Sial.
Aku tak pernah senafsu ini untuk memaki seseorang. Jeon Jungkook ternyata lebih dari yang kubayangkan. Mulutnya benar-benar harus diberi pelajaran. Mungkin beberapa kali ciuman di bibir bisa menyadarkan mulut yang kurang ajar itu.
Aku langsung berbalik. Melupakan niat awalku yang tadinya mau rebahan di kasur ruang kesehatan. Tapi rasanya, menampar wajah Jungkook yang kelewat tampan itu sepertinya menyenangkan.
"Hei, Jeon Jungkook!"
Suara nyaringku memecah keramaian. Seluruh penghuni kelas sontak diam. Menaruh atensi padaku yang tengah berdiri geram di depan pintu dengan telapak tangan mengepal.
"Aish, kau ini ada masalah apa? Kenapa teriak-teriak, sih?!"
Tanpa memerdulikan ocehan Ayeong, kuhampiri Jungkook yang sedang bersantai di singgasana kesayangan.
Seperti dugaan, lelaki itu sama sekali tak peduli padaku. Jungkook asyik memejamkan mata sambil bersandar di punggung kursi dan melipat tangan di depan dada dengan earphone di telinganya. Ia bahkan terlihat tak terganggu sekali dengan tanganku yang menarik kasar earphone itu dari lubang telinganya. Beberapa orang di belakangku terdengar berbisik. Mengatakan jika, "Berani sekali dia cari masalah dengan Jeon Jungkook."
Hei! Lelaki tengik ini yang berani-beraninya cari masalah dengan Jung Naree!
"Kau pikir kau siapa?" kataku pelan namun penuh penekanan.
"Kau pikir bisa mengintimidasiku, begitu? Mencoba membuatku takut?"
Jengkel. Jeon Jungkook sukses membuatku amarahku memuncak sampai ke ubun-ubun hingga rasanya ingin mencekiknya detik ini juga. Jungkook masih memejamkan mata dan menyandarkan punggung seolah menganggapku kaset rusak yang tengah diputar di radio butut dan ia sama sekali tak peduli dengan kebisingan itu.
"Ya!"
Masa bodoh. Aku berteriak. Tak peduli Jungkook akan membunuhku karena berani menendang singgasananya serta melempar ranselnya ke sembarang arah. Semua orang melotot ke arahku. Semua juga tahu, kalau Jeon Jungkook tak suka barangnya disentuh. Tak suka barangnya dirusak.
Aku tersenyum menang, melihat Jungkook menjulangkan badan. Tatapannya lurus intens padaku. Aku melihat sepercik amarah dalam manik matanya yang dalam. Aku senang berhasil memancing amarahnya. Ha! Salah sendiri mengabaikanku. Tidak ada seorang pun di dunia ini yang boleh mengabaikan Jung Naree. Karena aku tak suka diabaikan.
"Semua duduk, jam pelajaran akan dimulai!"
Suara Guru Choi memecah atensi seluruh penghuni kelas. Terkecuali aku dan Jungkook. Kami masih bersitegang dengan tampang garang masing-masing.
"Siapa itu yang masih berdiri? Jeon Jungkook! Jung Naree! Kalian tidak mendengarku?!"
Nyaringnya suara benturan rotan dengan meja kayu itu mengejutkan beberapa anak. Jungkook sudah kembali duduk dan mengabaikan aku lagi seperti tadi. Tak ada manik matanya yang menatapku. Sial. Dia benar-benar membuatku kesal. Sementara aku masih berdiri, Kyungseok menghampiri. "Naree-ah, duduklah. Jangan buat Guru Choi mengamuk."
Kujatuhkan bokongku dengan perasaan kesal. Dua jam pelajaran Guru Choi, perasaanku masih tak karuan. Dadaku berkecamuk. Aku berpikir keras menyusun rencana seapik mungkin agar Jeon Jungkook bertekuk lutut padaku. []
KAMU SEDANG MEMBACA
Latent
Short StoryNaree tak mengenal Jungkook sebaik ia mengenal Taehyung walau mereka berada di bawah atap ruang kelas yang sama. Namun, ketika Jungkook tahu alasan Naree memacari Taehyung, Naree tahu ia tak bisa menghindari Jungkook. -Feb, 2020 by auliadv All Righ...