#15 whisper

24 4 0
                                    

"Naree-ah, kau dari mana saja?"

Taehyung bergelayut manja pada lenganku usai kudaratkan pantatku di bantalan sofa yang empuk. Aku tersenyum padanya. "Ambil minum."

Saat kembali memakan sereal yang tersisa setengah mangkuk, Taehyung mendekatkan wajahnya padaku dengan mulut terbuka separo. "Aku juga mau!"

Aku terkekeh. "Kau bisa makan sendiri, kan?"

"Tapi, akan lebih enak kalau makannya kau suapi."

"Hentikan, Tae." Itu suara Hoseok. "Kau membuatku muak."

"Bilang saja kau iri, kan?" Taehyung tertawa. "Aku tahu kau iri. Makanya cari pacar!"

"Sombong sekali."

Hoseok mendecak sementara Taehyung lantas melirik Jungkook yang baru datang. "Kau juga. Cari pacar sana!"

"Aku sudah punya."

"Jinjja?!" Hoseok dan Taehyung melotot kaget mendengarnya. Sementara aku ikut-ikutan melotot ketika melihatnya duduk di sebelahku sambil sengaja menempelkan bahu.

"Siapa? Kenapa kau tak pernah cerita?" Jimin yang baru datang bersama Seulgi turut bertanya.

Saat kulirik Jungkook dari sudut mata, ternyata ia balik menatapku sambil menyeringai. "Kalian kenal orangnya, kok."

Dia benar-benar gila! Aku membelalakkan mata ketika ia menggenggam telapak tangan kiriku, sementara di sebelah kananku sedang ada Taehyung!

"Woah, siapa? Teman sekelasmu?" Taehyung bertanya. Aku sudah berusaha sekuat tenaga untuk melepas tangannya. Tapi, percuma juga. Jungkook tidak akan semudah itu mau melepasku. Maunya apa, sih?!

"Iya, teman sekelasku."

Aku makin melotot padanya. Dia mau membongkar semuanya?!

"Naree, kau kenal?" tanya Taehyung padaku secara tiba-tiba. Aku panik, sebab takut tak bisa segera mengontrol emosi. Namun, ketika aku mau menjawab, suara Jungkook sudah terlebih dahulu menyela.

"Tentu saja." Ia menyeringai padaku. "Naree, sangat mengenal dia. Sangat mengenal dengan baik sekali."

Aku yang kini cemas setengah mati masih berusaha melepas genggaman tangannya padaku. Tangannya keras sekali. Tanganku sampai sakit.

"Kalau aku, bagaimana?" tanya Taehyung tiba-tiba. "Apa aku mengenalnya juga?"

Kutelan saliva susah payah. Sudah kubilang berkali-kali, Jeon Jungkook ini tak bisa kuanggap remeh. Kalau dia membeberkan semuanya, aku benar-benar akan mati. Sebab Taehyung itu benci dikhianati. Aku mengenal Taehyung dengan baik. Ia memang manis, baik perlakuan maupun tampang. Tapi jika ada seseorang yang mengusik kesenangannya atau mencoba bermain-main api dengannya, Taehyung bisa berubah menjadi monster. Yang sangat mengerikan. Hidupmu tidak akan tenang selagi Taehyung belum menyelesaikan aksi balas dendamnya.

Kutatap Jungkook dengan wajah memohon, sambil balas meremas tangannya yang kini masih berpagutan erat dengan tanganku. Aku tahu dia tak punya hati. Dan sudah kedua kalinya aku merendahkan diri di hadapannya dengan memasang wajah memohon tak berdaya seperti ini. Tuhan, tolong, sekali ini saja. Biarkan Jeon Jungkook menjadi malaikat. Walau sebenarnya aku tak sudi menyebutnya begitu.

"Tidak."

Pada akhirnya Jungkook membiarkanku bisa bernapas lega. Namun, ternyata ia belum sepenuhnya menyelesaikan kalimatnya.

"Sayangnya kau tidak mengenalnya dengan baik, Taehyung. Padahal...," Kulihat senyum iblis menghiasi wajah pangerannya.

"...she's such an interesting person," lanjut Jungkook sambil berbisik padaku. []

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 07, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LatentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang