandangaku dan Carver. Dia terlihat penuh ketakutan, tapi aku tidak yakin apa dasar rasa takut itu. Apakah dia takut aku kenapa-kenapa? Mana mungkin...

"Kau tidak apa-apa? Kau bisa bernafas dengan baik?"

Aku diam, mendengar pertanyaannya dengan suara yang terdengar putus asa. Aku masih berdiri di depannya dengan utuh tapi dia membuat aku seperti berada di ujung tanduk kehidupan. Ada apa dengannya? Kenapa dia suka sekali membuat aku bingung dengan keadaan kami. Harusnya dia tidak menarik-ulur perasaanku. Jika tidak cinta jangan peduli. Jika cinta maka rengkuh aku. Tapi dia malah memilih berdiri di tengah-tengah.

Sikap abu-abu nya itu membuat aku tidak suka. Dia seolah meminta aku menebaknya dan itu sulit karena pada dasarnya dia menutup dirinya dengan sangat rapat. Jika saja dia seperti saat pertama aku membuka mata, saat kenyataan ingatanku yang hilang belum diketahuinya maka akan mudah bagiku menebak dia. Tapi seribu benteng yang dia pasang di seluruh dirinya membuat aku tidak lagi tahu, mana dirinya yang asli. Dia seperti pengidap kepribadian ganda.

"Aku tidak apa-apa." Aku meletakkan tanganku di dadanya dan hendak berputar untuk pergi. Aku aku lupa di mana kami saat ini.

Tengah kolam dengan dia yang menjadi peganganku. Aku malah kembali padanya dan kini memeluk dia. Lenganku melingkar di lehernya dengan erat. Bagus karena dia tidak protes. Karena jika dia sampai keberatan dengan apa yang aku lakukan, maka aku siap tenggelam sekali lagi demi bisa lepas darinya.

"Caleb, kau tahu dia tidak bisa berenang. Kau masih mendorong?" Suara Carver terdengar kesal. Menatap pada sepupunya yang sedang berdiri di pinggir kolam bersama Eliya.

Aku mencari sekeliling dan tidak menemukan Jonathan ada bersama mereka. "Di mana, Jo?"

Carver mendekap aku dengan erat. Kali ini dengan kuat seperti marah. "Masih mencarinya?"

Kecemburuan menari di mata coklat kekuningan itu. Dia menahan gertakan gerahamnya dan tentu saja aku tidak sedang ingin melawannya saat ini. Dia adalah peganganku, aku harus terus mengingatkan diriku hal itu. Agar aku tidak tiba-tiba saja dilepaskan begitu saja. Aku masih ingin hidup dan melihat akhir seperti apa yang akan aku terima bersama dengan Carver. 

Itukah yang membuat aku memilih menundukkan kepalaku dari pada mendebatnya. Atau menjelaskan kenapa aku mencarinya.

"Dia lari ke kamarnya. Sepertinya sedang berkemas sekarang, Carver membuat dia tidak akan berani menginjak kota ini lagi," jawab Caleb dengan tenang.

Eliya memukul lengan Caleb kesal. "Kau bilang akan membantunya jika kesulitan."

"Aku bilang kalau dia akan di bunuh, Lil'. Tapi Carver tidak berniat membunuhnya, dia hanya ingin memberikan pelajaran saja padanya." Sesantai itu dia mengatakan

"Kau benar-benar menyebalkan." Eliya melangkah pergi dan Caleb tentu saja mengejar dengan segera. Mereka melakukan adegan kejar-kejaran. Aku hanya bisa menggelengkan kepala saja melihat kelakuan mereka.

Gerakan tangan di pinggangku membuat aku menghentikan fokusku pada pasangan yang telah menghilang ke dalam rumah itu. Kudongakkan kepala untuk melihatnya. Carver di sana dengan wajah penuh air dan tatapan yang sangat menghipnotisku. Aku tidak bisa berhenti mencintai bajingan ini dan memang aku memiliki alasan yang sangat kuat kenapa cinta ini semakin tumbuh untuknya. Dia dan degup jantung kami seolah hidup bersandingan.

Jantungnya berdegup dengan keras di dadaku. Lembut dari payudaraku yang menekan dadanya membuat aku bergetar tidak terkatakan. Aku bisa merasakan panas di sekujur tubuhku. Sangat hebat rasanya bisa seperti ini dengannya.

CARVER TEPESH ✓ TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang