🍁 Page Eight : Kebenaran (2)

514 85 63
                                    

Ada yang berbeda dari Jisung sejak ia pingsan di tempat karaoke. Dia menjadi lebih murung dan terlihat banyak pikiran. Hyunjin menyadari itu, tetapi ia tidak ingin mengatakan apapun pada sahabatnya.

"Ji.." Jisung menoleh ke arah Hyunjin yang duduk di sebelahnya. Mereka tengah menonton tv di sela hari libur.

"Hm?"

"Minho udah mau ketemu kamu. Kamu mau bertemu dia hari ini?" Jisung menganggukkan kepalanya.

"Kamu udah siap, Ji?" Jisung kembali menganggukkan kepalanya.

"Iya, siang ini aja ketemunya. Di cafè dekat kampus kita." Terselip nada super datar tanpa gairah disana.

"Kamu sakit, Ji?" Barulah Jisung tersenyum dan menggelengkan kepalanya.

"Enggak Hyun, apa aku terlihat pucat?" Hyunjin menepuk pelan punggung Jisung.

"Enggak kok Ji. Sini baring, kamu mungkin kurang tidur Ji. Maksain banget mau nonton doraemon." Hyunjin menarik Jisung hingga sahabatnya itu membaringkan kepala di atas pahanya.

"Menurut kamu, kak Minho bakalan mau gak ya Hyun?" Hyunjin merapikan poni yang menutupi dahi Jisung.

"Kita udah berbaik hati dengan gak nuntut dia lebih lama di penjara. Udah seharusnya dia bertanggung jawab walaupun masih belum sepadan dengan yang kamu rasakan, Ji."

"Maaf, aku gak punya kekuatan ngelindungin kamu." Jisung menatap ke arah Hyunjin.

"Siapa bilang? Kamu udah banyak banget ngelindungin aku, Hyun. Akunya aja yang lemah banget. Maaf, selalu ngerepotin kamu." Hyunjin menyentil dahi Jisung pelan.

"Ngomong gitu lagi, aku tinggal."

"Ngomong gitu lagi, aku tinggal." Ucap Jisung meniru ucapan Hyunjin.

"Eh gak ding, mana bisa aku ninggalin kamu." Jisung tersenyum mendengarnya. Ia mengulurkan kelingkingnya ke arah Hyunjin. Dengan senang hati sahabatnya itu menyambutnya.

"Sebentar lagi aku bakalan gak bebas begini sama kamu, Ji. Kak Chan bisa nebas leher aku." Jisung terkekeh mendengar ucapannya.

"Dia beda, Hyun. Gak seperti kak Minho." Hyunjin mengangguk mengerti, kepribadian Chan memang terlihat lebih tenang dan bersahabat dibandingkan dengan Minho. Dia sangat paham sifat Minho dulu.

"Kamu bener, Ji. Ah, kamu bisa berhadapan langsung dengan dia nanti?" Jisung berpikir sejenak.

"Apa kita perlu kak Chan? Kamu lebih tenang kalau sama dia, Ji." Sambung Hyunjin.

Hyunjin tidak salah, dengan Chan ia menjadi lebih tenang. Mungkin karena Chan bisa mengendalikan emosi Jisung selayaknya psikiater. Ah, dia jadi ingat belum bertemu dengan ayahnya Chan.

"Aku tanya dia dulu ya, Hyun." Hyunjin menganggukkan kepalanya. Membiarkan Jisung beranjak mengambil ponselnya untuk menghubungi Chan.

Sesaat kemudian, Hyunjin dapat melihat wajah cerah Jisung. Ia tersenyum meski merasa miris dengan dirinya sendiri.

Chan, orang itu memang mampu membuat Jisung lebih baik.

Meski sakit mengetahui fakta itu, ada sedikit rasa tenang karenanya.




🍁🍁🍁




Dengan ditemani oleh sahabat sekaligus seseorang lagi yang semakin memiliki arti khusus dalam hidupnya, Jisung menemui masa lalu yang ingin ia hindari.

Jisung menemui Minho seorang diri, kedua orang yang menemaninya menunggu di luar cafè. Meski ia lebih banyak menundukkan kepala, tapi setidaknya mendengar suara Minho tidak separah sebelumnya.

The Maple [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang