#13 what's the fucking wrong with him?

37 2 0
                                    

Jungkook sama sekali tak tersenyum usai mengucapkan hal itu. Sial. Dia benar-benar membenciku setengah mati, ya? Mendadak, wajah eomma dan appa terlintas di benakku. Aku tak bisa membayangkan bagaimana sakit hatinya mereka melihat anak gadis yang dirawatnya dengan penuh kasih malah merendahkan diri seperti ini. Tapi, untung mereka tak melihatnya. Dan Nara.... semoga dia benar-benar menuruti perkataanku untuk masuk ke rumah tanpa sibuk cari tahu apa yang sedang kulakukan bersama Jungkook. Jangan sampai ia mengintip di balik jendela kaca. Aku tidak ingin terlihat menyedihkan di hadapannya. Aku tak punya pilihan lain selain menggantungkan banyak hal pada Taehyung. Namjoon sudah banyak membantuku, dan aku tidak mau menyusahkannya lagi.

Aku tertunduk. Malu memperlihatkan air muka lemah ini pada Jeon Jungkook yang pongah. Kutekuk lutut di hadapannya. Tanganku gemetar ketika hendak meraih kakinya. Aku benci diriku sendiri.

"Kau benar-benar mau melakukan ini?"

Tanganku dicekal. Kuangkat tatapanku hingga menemukan manik mata Jungkook yang sejajar dengan kepalaku. Sontak kutepis tangannya kasar. "Kenapa? Sudah kubilang mau melakukan apapun, kan?"

Jungkook kembali tersenyum. "Apa Taehyung seberharga itu?"

"Ya."

Jungkook melenyapkan senyumnya. Tatapannya kembali dingin seperti sebelum-sebelumnya. Ia berdiri dan langsung pergi melewatiku begitu saja, seolah hal yang barusan terjadi hanya debu baginya. Bukan masalah besar. Tertiup angin nanti juga akan hilang.

"Kau mau ke mana?!"

"Pulang."

"Urusan kita belum selesai!"

"Apalagi?"

Ia berbalik. Kupendam niatan di dalam hati agar tak gegabah untuk menonjoknya. "Kau tidak akan membocorkannya pada siapapun, kan?"

"Terserah aku, lah. Mulut-mulutku ini."

Bedebah ini benar-benar menjengkelkan! Aku sudah tidak tahan!

"Ya!" Kutarik lengannya agar dia menghentikan langkah.

"Berani sekali kau menyentuh tanganku."

"Maumu apa sih, sebenarnya?! Sudah kubilang aku akan melakukan apapun yang kau suruh! Kenapa kau malah pergi begitu saja?! Kau.... benar-benar bedebah sialan menyebalkan-"

"Jadi pacarku."

Aku membeliak. "Mwo?!"

"Kau bilang mau melakukan apapun."

"Kau gila?"

"Mungkin."

Aku benar-benar tak mengerti dengan jalan pikiran manusia yang satu ini. He's so unpredictable.

"Bukannya tadi pagi kau mengataiku menjijikkan? Lalu apa sekarang? Kepalamu terbentur apa, ha?" Giliran aku yang tertawa terpingkal-pingkal untuk beberapa saat. "Oh, atau-kau suka padaku?"

"Apa aku terlihat seperti menyukaimu?"

Tidak. Sama sekali. Dia malah terlihat seperti ingin membunuhku. "Tapi, tetap saja! Kau tidak suka padaku dan aku tidak suka padamu, lalu buat apa kita pacaran?!"

"Memangnya kalau mau pacaran harus saling suka dulu, ya?"

"Ya iyalah!"

"Kau menyukai Taehyung?" tanyanya tiba-tiba membuatku sontak terdiam.

Kenapa dia malah jadi membahasku, sih? Siapa bilang aku tidak menyukai Taehyung?! Jelas aku suka! Wanita di bumi bagian mana yang tak menyukai paras tampannya itu? Apalagi dia anak konglomerat.

"Tapi, itu mustahil. Kau tahu aku pacaran dengan Taehyung, kan? Kalau dia tahu aku pacaran denganmu, sama saja aku bunuh diri."

"Kalau begitu jangan sampai dia tahu."

"Mwo?!"

"Kau punya waktu berpikir selama 5 detik."

"Kau gila!"

"Lima."

Aku mengumpat dalam hati. Sebenarnya apa rencana si Jeon Jungkook ini? Dia merencanakan apa?

"Empat."

Tapi, tetap saja. Aku tidak boleh langsung percaya padanya. Biarpun tampangnya bak pangeran, isi pikirannya benar-benar ular.

"Tiga."

"Dua."

"Satu-"

"Baiklah, aku setuju."

Jungkook menyeringai. Dia pasti sangat senang sekarang sudah menang dariku. Aku membeliak ketika dia kembali berjalan melewatiku. "Mau ke mana kau?! Hapus fotonya dulu!"

Alis kananya terangkat, "Foto apa?"

"Aku sudah setuju mau pacaran denganmu, kan? Sekarang hapus fotonya!"

"Aku tidak pernah bilang mau menghapus fotonya."

"Kau!"

"Perjanjian kita hanya sebatas aku tidak akan membocorkan rahasiamu."

"Bagaimana kalau ada yang tidak sengaja melihat fotonya?!"

Jungkook mengendikkan bahu, "Bukan urusanku."

Sial. Jeon Jungkook benar-benar sialan! Lihat, kan? Dia memang tidak bisa dipercaya!

"Kau mau apa?"

Aku memundurkan langkah ketika ia semakin mendekat. Dia tersenyum. "Apalagi? Kecupan selamat tinggal sebelum pulang."

Gila! Jeon Jungkook benar-benar sudah gila! Punggungku membentur dinding. Dan aku tak bisa melakukan apapun. Aish, kenapa aku tak bisa melakukan apapun, sih?! Harusnya kutendang saja tulang keringnya! Tapi kenapa aku tak bisa bergerak sedikitpun?! Wajahnya sudah sejengkal di depan wajahku. Hidung kami hampir bersentuhan dan aku hanya bisa memejamkan mata. Hingga aku merasakan sentilan ringan di dahiku. Ketika kubuka kelopak mata, dia sudah menjauhkan wajahnya sekitar tiga jengkal di depan wajahku.

Ia bersidekap sambil menunjukkan senyum menyebalkan itu. "Kau pikir aku sudi melakukan itu?"

Setelahnya, aku melihatnya melangkah pergi dengan santai. Meninggalkan aku dengan degup jantungku yang masih terasa sangat kencang. []



LatentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang