Laki-laki itu menyandarkan kepalanya di bahu Hana lalu menutup matanya dengan pelan. Hana hanya terdiam, membiarkan laki-laki bermarga Moriuchi itu menggunakan bahunya yang ringkih sebagai tempat bersandar.
"Kau mengingatkanku dengan seseorang. Kalian seperti dua orang yang sama, tapi aku rasa tidak ada orang yang benar-benar sama di dunia ini."
Laki-laki itu berucap dengan kedua kelopak mata yang masih terpejam, Hana memperhatikan wajah Taka dari samping meskipun ia tidak bisa melihatnya dengan sempurna.
Siapa yang kau maksud?
Hana masih setia dengan seluruh atensinya yang tertuju kepada Taka dan kaget ketika laki-laki itu tiba-tiba membuka matanya. Taka kini tidak lagi bersandar pada bahunya, melainkan sedang menatapnya dengan dalam.
"Taka, apa yang ingin kau lakukan?"
Hana bisa merasakan hembusan nafas tepat di wajahnya, saking dekatnya wajah mereka. Perempuan itu tidak tahu kerasukan apa ia hingga begitu berani menatap Taka dengan jarak sedekat itu. Jantungnya berdetak lebih cepat ketika mata Taka bergerak menuju bibirnya lalu kembali menatap iris mata coklatnya, membiaskan wajahnya yang perlahan menatap kedua kelopak matanya.
Hana sudah tidak bisa berpikir jernih, terlebih lagi ketika ia merasakan sesuatu yang dingin di kedua bibirnya, Taka menciumnya dengan lembut. Desiran mengalir di setiap pembluh darahnya, sebuah perasaan aneh yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya.
Taka mencuri, tidak, mengambil ciuman pertamanya.
***
Atensinya tidak pernah lepas dari laki-laki yang sedang menyantap sarapan sederhana buatannya. Sebuah senyum muncul di wajahnya yang membuat ia memutar badan, Hana yakin sekali pipinya sekarang sedang bersemu merah. Telunjuknya bergerak menyentuh bibirnya, ingatan tentang kejadian setengah jam yang lalu terputar di kepalanya, lagi-lagi ia menahan senyum.
"Ada apa?" Taka tiba-tiba saja bertanya.
Hana langsung memutar badannya menghadap Taka. "Hah? Tidak ada apa-apa."
"Aku kira kau menahan senyum karena mengingat kejadian tadi," ucap Taka dengan tenang sambil menyendokkan makanan ke dalam mulutnya.
"EH?!"
"Aku hanya bercanda." Laki-laki itu tertawa lalu telunjuknya terangkat mengarah ke wajah Hana. "Oh! Pipimu bersemu merah, maaf-maaf." Sepertinya Taka tidak benar-benar dengan ucapan maafnya karena laki-laki itu semakin terbawa dengan suasana, ia terus tertawa melihat reaksi Hana.
"Taka hentikan!" Perempuan itu langsung menutup kedua wajahnya dan memutar badannya membelakangi Taka, lagi-lagi ia dijahili. Rasa untuk melarikan diri dari hadapan laki-laki itu semakin besar.
Taka meraih gelas air minum, menegak beberapa tetes air kemudian kembali berucap. "Hey tidak apa-apa, tidak usah malu pada kekasihmu sendiri."
Sontak kedua matanya yang sempat tertutup tadi langsung terbuka, membulat. Telapak tangan menjauh dari wajah diikuti dengan badannya yang memutar, kembali berhadapan dengan sang pria. "Apa? kau bilang apa tadi?"
"Kekasih. Memangnya kenapa?"
"Ka-kapan, kapan kau menyatakan perasaanmu kepadaku?"
"Ciuman tadi, kau tidak ingat? Aku kira itu-"
"Ah ya ya! Aku ingat, heheh. Lanjutkan lagi sarapanmu aku mau ke kamar kecil," ucap Hana dengan cepat lalu mengambil langkah panjang meninggalkan Taka di meja makan.
Bukan kamar kecil seperti yang ia ucapkan tadi yang menjadi tempat tujuannya, langkah kakinya malah membawa ia ke sebuah kamar di mana sang pemilik kamar sedang menyantap sarapannya, ya, Hana terlalu ceroboh hingga dirinya malah masuk ke dalam kamar laki-laki itu. Pintu ia tutup tanpa sedikitpun sadar ia ada di mana.
Badannya jatuh menghempas ke atas kasur tempat tidur, ditariknya salah satu bantal lalu ia tekan ke atas wajahnya kemudian berteriak sekencang mungkin sampai-sampai tenggorokannya terasa sakit.
"AAARRGGHHH!!"
Baru beberapa detik di sana ia tersadar akan sesuatu ketika ia mencium bau yang begitu khas dari bantal tersebut, bau khas seorang Takahiro Moriuchi. Ia perlahan menjauhkan bantal dari wajahnya, atensinya tertuju pada bantal putih yang ia genggam sembari bangun dari tidurnya, matanya menatap dinding kamar lalu menutup mulutnya sebelum teriakan melesat keluar dari kedua belah bibirnya.
"Kenapa aku masuk ke sini?!"
Ia langsung bangun dan meninggalkan tempat tidur, langkahnya begitu cepat mengarah ke arah pintu. Tangan kanannya sudah berada di pegangan pintu dan siap menariknya ke bawah namun pegangan itu tiba-tiba saja tertarik ke bawah dan pintu tiba-tiba terbuka, Hana melangkah mundur beberapa langkah ketika melihat Taka yang muncul di balik pintu itu.
"Maaf! aku tidak sadar masuk ke sini, aku akan keluar." Perempuan itu berucap dengan suara yang panik.
Ia berusaha melewati celah yang ada di samping kanan tubuh Taka namun laki-laki itu lebih cepat menghalangi Hana dan berhasil mengurung perempuan itu di antara kedua lengannya yang bertumpu pada dinding.
"Ta-taka?" keringat dingin mengalir di pelipis sang perempuan.
Ia menelan saliva tepat saat melihat laki-laki itu tersenyum miring lalu bergumam untuk menanggapinya.
Kali ini ia berusaha untuk tetap tenang. "Kau sudah selesai dengan sarapanmu? Biarkan aku lewat untuk membereskannya."
Usahanya gagal ketika Taka menggelengkan kepalanya. "Aku rasa belum." Hana semakin kelimpungan dibuatnya ketika laki-laki itu masih setia memberikannya senyum miring.
"Ma-maksudmu?" Pipi Hana kembali bersemu merah.
Ia menatap lekat-lekat sang pria hingga tersadar akan perubahan ekspresi yang muncul di wajahnya, Taka kemudian tertawa lepas menjauhkan kedua lengannya dari dinding yang berhasil mengunci ruang gerak Hana. "Astaga! Kenapa reaksimu jadi lucu seperti itu? Aku jadi tidak tega." Ia kembali tertawa.
Raut wajah jengkel dan kesal menggantikan ekspresi takut di wajah Hana. Sebuah pukulan mendarat dengan sempurna di dada laki-laki itu dan tanpa ragu ia menendang tulang kering Taka, alhasil erangan kesakitan keluar dari mulutnya, anehnya suara tawa juga masih ikut terdengar.
"BODOH!! KAU BODOH!!"
To be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Right by Your Side | Taka ONE OK ROCK [✔]
Fanfiction[COMPLETED] Sebuah kesalahpahaman membawa perempuan itu ke dalam perasaan yang bimbang, satu hal yang ia sadari, ia selalu ingin berada di samping Taka namun siapa yang akan mengira kalau wajahnya mengingatkan laki-laki itu dengan seseorang. TAKA ON...