Perlahan Hwisung berangsur pulih, meski ia kerap kali mengalami beberapa efek akibat kemo dan transplantasi yang dilakukan. Tapi, kondisinya jauh lebih baik dari sebelumnya.
Ditambah lagi ia selalu ditemani sang mama, semangatnya untuk segera keluar dari rumah sakit pun meningkat. Hanya saja sesekali Jisung tetap pergi ke kampusnya. Jika sudah begitu, mamanya yang akan menjaga Hwisung.
Seperti sekarang, Jisung bersama Chan baru pulang dari kampus mereka. Niat hati ingin langsung mengunjungi rumah sakit, tapi Chan justru mengajak Jisung menemui ayahnya. Jisung jelas setuju, entah mengapa masih ada yang janggal meski ia melihat sendiri Minho masuk ke dalam ruangan itu.
Tiba rumah sakit tempat ayah Chan bekerja, keduanya segera menuju ruangan ayah Jisung. Karena disana ayah Chan hanya mengawasi sebab ialah pemilik rumah sakit khusus kejiwaan tersebut.
Setelah mengetuk pintu, keduanya masuk ke dalam ruangan ayah Chan. Terlihat lelaki yang berusia lebih dari setengah abad itu menyambut keduanya.
"Han Jisung, benar?" Jisung melebarkan senyumnya sembari menganggukkan kepalanya.
"Iya pak, aku Han Jisung." Jisung membungkukkan badannya pada ayahnya Chan.
"Santai saja Jisung. Anggap saja aku seperti ayahmu sendiri. Panggil aku papa." Ada rasa haru saat mendengarnya, Jisung tersenyum dengan mata berbinar.
"Terimakasih p-pa." Lelaki itu kemudian mengajak keduanya untuk duduk di dekat mejanya.
Setelah menceritakan sedikit tentang trauma Jisung, ayahnya Chan mulai mengerti permasalahannya. Sebelum Jisung memulai terapi untuk mengembalikan ingatannya yang hilang, ia diminta meminum sebuah pil. Meski ayah Chan tau ini cukup cepat, tapi kondisi Jisung sekarang lebih stabil.
Sekarang Jisung sudah berbaring di sebuah kursi yang cukup nyaman. Ia sudah di dalam pengaruh obat dan hipnotis. Memejamkan matanya dan terus mendengarkan arahan dari ayah Chan.
"Aku punya seorang sahabat, namanya Hwang Hyunjin."
"Apakah dia baik padamu, Jisung?"
"Ya, sangat baik. Dia sangat menyayangiku layaknya saudara."
"Lalu, adakah peristiwa penting yang kamu ingat tentang dia?" Jisung menganggukkan kepalanya.
"Saat itu, aku, Hyunjin dan beberapa temannya sedang mengadakan pesta di sebuah tempat hiburan. Kami bernyanyi bersama, juga meminum minuman keras."
"Lalu, apa kamu mabuk saat itu?" Jisung menganggukkan kepalanya.
"Sangat mabuk, tapi aku masih melihat dan mendengar dengan samar. Aku mendengar Hyunjin bernyanyi untukku. Dan dia bahkan mengajakku menari bersamanya. Namun, setelah itu kepalaku sangat pusing."
"Kalian meninggalkan tempat itu?"
"Ya, Hyunjin membawaku ke dalam sebuah ruangan dan menidurkan aku disana.."
"Apa yang terjadi disana?"
"Aku merasakan bobot tubuh Hyunjin di atasku. Dia mulai menciumku dengan kasar. Hingga aku tidak tau sejak kapan kulitku merasakan langsung dinginnya ac di ruangan itu." Air mata Jisung lolos setelahnya.
"Dia menelanjangimu?"
"Ya, dan aku tidak menolaknya. Aku tidak memiliki kekuatan untuk itu. Tapi memohon agar dia tidak memperkosaku, pun aku tidak dapat melakukannya. Lidahku kelu dan hanya menerima semua perlakuannya sambil menangis dalam diam. Sahabatku sendiri melakukan itu, aku tidak tau harus bagaimana. Otakku menolak, tapi tubuhku hanya diam." Terlihat tangan Jisung mengepal dalam tidurnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Maple [END]
Fanfiction❝Ji, aku mau kita bersahabat sampai kapanpun.❞ Ucap Hyunjin. ❝Eum! Mari kita bersahabat selamanya, Hyunjin.❞ Balas Jisung. Semilir angin musim gugur membawa jatuh dedaunan maple yang ada di dekat mereka. Keduanya tersenyum menyaksikan guguran daun...