🍁 Page Five : Permata yang berharga

560 98 63
                                    

❝Makasih Hyun, kami beruntung punya kamu.❞ - Han Jisung.


Sejak malam dimana Chan menolong Jisung,  keduanya menjadi semakin dekat. Jisung pun tidak bisa menolak, karena bersama Chan ia juga merasa aman.

Dulu, ia paling takut saat berada dalam mobil berdua selain dengan sahabatnya, sekarang ia bagai terbiasa melakukan hal yang sama dengan Chan. Sejak pemaksaan Chan waktu itu, Jisung mulai tidak lagi merasa risih.

Hingga perlahan waktu kebersamaannya dengan Hyunjin menjadi berkurang. Mereka bagai sebatas teman satu rumah saja, tanpa embel-embel sahabat. Apalagi Hyunjin yang sudah memiliki kekasih. Ia pun di sibukkan dengan urusan kekasihnya.

Namun, selayaknya hujan yang tetap akan menyapa bumi ketika musim panas, Jisung pun tidak bisa terus berjauhan dengan Hyunjin. Malam ini dia mengendap ke dalam kamar sahabatnya menggunakan kunci cadangan.

Masuk ke dalam kamar tersebut dan menemukan Hyunjin yang tengah tertidur. Ia membuat gerakan seperlahan mungkin hingga hampir tidak menimbulkan suara, agar sang sahabat tidak terbangun.

Saat berhasil di dekat ranjang Hyunjin, tangannya bergerak merapikan rambut pada dahi Hyunjin. Pun gerakan itu terbilang sangat perlahan. Sialnya, Hyunjin tiba-tiba memiringkan tubuh ke arahnya. Hingga rasanya jantung Jisung hampir berhenti. Ia langsung menunduk agar tidak ketahuan.

"Naik Ji, ngapain di lantai, hm?" Ya, sayangnya tidak demikian, dia ketahuan. Mau tak mau Jisung beranjak naik ke atas tempat tidur Hyunjin. Masuk ke dalam selimut dan langsung memeluknya erat.

"Kenapa hm? Gak bisa tidur?" Jisung menganggukkan kepalanya pelan.

"Siapa tau sama kamu, Ji bisa tidur cepat." Hyunjin tersenyum mendengarnya, dengan senang hati ia mendekap Jisung ke dadanya. Menepuk-nepuk punggung Jisung perlahan agar sang sahabat lekas menjemput mimpinya.

"Ji? Udah tidur belum?"

"Eum, hampir Hyun, kenapa?"

Kekehan Hyunjin yang pertama ia dengar, "aku kangen sama Hwisung. Mau ikut aku nemuin dia gak?" Jisung terdiam sejenak.

"Kita berdua aja yang pergi?" Hyunjin menganggukkan kepala.

"Iya, apa kamu mau ajak kak Chan?" Jisung menggelengkan kepalanya.

"Enggak Hyun. Aku belum siap ngenalin dia sama kak Chan."

"Kalau gitu kita berdua aja ya, Ji." Jisung menganggukkan kepalanya pelan.

"Iya Hyun. Tapi kamu di dekat aku terus ya, aku takut dia kenapa-napa kalau cuma sama aku." Hyunjin menundukkan kepalanya untuk menatap Jisung. Perlahan mengelus pipi Jisung untuk meyakinkannya.

"Jangan khawatir, hm? Kalian berdua yang paling penting buat aku, jadi aku bakal jagain kalian."

"Makasih Hyun, kami beruntung punya kamu." Ucapannya membuat Hyunjin tersenyum. Sahabatnya kembali mengelus punggung Jisung hingga ia kembali merasa nyaman. Di ujung sadarnya Jisung tersenyum merasakan kecupan di dahinya.



🍁🍁🍁



Seperti yang di rencanakan sebelumnya, keduanya kini bersiap-siap untuk pergi. Hyunjin yang paling antusias, ia bahkan membeli hadiah untuk mereka bawa. Sedangkan Jisung ia hanya berharap semua berjalan lancar saat disana.

Mobil yang membawa keduanya kini tengah melaju di jalanan. Sesekali Jisung melihat keluar jendela, sudah lama dia tidak meninggalkan hirup-pikuk kota. Segera saja Jisung membuka jendela, mengeluarkan tangannya merasakan angin yang menerpa.

The Maple [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang