Cinta adalah saling percaya. Cinta adalah saling menguatkan. Cinta adalah saling pengertian. Cinta adalah saling berpegangan tangan.
Beomgyu membuktikan betapa tulus perasaannya pada Taehyun dengan mereka melewati masa-masa kritis bersama.
Butuh waktu 1 bulan kemudian sejak insiden si rooftop itu untuk Taehyun dinyatakan pulih oleh dokter. Mereka bisa pulang kembali ke rumah. Feelingnya masih sama. Rumah memang satu-satunya tempat ternyaman bagi mereka.
Beomgyu makin protektif pada Taehyunnya. Dia sebisa mungkin tidak terlalu sibuk di kantor supaya bisa memberikan waktu pada istri dan calon anak mereka. Kehamilan kedua ini lebih parah dari kehamilan pertama. Karena anak perempuan, jadinya Taehyun sangat moody dan seperti lemah tubuhnya karena banyak menolak makanan.
Tapi Beomgyu tidak lantas menyerah. Ia ingin memperjuangkan Byulbit dengan jauh lebih baik dari Seoni.
Taehyun menyadari sikap Beomgyu itu, dan dia selalu merasa bersalah dengan Beomgyu yang seolah terkekang kebebasannya gara-gara mengurusi dirinya.
"Main sana, Beomgyu. Kau nanti capek," kata Taehyun saat dia melihat suaminya yang baru pulang dari kantor sejam lalu, sudah ganti baju dan memasakkan makanan untuknya.
"Aku kuat, Taehyun. Demi kau dan Byulie."
Taehyun menggeleng pelan. Dia kemudian bangkit dari sofa, menyeret kakinya dengan malas untuk memeluk Beomgyu dari belakang. Dagunya berusaha dia tempatkan di bahu tegap Beomgyu, mengintip apa yang sedang dimasak prianya itu.
"Baunya enak," katanya dengan nada bayi saat mencium aroma kaldu sup ayam.
"Masih belum matang. Cicipnya nanti dulu ya."
Taehyun manggut-manggut. Dia kemudian mengubur wajahnya di punggung Beomgyu untuk mengisi kegabutannya.
"Tapi Hyung bau."
"Loh? Masih bau tidak enak?"
Yang lebih muda mengangguk. Tapi bukannya menjauh, dia malah ngusel tiada henti di sana.
"Katanya bau, kenapa malah dicium-cium begitu, Sayang?"
"Kangen Hyung."
"Umm?"
"Kangen tidur peluk Hyung lagi. Sudah lama tidak dipeluk Hyung. Kangen."
Beomgyu tersenyum. Dia mengelus tangan yang memeluk perutnya. "Aku juga kangen, Taehyun."
"Tapi Byulie masih tidak suka dengan baumu. Padahal waktu hamil Seonie tidak begini."
Saat ini ketika mereka membicarakan Seoni, sudah tidak ada lagi rasa menyesal, sedih, maupun sikap putus asa yang agresif karena mereka telah mendapatkan secercah harapan. Kecil namun berkilau seperti cahaya bintang di langit, bernama Byulbit.
"Mungkin karena ayahnya adalah lawan jenis?"
"Tapi mamanya juga lawan jenis," sanggah Taehyun cepat.
Beomgyu tertawa. "Iya juga ya."
"Apa pun itu, aku tidak masalah dianggap bau selama istri dan anakku sehat dan bahagia," lanjutnya sembari menghadap Taehyun, dan berlutut untuk mencium perut yang sudah membesar itu.
Taehyun tertawa kecil. Dia pun mengusak gemas rambut Beomgyu, dan dibalas Beomgyu dengan serangan ciuman di bibirnya.
"Sana duduk dulu mommy-nya. Kasihan nanti capek berdiri terus."
"Iya, Daddy~" jawab yang lebih muda, sambil berjinjit dan berpegangan pada bahu Beomgyu, untuk cium bibir lagi.
"Ck, jadi tambah montok saja dirimu itu," gemas Beomgyu seraya menepuk pantat Taehyun saat istrinya berjalan ke sofa lagi.
