#chapter 2

41 2 0
                                    

Lengkingan suara sirine dari ambulan memecah keheningan malam di kediaman keluarga Handoko, sesampainya mobil ambulan di gerbang utama rumah bergaya eropa klasik petugas bergegas  membuka pintu belakang ambulan dan mengeluarkan tandu di dalamnya.

"Bawa tolong bawa selamatkan ayah saya kumohon!"

Suara keputus asaan melihat pria tua yang sudah tak sadarkan dirinya dengan mulut yang berbusa, entah apa yang terjadi sebenarnya dibenaknya kini hanya ingin menyelamatkan ayahnya saja .
Petugas ambulan dan medis sudah memasukkan pria itu ke dalam ambulan dan langsung melesat menuju rumah sakit .

"Pasang alat bantu nafas"
"cek nadi dan detak jantung nya"
"Dok nadi pasien sudah tidak terasa!"
"Apaa?! Segera tindakkan pacu jantung"
"1 ... 2.... 3... up!"

Tak ada reaksi....
"1.... 2.... 3... up"

Dan oximeter bergerak lurus diikuti dengan suara nyaring yang khas dari alat itu dikala tak terdekeksi lagi detakan jantung.

Wajah kecewa nampak jelas dari dokter yang mendampingi pria tua yang malang itu. Suasana hening dari suster dan dokter di dalam ambulan dering sirine tetap menyalak memecah jalanan malam.

"Hari sabtu , pukul 21.35 pasien bernama Jefri Handoko telah meninggal dunia dalam perjalanan ke rumah sakit." dokter telah mengungumkan kematian pria tua itu.

Ambulan telah tiba di rumah sakit petugas mengurusnya mendorong tandu yang terbaring pria tua itu
Di hadapannya pria paruh baya terlihat kacau dan segera. Menghampiri petugas yang bergegas mendorong tandu itu.

"Ayah kumohon bertahan , kau akan baik-baik saja!"

"Tunggu apa kalian gilaa ini ! Ini apa ini kamar mayat bodoh ! Lakukan sesuatu !" Pria muda itu mengehentikan jalannya.

"Maaf pak dengan sangat menyesal saya sampaikan ayah anda telah meninggal dalam perjalanan."

"Bodoh! Apa-apaan ini tidak mungkin!"

Pria paruh baya itu ambruk seketika menangis sejadi-jadinya tak bisa menerima kenyataan dan harus rela ayahnya di simpan bangsal mayat
.
.
.
"Ini sudah waktunya ayahku minum obat."

"Baik tuan saya akan antar obatnya ke  kamar tuan besar."

Maid itu membawa nampan dengan segelas air putih , dan satu piring kecil  berisikan beberapa pil obat disana .

"Biar aku saja, aku rindu kakekku." cekal gadis manis dengan senyumnya
Dan maid itu pun menyerahkan nampan ke gadis manis itu.

Pintu kamar pun diketuknya.

"Masuk" titah pria tua denganmsuara parau khas.

Gadis itu pun masuk dengan membawa nampan obat.

"Oh kau Risa rupanya."

Gadis itu terdiam sebentar.

"Kakek aku bawakan kau obat." Katanya.

Senyuman lebar melihat sosok pria tua terduduk di kasur dengan menyenderkan dirinya ke tepi.

Gadis itu menyodorkan pil nya dan gelas yang terisi air kepada pria tua di hadapannya dengan satu-persatu.

"Aku sedih kakek menderita begini"
Pil kedua gadis itu berikan.

"Aku ingin kakek tak usah minum obat-obat memuakkan ini lagi, kau tau aku sayang kakek , akan aku lakukan semua nya demi kakek agar kakek damai."

Pil terakhir diberikan
"Ini akan membuat mu tidur malam ini dengan tenang."

Tegukkan terakhir dan pria tua itu memberikan gelas yang sudah kosong  itu kehadapan cucunya .

Praaaangggggg ...

Belum sampai ketangan cucunya tangan pria tua itu bergetar hebat, pria tua itu merasakan panas di tenggorokkannya, pria tua itu pesakitkan seperti ada yang membakar tubuhnya dari dalam erangan menahan sakit dan meminta pertolongan ke gadis di hadapannya yang hanya memandangnya dengan tatapan dingin seolah iya menikmati pemandangan getir itu dengan senyum manis namun dingin itu terukir.

"Ini hanya sebentar kakekku sayang mungkin 15 - 20 menit saja dan nanti kau akan tertidur untuk selamanya dan tadinya aku akan menangis untuk mu tapi akan ku urungkan karena kau salah memanggil namaku."

Tatapan dingin dan gadis itu pun berbalik meninggalkan pria tua yang mungkin sedang meregang untuk saat ini.

Tamu-tamu sudah mulai meninggalkan pusara itu hanya tersisa pria paruh baya yang terus menangisi dan memeluk batu nisan bertulisakan "JEFRI HANDOKO" dan kedua Gadisnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tamu-tamu sudah mulai meninggalkan pusara itu hanya tersisa pria paruh baya yang terus menangisi dan memeluk batu nisan bertulisakan "JEFRI HANDOKO" dan kedua Gadisnya.

"Ayah sebenarnya kau kenapa?" Pria muda itu masih menangisinya.

"Papa kakek sudah tenang sekarang kau jangan bersedih lagi."
Gadis itu memeluk pria paruh baya itu dan mereka mencoba bangkit dari pusara itu .

"Ayo papa, ayo Risa kita pulang" senyum manis menggandeng kedua tangan pria paruh baya dan gadis bernama Risa, yang sedari tadi hanya diam membisu tanpa ekpresi.

....

"Tuan kenapa kau tidak mencoba meng-autopsi atau menghubungi polisi, kurasa ini pembunuhan."

"Diam !!aku tak mau, jika memang itu benar seperti gudaan mu aku sungguh tau pelakunya siapa."

Pria paruh baya itu menaiki antensi nya mengepalkan tangannya dan jatuh air mata dari pipinya terlihat jelas  dari raut mukanya yang merah padam memendam marah namun dimatanya tergambar kekecawaan dan ketidak berdayaan .

#gimana reader ? Tolong ya komen nya ✌

The Twins *on going*Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang