🍁 Page Seven : Kebenaran (1)

549 88 58
                                    

❝Memang cuma kamu yang aku butuhkan, Ji.❞ - Hyunjin.

Ulang tahun Jisung yang hanya di rayakan oleh keluarga, sahabat, dan seseorang yang kini telah mengisi harinya, terasa lebih menyenangkan. Tetapi tetap terasa ada yang berbeda. Jika biasanya Hyunjin yang paling antusias, tetapi lelaki itu tampak lebih diam daripada biasanya.

Hingga acara makan malam berakhir, dan Jisung telah menyuapi keluarganya kue satu-per satu. Hyunjin masih terlihat diam. Sedangkan, Chan ia terlihat menyatu saja dengan keluarga Jisung. Di terima dengan baik bagai anak sendiri.

Hingga ia berpamitan dengan orang-orang disana pun, Chan tetap diperlakukan dengan baik. Jisung pun mengantar Chan hingga ke mobilnya.

Melihat keluarganya yang tidak lagi di pintu rumah, Jisung baru sedikit leluasa berbicara dengan Chan.

"Kakak pasti terkejut, kan?" Chan menggelengkan kepalanya.

"Sedikit, tetapi tidak masalah dek." Ujar Chan.

"Setelah tau tentang aku, kakak yakin masih mau dekat?" Chan tersenyum sebelum mengusak rambut Jisung gemas.

"Kenapa enggak dek? Kakak suka kamu karena itu kamu, jadi apapun.." suasana berubah canggung karena Jisung menatap serius ke arahnya.

"Kakak suka sama aku? Kenapa?" Chan meraih kedua tangan Jisung untuk ia genggam. Menatap kedua bening yang ia sukai dengan tatapan lembutnya.

"Apa menyukai kamu perlu alasan dek?" Sejenak Jisung hampir melupakan bagaimana dirinya, tapi sesaat kemudian ia menarik kedua tangannya. Membalikkan tubuhnya karena tidak ingin menatap lelaki di hadapannya ini.

"Gak kak, kakak gak boleh suka sama aku. Kakak terlalu baik, sedangkan aku.. aku terlanjur kotor kak. Dan anak aku buktinya, kakak.." Jisung terdiam merasakan pelukan  di tubuhnya.

"Kakak gak peduli dek, kakak akan tetap suka kamu dan berusaha buat kamu. Kakak hanya akan berhenti jika kamu memiliki orang yang lebih pantas dan dia yang kamu inginkan." Jisung memejamkan matanya, ucapan tulus Chan membuat air matanya mengalir.

"Kak, tapi aku ini.."

"Seorang ibu? Lalu nanti, kakak yang akan menjadi ayah untuk anak kamu." Perlahan Chan melonggarkan pelukannya, membawa Jisung untuk kembali menatap kearahnya. Ia mengelus perlahan permukaan pipi Jisung.

"Udah lama kakak perhatiin kamu, cuma baru belakangan ini kakak bisa dekat banget sama kamu. Dan semakin kakak tau tentang kamu, kakak ingin selalu ada buat kamu." Kali ini bukan Chan yang memulainya, tetapi Jisung. Ia memeluk Chan cukup erat hingga membuat lelaki dalam peluknya ini tersenyum.

"Aku gak tau harus bilang apa ke kakak."

"Diem aja gak apa-apa, kamu diem aja udah gemesin." Jisung memukul punggung Chan pelan. Sempat-sempatnya lelaki ini bercanda disaat dia sedang melow begini.

"Gak mempan gombalnya."

"Tapi pasti pipinya mirip tomat, gembul dan merah."

"Hush diem, nanti yang lain denger."

"Tapi kayaknya, kita udah di tonton deh dek." Jisung mendelikkan matanya, segera berbalik untuk melihat keluarganya yang ternyata memang menyaksikan adegan mereka dari balik pintu.

"Haish biarin deh." Jisung yang udah terlanjur malu memilih kembali memeluk Chan.




🍁🍁🍁





Entah mengapa, melihat adegan tadi membuat seluruh tubuhnya memanas.

Belum lagi, "akhirnya mama akan punya menantu."

The Maple [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang