Lekas aku menemui ketakutan
Membereskan puing-puing Tuhan
yang sempat aku pecahkan dan berserakan
di lantai sudut kamar dekat meja belajarkuKepingan tak kunjung tersusun usai
Aku kehilangan satu dua tiga serpihan yang hendak aku tata
Tapi, Tuhan tidak protes
Ia tersenyum meski samar atas retakan yang coba aku satukanKepalan tanganku menggenggam kosong
Mataku menyorot barang sekecil debu pun
Berharap kutemui serpihan Tuhan yang hilang
yang aku cari sejak aku memecahkkannya sendiriMeski tidak seutuhnya berbentuk sebagaimana awal ayah ibu memberikannya padaku
Tapi, telah ku kira aku hampir menyelesaikannya
Aku memang lupa rupa awal ia nampak ketika itu
Tapi, semoga segala bentuk akhirnya adalah Ia

KAMU SEDANG MEMBACA
Jalan Manusia
PoesieSemoga kembali menjadi manusia. Selamat berjalan, seterusnya, sampai kapan saja.