Akhir Bahagia? (Masa PO)

6K 201 11
                                    

Sebenarnya tidak ada kegiatan perkuliahan reguler di hari Sabtu seperti sekarang. Terlebih saat ini menjelang wisuda. Namun, karena masih ada beberapa kelas eksekutif, maka dosen pembimbing yang ditemui Elina masih berada di tempat hingga sore hari.

Suasana Kampus Biru _begitu julukan kampus tersebut_ sangat ramai di akhir pekan. Ada sekumpulan anak UKM Kaki Lima yang duduk melingkar dengan tertib di lapangan basket, sedang berlatih drama. Biasanya kegiatan mereka akan berlanjut di malam hari, dengan mementaskan karya mereka secara bergantian. Mulai dari menyanyi, sampai drama musikal yang bagus.

Tak ketinggalan juga ada kelompok berseragam putih di sisi lain sedang berlatih cabang olah raga Taekwondo. Barisan itu tampak sedang memperagakan tendangan, diiringi teriakan-teriakan khas. Dulu, Elina sempat tergabung di sana, tetapi kesibukan menyusun tugas akhir membuatnya rehat untuk sementara waktu.

Mengisi sore hari nan syahdu, sayup terdengar kelompok paduan suara kampus berlatih di dalam ruangan. Tetap terdengar merdu, meski kadang terkalahkan oleh angin yang kencang, juga klakson kendaraan dari arah jalan raya. Memainkan irama indah, saat suara itu terpecah menjadi beberapa bagian.

“Terima kasih,” kata Elina sembari menyambut sebotol minuman.

Jika biasanya dia terpekur seorang sendiri di halaman, maka senja ini berbeda. Ada Bima yang duduk di sisinya, usai pria itu mengisi kelas eksekutif.

“Suka nonton drama?” tanya Bima sembari meneguk minumannya. Bagaimanapun, pria itu belum banyak mengenal gadis yang kini duduk di sisinya.

Bersila di lapangan basket dengan pencahayaan minimal dari arah pemain peran, terasa syahdu bagi lelaki itu. Bukan karena ini adalah yang pertama kali ia lakukan, tetapi karena gadis yang saat ini duduk tepat di sisinya tak lagi ketakutan saat mereka bersama.

“Suka. Tapi, ini baru pertama kali saya nonton langsung anak Kaki Lima beraksi,” jawab Elina masih dengan pandangan mengarah pada para pemeran drama yang berakting di tengah lapangan basket.

Pandangan mata yang lurus ke depan, bukan berarti gadis itu tengah fokus pada apa yang dimainkan di depan sana. Elina bahkan nyaris tak paham apa yang disajikan para pemain drama itu, karena pikirannya sungguh sangat gugup. Namun, ia terus bersikap demikian, demi  menghindari berbalas tatap dengan siapa yang saat ini duduk di sisinya.

UKM Seni adalah organisasi kampus yang memiliki banyak anggota selain English Corner dan bidang olah raga. Hampir setiap malam Minggu, kelompok itu mementaskan drama mereka. Meski dengan alat dan tempat sederhana, dan hanya diiringi musik akapela.

Sesekali tepukan riuh terdengar sebagai apresiasi, atau saat ada adegan lucu diperankan di sana. Namun, hal itu tak dapat membuat Elina maupun Bima terlarut pada suasana, karena keduanya sama-sama terbawa oleh pikiran masing-masing.

Lewat dari pukul sembilan malam ketika pementasan sederhana tetapi luar biasa itu berlangsung. Beberapa orang tampak sibuk mengemas lampu juga alat yang tadi mereka pakai. Ada yang masih memainkan musik dan bernyanyi, ada yang mendiskusikan hasil pementasan mereka,  sedangkan sebagian lainnya memilih bubar dan meninggalkan area kampus.

“Tinggal di mana?” tanya Bima, saat ia dan Elina berjalan beriringan, meninggalkan lapangan basket. Area kampus sudah sepenuhnya sepi malam itu.

“Kuantar pulang, ya?”

“Ah? Ap—apa?”

“Kuantar pulang,” ulang Bima lagi.

“T—tidak perlu, Pak. Saya bisa naik ojek online,” tolak Elina segan.

Sejak menyatakan perasaan beberapa waktu lalu, Bima memang tak pernah menatap dingin lagi pada Elina. Namun, tetap saja gadis itu enggan untuk terbawa perasaan. Terlebih jika mengingat sosok Adinda yang kala itu datang ke pesta bersama Bima. Membuat mahasiswi tingkat akhir itu semakin merasa tak pantas ada di sisi sang dosen, bak langit dan bumi. Bahkan jawaban yang dinanti Bima pun tak kunjung Elina utarakan, meski batinnya sangat ingin. Gadis itu hanya tidak ingin kecewa terlalu cepat.

Pak Dosen, I Love You!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang