Aku sampai di apartemen setelah menaiki bus selama kurang lebih 20 menit dan berjalan kaki dari pemberhentian bus ke apartemenku selama 3 menit. Unit apartemenku sudah kosong, Ibuku yang datang sebulan yang lalu secara tiba-tiba juga sudah pulang. Setelah membersihkan diri dan keramas, aku duduk di depan meja rias sambil membuka ponsel dan tak mendapati satu balaspun dari Takahiro.
"Sepertinya hari ini ia sangat sibuk."
Ponsel lalu ku letakkan di atas meja rias, berjalan mengelilingi unit apartemenku yang tidak terlalu besar sembari mengeringkan rambutku. Mataku menatap ke layar jendela berukuran sedang yang menampilkan pemandangan kota Tokyo saat malam hari.
Nama Rena terus berputar di kepalaku.
Tak berselang beberapa menit aku memutuskan untuk tidur karena rambutku juga sudah kering.
***
Aku terbangun di pukul 2 dini hari karena rasa ingin buang air kecil, setelah mengecek jam di ponsel aku akhirnya bangun dari tempat tidur, masih dengan mata yang terasa berat karena mengantuk, aku melangkah ke kamar mandi dengan langkah yang terseok. Setelah menyelesaikan urusan di kamar kecil, aku melangkah ke dapur untuk minum. Tepat setelah aku menaruh gelas di atas meja terdengar suara bel, aneh sekali di jam-jam seperti ini ada orang yang mengunjungi apartemenku.
Lagi-lagi bel tersebut berbunyi, aku melangkah dengan hati yang sedikit ragu untuk melihat siapa orang itu. Melalui lubang kecil yang ada di pintu aku mengintip orang tersebut dan kaget saat melihat Taka yang berdiri di luar. Aku langsung membuka pintu dan benar saja dia yang membunyikan belku.
"Taka? Kenapa kau ada di sini?"
Tak ada yang aneh pada dirinya melainkan ekspresi lelah di wajahnya yang sedang tersenyum.
"Maaf mengganggumu."
Aku menggeleng. "Tidak, kebetulan sekali tadi aku bangun. Masuklah," ucapku lalu mempersilahkannya masuk kemudian menutup pintu apartemen. "Ada apa?"
Taka berjalan masuk, ia melepas ransel yang biasa ia gunakan lalu menaruhnya di atas lantai lalu mendudukkan dirinya di atas sofa, ia melirik ke arahku. "Kunci unitku ketinggalan di studio musik. Tidak apa-apakan jika aku menginap semalam di sini? Aku bisa tidur di sofa kok."
"Tentu, kebetulan aku punya kasur tambahan kau bisa pake itu."
Taka menghembuskan nafas lega, ia lalu menyandarkan tubuhnya di sandaran sofa. "Ahh syukurlah, aku sudah pusing duluan memikirkan akan tidur dimana malam ini."
"Kau berlagak seakan kau tidak punya uang di muka bumi ini. Kau kan bisa menyewa hotel kecil atau menginap di tempat temanmu." Aku berdiri di hadapannya sambil melipat tangan di depan dada.
"Siapa yang membutuhkan hotel ketika kau bisa menginap di apartemen kekasihmu." Taka tertawa dengan ucapannya, sedangkan aku hanya bisa menggeleng tak habis pikir. Tiba-tiba ia memanggilku, aku hanya menggumam sebagai balasan.
"Kemarilah!"
Aku berjalan mendekat ke arahnya. "Ada apa?"
Seketika ia memelukku dengan sangat erat. "Aku merindukanmu, sangat merindukanmu." Rasa geli seketika menjalar ke seluruh tubuh, rasanya aku ingin melepaskan diri saking gelinya tapi aku malah ikut duduk di samping dan memeluknya. Maklum, beberapa minggu ini kami jarang sekali bertemu meskipun tempat tinggal kami hanya berjarak beberapa langkah tapi kesibukan membuat ia jarang pulang ke apartemen.
"Kau berlebihan, biasanya juga kita berhubungan di telepon."
"It's different, all I wanna do is be here with you."
Dasar anak sulung. Bisa tidak sih dia tidak bertingkah seperti ini? Terlalu manis dan rasanya aku ingin meleleh saja.
"Kau mau begini terus atau tidur?" Aku bertanya masih dalam keadaan berpelukan. Tolong maafkan atas kealayan kami, terkadang kami suka sekali mengomentari hubungan orang lain yang berlebihan tapi lupa dengan diri sendiri.
"Tidur tapi dengan keadaan seperti ini."
Jawabannya berhasil membuatku ingin menangis. Manusia ini manja sekali, aku bahkan hampir bingung menghadapi sifat manjanya.
"Sudah-sudah, aku harus menyiapkan kasur tempat tidurmu." Aku lantas melepas diri dari pelukan, Taka terlihat tidak suka dengan keputusanku, aku hanya bisa mengusap pelan pipinya sebelum bangkit dari sofa. "Oiya, karena kamar hanya ada satu dan aku tidak tega membiarkanmu tidur di sini, kau boleh di kamar. Tapi ingat... jangan lakukan hal aneh!"
Taka melirikku dengan tatapan aneh. "Iya! Aku juga terlalu lelah untuk menggodamu, pede sekali manusia satu ini." Padahal tadi ia menggodaku, dasar tidak tahu diri.
Aku memilih untuk tidak menggubris ucapannya dan memilih untuk ke kamar dan menyiapkan kasur yang akan ditempati oleh Taka tidur sebentar.
"Taka! Sudah selesai!" Aku berteriak dari pintu kamar.
"Tunggu!"
Aku memilih masuk dan duduk di atas tempat tidur, tak berselang lama laki-laki itu sudah masuk ke kamar dengan balutan kaos putih kebesaran yang ia pakai ke sini dan celana pendek selutut.
"Kau tidur di situ," ucapku sambil menunjuk ke arah kasur yang tegeletak di lantai. Taka hanya mengangguk, ia pun melangkah masuk ke dalam kasur lalu menyelimuti dirinya dengan selimut.
Aku juga melakukan hal yang sama, sebelum tidur aku menengok keadaan Taka dari atas tempat tidur, beberapa helai rambutku jatuh saat melihatnya di bawah. "Kau seperti anak kecil yang minta didongengkan," ucapku lalu tertawa geli.
Taka melihat setengah wajahku dari tempatnya berbaring, ia ikut tertawa kemudian menggerakkan tangannya ke arahku, menyentuh dan mengusap pipiku dengan lembut. "Selamat malam, Penguin kecil."
To be continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
Right by Your Side | Taka ONE OK ROCK [✔]
Fanfiction[COMPLETED] Sebuah kesalahpahaman membawa perempuan itu ke dalam perasaan yang bimbang, satu hal yang ia sadari, ia selalu ingin berada di samping Taka namun siapa yang akan mengira kalau wajahnya mengingatkan laki-laki itu dengan seseorang. TAKA ON...