#08 he shocked me again

37 5 0
                                    

Secara impulsif, tubuhku tertarik mundur selangkah menjauhi Jungkook. Sementara pemuda itu semakin tersenyum lebar tanpa menampakkan gigi karena melihatku salah tingkah begini. Baru pertama kali aku melihatnya tersenyum seperti itu. Dan sialnya senyum Jungkook manis sekali. Tak kalah manis dengan senyuman Taehyung, walau mereka tak bisa dibandingkan-untuk menentukan siapa pemenang yang punya senyum paling menawan. Karena mereka memiliki jenis senyum yang punya daya tarik tersendiri.

Aku berdehem sambil menetralkan ekspresi. Tak mau terlihat lemah, walau senyum Jungkook benar-benar seperti bisa ular. Yang mungkin bisa membuat saraf-sarafku mati seketika jika tak dapat pertolongan. Oke, stop. Aku mulai berlebihan sekarang.

"Kenapa? Kau mulai tertarik padaku?" tanyaku pongah seperti biasa.

Tak mendengar jawaban apapun, aku malah melihatnya menyimpan telapak tangan di saku celana.

Kulipat lengan di depan dada, "Hei, Jeon Jungkook. Baiklah, kuakui kau memang tampan dan cukup lumayan serasi jika bersanding denganku. Tapi kau tidak ada apa-apanya dibanding Kim Taehyung. Lagipula, dia temanmu sendiri. Kau tidak berniat mengkhianatinya dengan diam-diam jatuh cinta padaku, kan? Heol. Kalau memang benar, aku minta maaf. Aku tidak punya niat buat menyelingkuhi Kim Taehyung. Jadi kau cari gadis yang lain saja, oke?" Kuakhiri ocehanku dengan tepukan singkat di bahu kanannya yang kokoh itu. Sejemang, ia mengangkat satu alisnya.

"Begitu, kah?"

Aku mengangguk mantap. "Iya, memang harus begitu."

Setelah itu, aku tak melihat ekspresi apapun di wajahnya. Datar. Seperti papan kayu. Berbeda 180 derajat dengan Jeon Jungkook beberapa menit lalu. Yang tersenyum, yang menatapku intens, yang menggodaku-walau entah apa yang ia lakukan barusan termasuk caranya untuk menggodaku atau bukan. Seolah dengan cepat ia bertransformasi kembali menjadi Jeon Jungkook yang dulu. Jeon Jungkook yang tenang. Dengan segala kemisteriusan yang dimiliki. Seperti saat ia selalu memecahkan soal matematika sepelik apapun sementara ia terlihat selalu tertidur di singgasana kesayangan-bangku pojok belakang.

"Tapi, kau harus tahu satu hal."

Keningku berkerut. "Apalagi? Kau mau bilang kalau sudah menyukaiku sejak lama, begitu? Haha."

Aku tertawa. Benar-benar tertawa sampai saat netraku menangkap raut wajah Jungkook yang menunjukkan keseriusan, aku berhenti. Ia kembali menatapku intens. Kali ini membuatku sangat ingin memaki usai dengar ia mengatakan,

"Kau benar-benar membuatku muak."

Beberapa langkah mendekat, Jungkook berbisik tepat di telingaku. "Kau... sangat-sangat menjijikkan, Jung Naree." []

LatentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang