❝Sepertinya kamu sudah menemukan obatmu, Ji. Tetapi kenapa rasanya sakit sekali.❞
Kembali pada rutinitas, itu artinya kembali siap untuk di sibukkan lagi. Tapi dengan rutinitas itu lah ia menjadi sedikit lupa dengan beban utamanya. Meski tidak seutuhnya. Hanya saja, begini lebih baik.
Pagi-pagi sekali, Jisung sudah sibuk menyiapkan sarapan untuknya dan Hyunjin. Walau hanya roti yang berlapiskan telur dan keju. Sesekali ia begini, karena biasanya Hyunjin yang sibuk menyiapkan sarapan.
Saat sedang asik membalik telur, sebuah pelukan di pinggangnya membuat Jisung berjengit kaget. Siapa lagi pelakunya, jika bukan Hyunjin. Lelaki yang baru terbangun dari lelapnya itu, kini menumpukan dagunya di pundak Jisung untuk melihat kegiatan sahabatnya ini.
"Harum banget, jadi lapar, Ji." Jisung terkekeh sembari tetap fokus pada masakannya.
"Kalau gitu tunggu di meja makan, bentar lagi selesai ini."
"Iya deh, tapi sini aku kasih energi dulu." Hyunjin mengecup gemas pipi gembil Jisung, membuat sahabatnya itu sedikit mematung. Sebenarnya dulu biasa saja, tapi kali ini saat Hyunjin melakukan itu padanya, rasanya seperti tidak pantas. Ia teringat kekasih Hyunjin.
Setelah melepas pelukannya dari Jisung, barulah Hyunjin tersadar. Ia menjitak kepalanya sembari berjalan menuju meja makan.
"Eum Ji, maaf ya aku tadi reflek aja." Ucapannya membuat Jisung menoleh padanya, lelaki itu tersenyum manis kearahnya.
"Gak apa, Hyun. Tapi kurangi ya, aku gak enak sama Jeongin." Hyunjin menganggaruk tengkuknya dan hanya mengangguk paham dengan maksud Jisung.
Kini keduanya tengah menyantap sarapan buatan Jisung. Duduk berdekatan dan sesekali saling melirik. Baru saja Jisung akan membasahi tenggorokannya, sebuah bunyi bel berbunyi di rumah mereka.
"Biar aku aja, Hyun. Kamu lanjut aja sarapannya." Hyunjin mengangguk dan membiarkan Jisung pergi untuk membukakan pintu.
Begitu pintu terbuka, "kak Chan.."
"Selamat pagi Jisung."
"Ah ya selamat pagi juga kak. Ayo masuk kak." Dengan senang hati Chan masuk ke dalam rumah mereka. Jisung menuntunnya menuju ruang tamu.
"Eum, sebentar kak, Jisung mau ambilkan kakak minum." Saat Jisung akan beranjak pergi, Chan menahan tangannya.
"Gak usah Jisung, kakak hanya ingin tau apakah kamu ada jadwal kuliah hari ini?" Jisung mengerjapkan matanya mendengar pertanyaan dari Chan.
"Ada kak, nanti jam sembilan. Kenapa kak?"
"Setelah itu?"
"Gak ada lagi kak."
"Mau jalan sama kakak gak? Kakak mau survey." Kening Jisung mengerut mendengarnya.
"Survey apa kak?"
"Mau lihat konsep festival yang biasa di adakan di musim gugur."
"Berdua aja kak?" Chan mengangguk ragu.
"Ya, kamu mau?" Jisung mengalihkan pandangannya hingga matanya menangkap sinyal dari Hyunjin yang sejak tadi mengintip. Tentu saja Hyunjin menyodorkan jempolnya untuk menyuruh Jisung mengiyakan.
"I-iya kak, aku mau." Chan tersenyum mendengar jawaban Jisung.
"Kalau gitu, kamu berangkat bareng kakak, ya?" Lagi Jisung mengangguk menyetujui usul Chan. Memang sulit rasanya menolak, tapi ia berharap ini awal yang bagus.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Maple [END]
Fanfiction❝Ji, aku mau kita bersahabat sampai kapanpun.❞ Ucap Hyunjin. ❝Eum! Mari kita bersahabat selamanya, Hyunjin.❞ Balas Jisung. Semilir angin musim gugur membawa jatuh dedaunan maple yang ada di dekat mereka. Keduanya tersenyum menyaksikan guguran daun...