❝Ji, aku mau kita tetap bersahabat sampai kapanpun.❞ - Hyunjin.
Pernah memiliki sahabat yang paling dekat?
Paling mengerti apapun yang di rasakan, bahkan tanpa memberi tahu.
Sangat di sayang, bahkan melebihi keluarga sendiri.Jika hal itu ditanya pada seorang Hwang Hyunjin, tentunya dia akan menjawab,
ADA!
Satu orang ibarat dirinya yang lain. Yang tau luar dalamnya, baik buruknya, lemahnya, rahasianya, apapun tentangnya.
Sulit baginya mendeskripsikan seorang sahabat yang sangat dekat dengannya itu, yang ia tahu. Ia bernamakan, Han Jisung.
🍁🍁🍁
Suatu senja di musim gugur, di sudut kota Seoul. Bocah yang baru berusia 10 tahun bernama Hwang Hyunjin itu mengajak teman sepermainannya bermain sepeda. Teman sejak kepindahannya pertama kali di Seoul, Han Jisung. Saat itu, mereka sama-sama berusia lima tahun. Lima tahun bersama hidup di lingkup hidup yang sama.
Lima tahun berlalu, mereka masih berteman karena sepeda. Hyunjin mengajari si penakut Jisung, bersepeda, dulu. Ya, awal mereka bertemu karena sepeda yang sedang mereka gunakan sekarang.
"Hyunjin! Jangan cepat-cepat. Tunggu Jisung!" Tetapi Hyunjin yang terlalu bersemangat karena telah lama tidak bersepeda dengan sahabatnya, malah asik sendiri. Dia melupakan fisik lemah Jisung, anak itu baru sembuh dari demamnya.
Kaki-kakinya berusaha mengayuh pedal sepeda sekuat tenaga, mengejar ketertinggalannya dari sahabatnya. Padahal ibunya bilang, dia belum boleh terlalu lelah.
Saking terburunya, Jisung hanya terfokus pada Hyunjin. Ia tidak terlalu memperhatikan jalanan. Tanpa sadar, ban sepeda itu melindas batu yang tertutupi dedaunan gugur hingga membuat sepeda Jisung oleng. Begitupun Jisung yang harus merasakan tubuh kecilnya tumbang dan tertimpa sepeda.
"Ssh sakit." Jisung meringis merasakan tangan yang terluka akibat menahan tubuhnya. Dia meniup-niup luka yang menganga itu.
Namun, Jisung bukan tipe cengeng. Dia kembali bangkit bersama sepedanya. Kembali mengayuh sepeda dengan tangan-tangan yang bergetar menahan sakit. Tekad kuatnya, ia harus berhasil mengejar Hyunjin hingga sampai di tepi sungai
Benar saja, Jisung berhasil.
Walau dengan kondisi wajah yang cukup mengkhawatirkan. Ditambah darah pada lukanya yang mengalir seiring tekadnya.
Decitan rem sepeda, membuat Hyunjin menoleh padanya. Bocah yang seumuran dengannya itu hendak menertawakannya karena sangat lambat, namun wajah bersalahlah yang pertama kali Jisung lihat.
"Jisung tanganmu!" Jisung justru cengengesan mendapat pekikan dari Hyunjin.
"Aku jatuh aja kok Hyun, gak apa-apa." Tapi Hyunjin tidak menerima jawaban itu, dia jelas khawatir pada Jisung.
"Ayo pulang. Kita obatin lukamu Ji." Hyunjin kembali naik ke atas sepedanya.
"Gak mau, aku baru sampai. Masa langsung pulang? Mau duduk dulu." Jisung turun dari sepedanya, meletakkannya sembarangan.
Jisung duduk di bawah pohon dimana mereka sering berteduh, pohon maple yang telah lama tumbuh di sana. Memandangi sungai yang ada di depannya. Membuat sang sahabat yang tadinya ingin pulang, jadi menghampirinya.
"Kenapa gak teriak? Kan aku bisa nolongin kamu Jisung." Yang ditanya menoleh pada Hyunjin yang telah duduk disampingnya.
"Aku mau ngejar kamu, dengan kekuatan aku sendiri Hyunjin. Aku gak mau ngerepotin kamu."
"Tapi kan, kamu sahabat aku Jisung. Kata mama gak ada yang merepotkan jika untuk sahabat. Aku juga gak merasa direpotkan." Bocah Han itu hanya membenarkan dengan senyuman bodohnya, ia malah mengulurkan kelingkingnya.
"Buat apa Jisung?"
"Pinky promise. Aku mau janji sesuatu sama kamu." Hyunjin bingung, tapi ia tetap menautkan kelingkingnya.
"Janji apa?"
"Aku janji, gak bakal buat kamu khawatir lagi." Hyunjin ingin protes, namun dia juga ingin membuat janji.
"Dan aku janji, aku bakal lebih peka lagi sama sekitarku."
'Terutama buat kamu Jisung, sahabatku.'
Saat kedua tautan kelingking mereka lepas, Hyunjin merangkul bahu sang sahabat. Membiarkan kepala yang memang usianya lebih muda beberapa bulan darinya itu menempel pada bahunya.
"Ji, aku mau kita bersahabat sampai kapanpun." Ucap Hyunjin.
"Eum! Mari kita bersahabat selamanya, Hyunjin." Balas Jisung.
Semilir angin musim gugur membawa jatuh dedaunan maple yang ada di dekat mereka. Keduanya tersenyum menyaksikan guguran daun tersebut.
Hingga tangan Hyunjin berusaha menangkap daun maple, namun tidak satupun yang berhasil ia tangkap.
Tidak satupun, kecuali..
"Ji." Jisung mendongakkan kepalanya, mengingat perbedaan tinggi badan mereka.
"Hm? Kenapa Hyun?" Sejenak keduanya bertatapan hingga tangan Hyunjin terulur mengambil sebuah daun maple yang jatuh tepat di atas rambut Jisung.
"Ada daun maple yang jatuh. Sini tangan kamu, Ji." Jisung mengulurkan telapak tangannya. Tersenyum melihat daun maple yang kini berpindah ke tangannya.
"Cantik." Komentar Jisung dengan mata berbinarnya.
"Iya, sangat cantik." Senyum Jisung menular hingga ke matanya, begitupun Hyunjin yang ikut tersenyum bersamanya.
🍁🍁🍁
🍁 HWANG HYUNJIN
🍁 HAN JISUNG
🍁Next ➠
KAMU SEDANG MEMBACA
The Maple [END]
Fanfiction❝Ji, aku mau kita bersahabat sampai kapanpun.❞ Ucap Hyunjin. ❝Eum! Mari kita bersahabat selamanya, Hyunjin.❞ Balas Jisung. Semilir angin musim gugur membawa jatuh dedaunan maple yang ada di dekat mereka. Keduanya tersenyum menyaksikan guguran daun...