Baru 7 bulan, dan Taehyun sudah dilarikan ke rumah sakit. Beomgyu memilih cuti kerja untuk menemani istrinya melahirkan. Iya melahirkan, dokter bilang Byulbit harus segera dikeluarkan. Yang itu artinya Byulbit akan lahir prematur. Itu jauh lebih baik, daripada mati di dalam kandungan.
Taehyun tiduran di ranjang rumah sakit, menunggu operasi yang dijadwalkan 1 jam dari sekarang. Di sampingnya ada Beomgyu yang sejak kemarin setia menemani sambil menggenggam tangannya.
Bohong kalau mereka sama-sama tidak khawatir. Justru dengan tangan yang saling bertaut itu, mereka sebenarnya sedang saling menguatkan.
"Sesuatu yang ditakutkan akan terjadi jika kita terus memikirkannya. Jadi, mari kita pikirkan sesuatu yang menyenangkan. Seperti menjodohkan Byulbit dengan Yoojin?"
Keduanya tertawa dan Taehyun mencubit gemas ujung hidung Beomgyu.
"Pikiranmu terlalu jauh, Hyung. Yoojin sendiri bahkan masih menyusu ke ibunya."
"Ya tidak apa-apa, ucapan adalah doa. Biar kita bisa besanan dengan Yeonjun dan Soobin. Nanti biar anaknya pada tinggi-tinggi."
Mereka tertawa lagi, lalu sama-sama diam dengan saling menatap. Beomgyu menarik tangan Taehyun untuk dikecupnya. Lalu mendekatkan wajahnya hingga mereka bisa saling mempertemukan dahi.
"How's your feeling, babe?" tanya yang lebih tua sembari memberi kecupan kupu-kupu di bibir Taehyun.
"I'm nervous."
"Everything will be okay, babe. I'm right here, with you. Nothing to worries about."
"I hope so."
Beomgyu mengelus perut Taehyun. Merasakan putrinya sudah mendesak ingin segera keluar. Dia tersenyum membayangkan betapa cantiknya anak ini nanti.
"Byulbit pasti akan secantik dirimu, Sayang. Kalau saja Seoni ada, dia pasti akan sangat girang memiliki adik yang cantik dan akan menjaganya dengan protektif."
Mata Taehyun berkaca-kaca. Dia berpegangan erat pada tangan Beomgyu.
"Seoni ... maaf aku tidak bisa menjaga Seoni...."
"It's okay, babe. Ini sudah takdir kita. Jika Seoni ada, Byulbit tidak akan ada. Mungkin ini yang dikatakan bahwa kesempatan kita punya anak hanya satu. Seoni atau Byulbit. Tidak keduanya sekaligus."
Taehyun menangis juga akhirnya. Dia merasa emosional, kembali mengingat betapa tidak becusnya dia menjaga Seoni dan
melanggar ucapan suaminya waktu itu. Andai waktu bisa diputar kembali, Taehyun akan berusaha memperbaiki semuanya.Saat operasi akhirnya tiba. Beomgyu mengantarkan Taehyun ke ruang operasi bersama dengan para suster. Semakin dekat dengan ruang operasi, semakin dadanya berdegub tak karuan. Namun dia berusaha tenang, dan tetap terlihat tegar di mata Taehyun.
"Aku menunggu di sini," katanya saat mereka telah sampai di depan ruang operasi. "Aku tidak akan kemana-mana. Aku di sini setia menunggumu. Dengar, meskipun Seoni sangat membutuhkanmu, tapi tahukah siapa yang paling membutuhkanmu?"
Mereka saling bertukar pandang selama beberapa saat, hingga Beomgyu mengecup dahi Taehyun dan menyelesaikan ucapannya.
"Aku dan Byulbit. Kami sangat membutuhkanmu. Berjuanglah, Sayang."
Beomgyu pun melepaskan Taehyun yang dibawa masuk ke ruang operasi. Dia masih berdiri di sana dengan wajah cemas hingga pintu ditutup. Lantas ia pun duduk di kursi tunggu. Berdoa tiada henti, berharap yang terbaik untuk mereka.
💙💙💙
Entah berapa jam operasi itu berlangsung, tahu-tahu bahunya ada yang mencolek dan itu adalah seorang suster. Beomgyu baru sadar kalau dia ketiduran barusan.
"Taehyun--"
"Pasien sudah dipindah ke ruangan, Tuan. Silahkan ikut saya."
Beomgyu menurut. Dia mengikuti suster itu dengan langkah gontai karena masih belum sepenuhnya sadar, tapi dia tidak dibawa ke ruangan istrinya, melainkan ke ruang NICU untuk melihat putrinya yang berada di dalam inkubator.
"Ini putri Anda, Tuan. Karena kelahiran prematur jadi segera dibawa kemari untuk perawatan intensif."
Beomgyu melihat bayi perempuan itu dengan takjub. Benarkah itu putrinya? Lucu sekali. Kecil, mungil, dan tampak lemah. Ingin sekali dia gendong dan kecup seluruh wajahnya yang manis itu.
"Boleh kami tahu siapa nama bayinya, Tuan?"
"Byulbit. Choi Byulbit," jawabnya cepat tanpa ada keraguan sedikitpun. Dia masih memaku fokusnya pada bayi mungil itu.
Setelah puas, dia pun diantar ke ruang rawat Taehyun. Di sana istrinya sudah berkedip-kedip, dan hanya ditemani suster. Tanpa banyak kata, Beomgyu langsung menghampirinya dan memeluknya.
"Sayang, terima kasih banyak...."
Taehyun tersenyum seraya mengelus rambut Beomgyu.
"Byulbit mana?"
"Di ruang NICU. Dia manis sekali seperti dirimu. Sungguh aku masih tidak percaya akhirnya aku bisa melihat bayi kita. Byulie mirip sekali denganmu, aku bahkan bisa mengenalinya dalam sekali lihat. Astaga ... aku tidak bisa menahan diri...."
Beomgyu menangis. Dia sungguh overwhelmed dengan kehadiran Byulbit. Seperti mendapat 2 hadiah tak terduga: Byulbit yang lahir selamat, dan Taehyun yang masih hidup setelah keluar dari ruang operasi. Persetan dengan orangtua mereka yang sama sekali tidak peduli kalau cucunya lahir. Begini saja Beomgyu sudah bahagia sekali.
"Sebenarnya, tadi aku bermimpi bertemu dengan Seoni."
Ucapan Taehyun seketika membuat Beomgyu menatapnya.
"Dia memintaku untuk menyusulnya, katanya dia membutuhkanku."
"La-lalu?"
Taehyun menggeleng, tersenyum. "Aku menolak. Dan seperti katamu tadi. Aku bilang padanya bahwa ada yang lebih membutuhkanku dan itu adalah kalian, kau dan Byulie."
Beomgyu melanjutkan tangisnya dengan bersembunyi di ceruk leher Taehyun.
"Dan aku bersyukur bisa melihatmu lagi, Beomgyu."
"Aku juga," isak Beomgyu dengan suara parau. "Aku juga sangat mensyukuri itu."
"Aku belum sempat mengatakan ini, tapi ... aku juga berterima kasih padamu, Beomgyu. Selama ini kau tidak pernah absen berada di sisiku. Selalu menjadi rumah untukku, tempat bersandar, tempat bergantung. Padahal kau sendiri bersedih, tapi selalu berusaha terlihat kuat di hadapanku. Sampai kau putus asa, ingin menyerah. Tapi lagi-lagi, karenaku kau berusaha tetap bertahan. Aku tidak bisa memberimu apa-apa sebagai imbalan, kecuali Byulie. She's a gift for you, from me. I can't give you anything else."
"No, babe. You're also my gift. Berhenti bicara yang tidak-tidak. I'm happy, honey. Truly happy, just with you and our baby. Let's just walk in flower road, kay?"
END
