"Hana, kenapa diam saja? Kau tidak mau menceritakannya pada Ibu ya?"
Hana yang sebelumnya menunduk langsung mengangkat kepalanya, melihat ke arah sang Ibu. "Bukan begitu."
"Lalu? Sudah, ceritakan saja kepada Ibu."
Perempuan itu terdiam sesaat, masih menatap ke arah Ibunya yang setia menunggunya mengeluarkan suara. Haruskah ia menceritakan hal yang sebenarnya tidak begitu penting ini? Atau membiarkannya begitu saja dan berkata pada Ibunya bahwa tidak usah khawatir karena semuanya baik-baik saja.
Mulutnya membuka hendak mengucapkan sesuatu ketika suara bel pintu kembali terdengar.
"Tunggu sebentar."
Hana bangkit dari sofa, melangkah menuju pintu depan. Pintu ia buka dan muncul Taka dengan senyuman lebarnya. Bolehkah ia menyalahkan waktu dan keadaan yang selalu salah?
"Taka? A-apa yang kau lakukan di sini?"
Perempuan itu panik, kepalanya menengok ke belakang, tepatnya ke arah ruang tengah di mana Ibunya tadi duduk dan sekarang sofa itu telah kosong. Mungkin Ibu ke kamarku untuk istirahat. Hana akhirnya melangkah ke luar apartemen dan membiarkan pintu tetap terbuka beberapa sentimeter.
"Ada apa? Kau terlihat panik. Apakah seseorang mengganggumu?"
"Tidak-tidak. Aku baik-baik saja, ada apa?"
"Kau yakin?"
"Iya. Ada apa Taka?"
"Aku rindu padamu." Laki-laki itu kemudian terkekeh membuat Hana ingin menepuk jidatnya, namun sepertinya rasa malu dan panas yang menjalar di wajahnya lebih kuat, ia yakin pipinya sudah semerah tomat sekarang.
"Tapi kitakan tadi baru saja jalan-jalan, masa secepat itu?"
"Iya, aku ta-"
"Hana, siapa yang datang?"
Hana langsung menoleh ke belakang, benar saja, pintu terbuka menampilkan ibunya yang sedang bertolak pinggang. Mereka, lebih tepatnya Hana tak kuasa menahan rasa malu, yang bisa ia lakukan hanyalah menunduk ketika ketahuan berduaan dengan Taka oleh Ibunya sendiri.
"Masih tidak mau mengaku?" tanya Nyonya Sugisaki, Ibu Hana.
Kepalanya mendongak, "Ibu kenapa keluar sih?" perempuan itu merangkul Ibunya untuk masuk ke dalam.
Laki-laki itu melirik ke arah Hana, "Dia Ibumu?" tanyanya tanpa mengeluarkan satu suarapun yang langsung dibalas anggukan oleh Hana. Seketika tubuh Taka menegang, ia segera menundukkan tubuhnya di hadapan Ibu Hana. "Selamat malam, Nyonya. Maaf mengganggu."
"Kekasihnya Hana, ya?"
Taka mengangguk. "Iya."
Sedangkan Hana meringis di dalam hati. Tidak apa, jawaban Taka memang benar.
Nyonya Sugisaki melirik anak perempuannya. "Kenapa kekasihmu tidak kau panggil masuk?"
"Di-dia kan laki-laki."
"Ya terus? Dia kan kekasihmu. Kalian tidak usah kaku begitu, ayo masuk."
Hana melirik ke arah Taka, laki-laki itu hanya bisa mengangkat kedua bahunya lalu ikut masuk ke dalam apartemen Hana. Taka mendudukkan dirinya di sofa bersama dengan Ibu Hana, sedangkan perempuan itu masih berdiri di samping sofa, bingung ingin melakukan apa dan pada akhirnya memilih untuk ke dapur untuk membuat minuman.
"Aku akan membuatkan minum."
"Tunggu, Hana!"
Hana berhenti melangkah lalu memutar badannya. "Kenapa, Bu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Right by Your Side | Taka ONE OK ROCK [✔]
Fanfiction[COMPLETED] Sebuah kesalahpahaman membawa perempuan itu ke dalam perasaan yang bimbang, satu hal yang ia sadari, ia selalu ingin berada di samping Taka namun siapa yang akan mengira kalau wajahnya mengingatkan laki-laki itu dengan seseorang. TAKA ON...