Kekang

1.5K 84 4
                                    

"Tolong! Tolong jangan!! Tolong! Jangan sakiti dia!! Toloooonggg..." Mikael baru mematikan lampu kembali setelah salat malam, ia ingin melanjutkan tidur namun dikejutkan dengan Tsabiya yang sejak beberapa jam tadi tidur dengan damai, kini berteriak dengan mata tertutup disertai air mata.

"Toloooonggg..." Semakin kencang teriakan tersebut membuat Mikael tak mengerti.

"Tsabiya, bangun." Mikael menepuk pipi Tsabiya pelan, berniat membangunkan.

"Jangan pukul dia..." Tsabiya masih terisak dalam tidurnya. Raut wajahnya ketakutan.

"Tsabiya? Bangun." Kedua kalinya Mikael menepuk pipi Tsabiya hingga akhirnya mata itu terbuka. Melihat seluruh isi kamar, menatap Mikael terkejut.

"Sebelum tidur berdoa dulu," ucap Mikael mengingatkan. Tsabiya meraba perutnya, lalu beralih menghapus air matanya.

"Aku mimpi buruk," keluhnya sambil bangun untuk duduk.

"Saya tau. Kelihatan tadi."

"Aku takut," lanjut Tsabiya. Tangannya tiba-tiba ikut bergetar.

"Cuma mimpi," tambah Mikael kemudian.

"Tapi ngeri, aku mimpi anak yang aku gendong diambil, aku diikat. Anak itu mau dipukul pakai kayu." Cerita Tsabiya mengalir. Sekarang suaranya menyusul bergetar.

"Lalu?" tanya Mikael ingin tahu.

"Anak itu mirip kamu," tambah Tsabiya lagi. Mikael diam, menatap dalam mata Tsabiya, mencari tau apakah cerita itu barangkali dikarang oleh Tsabiya yang iseng. Namun sepertinya tidak, keringat Tsabiya terlihat mengucur, bajunya dibasahi keringat di beberapa tempat.

"Sudah, tidur lagi," titah Mikael selanjutnya.

"Nggak bisa, aku kepikiran, aku takut anak ini kenapa-kenapa, firasat aku buruk."

"Sudahlah, lupa---"

"Kamu kenapa sih anggap enteng apa yang aku rasain! Kalau ada sesuatu pasti lupakan, atau nggak kamu pasti bilang nggak papa. Kamu jahat tau nggak! Nggak pernah mau dengerin orang!" Tiba-tiba suara Tsabiya meninggi, Mikael disembur tiba-tiba. Tapi tetap wajah datarnya tak berubah sama sekali.

"Tau ah aku males sama kamu." Tsabiya langsung memutar badan, kakinya ia jatuhkan ke lantai bersiap untuk turun.

"Ke mana?" Eh, tumben nih suami kutub nanya. Tsabiya menoleh dongkol.

"Gak bisa tidur."

"Pertanyaan saya ke mana bukan kenapa."

"Hidupin TV, nonton." Ibu hamil lupa diri, bukannya istirahat malah begadang.

"Jangan, temani saya tidur." Tsabiya kembali menoleh tak karuan. Lembut sekali suara Mikael, Tsabiya yang tadinya kesal malah kini merasa tidak kesal lagi. Duh, Mikael pake pelet apa sih.

"Tsabiya." panggilnya lagi. Merinding. Tsabiya merinding. Suara Mikael benar-benar memabukkan dirinya.

"Iya." Jangan tanya Tsabiya, pikirannya sudah kacau. Ia tidak bisa berpikir lagi.

Ia kembali berbaring menghadap Mikael, laki-laki itu segera mematikan lampu dan ikut berbaring.

"Mendekat," titah Mikael lagi. Tsabiya mendekat. Memeluk Mikael tanpa malu-malu dan menjadikan lengan Mikael bantal tanpa permisi ke pemiliknya.

"Tsabiya?"

"Hmm."

"Anak saya apa kabar?" Duarrr, Tsabiya benar-benar terkejut. Mikael benar-benar aneh bukan.

"Dia sehat." Tsabiya terheran sekaligus gemas, ia diam-diam tersenyum. Bagaimana ya kira kira ekspresi wajah Mikael? Sayang sekali gelap, Tsabiya tidak bisa melihat raut wajah Mikael saat mendengar calon anaknya baik-baik saja.

TsabiyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang