Pekerjaan Beomgyu sangat melelahkan, baik secara fisik maupun mental, sehingga ia tidak bisa menyisihkan waktunya untuk sang istri.
Tapi tolong jangan ragukan ketulusan Beomgyu. Dia tulus pada Taehyun, dia teramat cinta pada Taehyun, bahkan saat Taehyun dinyatakan perlu dirawat di rumah sakit jiwa, ia menerima dengan lapang dada.
Istrinya jauh lebih penting dari segalanya.
Mereka sudah kehilangan anak, dan Beomgyu tidak ingin kehilangan Taehyunnya juga. Tidak boleh, Taehyun harus tetap hidup di sisinya.
Bekerja bagi Beomgyu adalah sebagai pengalih pikirannya juga. Supaya dia tidak stress berkepanjangan dan berakhir di RSJ juga. Salah satu dari mereka harus kuat, untuk menguatkan. Dan Beomgyu tanpa syarat akan melakukan itu.
Hanya di hari minggu dia kosong, sehingga bisa seharian bersama istri tercintanya. Digandengnya tangan kurus itu menuju taman rumah sakit, hanya jalan-jalan santai menyusuri jalan kecil berpaving yang diapit oleh bunga-bunga yang tumbuh lebat. Berlagak seolah mereka adalah pasangan anak muda yang sedang kencan.
Pada kenyataannya mereka memang masih muda. Beomgyu 27 tahun, Taehyun 26 tahun.
"Seonie sedang dijaga suster, Sayang. Tenang," kata Beomgyu dengan nada menenangkan sembari mengecup punggung tangan Taehyun. Dia tahu Taehyun sedari tadi gelisah memikirkan Seonie.
"Nanti kalau Seonie rewel bagaimana? Kasihan susternya," jawab Taehyun dengan ekspresi murni khawatir membuat aura keibuannya makin terlihat.
"Tidak akan. Seonie adalah anak yang penurut. Kalau mamanya bilang untuk jangan bikin repot suster, dia pasti tidak akan rewel. Percayalah, Seonie itu mirip papanya."
Taehyun terkekeh. Dia memukul pelan dada Beomgyu, lalu bersandar di sana. Beomgyu sendiri merangkul bahunya.
"Iya, Seonie anak pertama, jadi pasti lebih mirip papanya."
"Tapi juga mirip mamanya kok. Sedikit sih."
Taehyun mencebik sebal.
Mereka pun duduk di bangku taman yang berada di tengah-tengah taman itu, menghadap air mancur.
Baru sebentar duduk, Beomgyu sudah bangkit lagi. Dia menyuruh Taehyun diam di sana. Sedangkan dia berlari kecil menuju kelompok bunga hibiscus dan memetiknya satu yang berwarna putih. Lalu dia kembali dengan langkah tergesa-gesa pula, langsung berlutut di hadapan Taehyun dan menyelipkan bunga itu di telinga kiri Taehyun.
"Apa ini, Hyungie?"
"Bunga kembang sepatu. Untuk istriku yang paling cantik, anggun, dan murni."
Taehyun tersipu. Dia menunduk sambil sesekali melirik Beomgyu malu-malu.
"Apa sih, Hyung... malu..."
Beomgyu tersenyum simpul. Dia mengangkat dagu Taehyun, lalu memagut bibirnya.
"Apa pun yang terjadi, bagiku kaulah yang paling sempurna, Taehyun."
Sebuah kenyataan langsung menampar Taehyun tanpa belas kasih. Dia refleks mendorong Beomgyu hingga suaminya jatuh terduduk. Tapi kemudian dia menyesali itu dan wajahnya memerah, mulai menangis. Dia ingin meraih Beomgyu, namun sisi gelap pikirannya seketika menahannya. Sebagai gantinya dia menjambak rambutnya sendiri, berteriak menyumpahi dirinya sendiri yang bodoh dan tak sempurna hingga tanpa sadar membuat bunga itu jatuh dan terinjak oleh kakinya sendiri yang menghentak-hentak tiada henti.
"TAEHYUN BODOH! KAU SUDAH MENYAKITI SUAMIMU SENDIRI! DASAR BODOH, TIDAK TAHU DIRI, CACAT! MATI SAJA KAU! MATIIII!!"
Beomgyu segera bangkit dan memeluk Taehyun yang sudah mencakar dan menggigit tangannya sendiri hingga luka dan mengeluarkan darah. Tapi bukannya berhenti, Taehyun justru malah menggigit bahu Beomgyu juga. Buat Beomgyu harus menahan rasa sakitnya dan memilih untuk menenangkan Taehyun.
"Sayangku, tenang. Aku tidak apa-apa, aku baik-baik saja. Tenang, Sayang. Ssst."
"LEPAS! AKU MAU MATI. AKU TIDAK SEMPURNA AKU PANTAS MATI. AKU HANYA MENYAKITI SUAMIKU, HANYA MENYUSAHKAN ORANG LAIN, TIDAK BERGUNA! SAMPAH! CACAT! LEPAS!!"
"Lalu bagaimana dengan suamimu ini, hm? Suamimu ini akan sendirian, Taehyun. Jangan mati, itu jauh lebih menyakitkan," mohon Beomgyu dengan suara agak serak dan mata yang berkaca-kaca menahan tangis. Taehyun masih menggigitnya, memukulinya, mencakarnya, menjambak rambutnya bahkan, tapi semua itu tak seberapa dibanding dengan bayangan Taehyun tak ada lagi di sisinya.
Beomgyu tahu Taehyun mendengarnya. Namun sisi gelap pikirannya seolah memblokir semua ucapan Beomgyu. Sikapnya masih begitu agresif sampai pada titik di mana Beomgyu merasakan perih di bagian kepala dan tengkuknya oleh jambakan serta gigitan Taehyun.
Terpaksa, Beomgyu harus mengeluarkan suntikan dari dalam sakunya, yang merupakan obat penenang darurat untuk situasi yang tak bisa ditolerir.
Dia pun menyuntikkan cairan itu, sampai Taehyun melemah dan jatuh lunglai di pelukannya. Tidak tega sebenarnya, Beomgyu sesungguhnya tidak ingin mengambil jalan ini. Tapi situasi sedang tidak bisa dikendalikan. Jika pelukan itu dilepas, Taehyun akan lari dan melukai dirinya sendiri dengan lebih parah. Beomgyu tidak ingin mengambil risiko, meski kedua pilihan sama-sama berisiko.
"Maafkan aku, Sayang. Maaf," bisik Beomgyu dengan lelehan air mata sambil mengecup kepala Taehyun dengan penuh kasih.
