Chapter 4

15 1 0
                                    

      Alvino berjalan gusar sembari berusaha meraih punggungnya, namun tak terjangkau

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

      Alvino berjalan gusar sembari berusaha meraih punggungnya, namun tak terjangkau. Jelas ia amat jengkel dengan rasa sakit itu, gara-gara ditubruk oleh cewek yang ia ingat bernama Dasha tadi. Ia ingin balas dendam sebenarnya sekalipun makhluk itu cewek. Apalagi jika cewek itu cantik. Ia semakin membencinya dengan teramat sangat. Sungguh ia sedikit tertegun melihat wajah asli Dasha yang tanpa kacamata tadi.

Kenapa cewek itu mengenakan kacamata? Padahal ia cukup cantik untuk mendapatkan perhatian semua cowok yang ia mau di kampus ini? Apa ia terlalu malu memiliki wajah cantik? Atau memang matanya bermasalah???

Berbagai kemungkinan seakan terus bergumul di benaknya. Alvino memang membenci cewek, terlebih cewek cantik. Ia tak bisa membiarkan makhluk seperti mereka menyentuhnya apalagi mendekat. Ia bergidik jijik.

Tapi, entah kenapa Alvino merasa cewek bernama Dasha itu sedikit berbeda. Ada yang aneh dengannya.

Saat masih terus bergelut dengan pikirannya itu, tiba-tiba seseorang menyamperinnya.

"Hei, VIn."

Alvino mendongak.

Detik itu juga ia langsung membuang muka. Bersikap seolah orang yang menyapanya itu tak ada.

Menyadari diacuhkan begitu, cowok tadi kembali berkomentar, "Hei, lo masih dendam sama gue?"

Alvino tetap tak menjawab. Wajahnya mengeras.

"Kan gue udah minta maaf, Vin. Waktu itu murni kecelakaan. Gue nggak berniat menidurinya."

Masih tak bersuara. Alvino bergegas meninggalkan cowok itu. Berjalan seolah ia baru saja mendengar bisikan setan.

"Kampret, Vin!" Cowok itu langsung menarik kerah belakang baju Alvino. Sontak hal itu membuat Alvino naik pitam.

"Brengsek!" Alvino berbalik mencekal leher cowok itu dengan sikunya dan mendorongnya hingga terantuk ke tembok belakang.

"Vin.." cowok itu mencoba negosiasi.

Mata Alvino tampak menyala-nyala menatapnya.

Cowok itu menelan ludah.

"Ed, gue peringatkan lo! Urus urusan lo sendiri! Jangan berlagak kenal sama gue! Paham!?"

Cowok yang ternyata Edward itu terdiam. Ia bisa saja melawan. Tapi, ia tak melakukannya, karena memang itu adalah kesalahannya.

"Vin--"

"Diam lo!"

"Gue udah minta maaf."

"Bukan urusan gue!"

"Lo masih nggak bisa move on dari dia?"

"Diam sialan!! Jangan sebut-sebut nama dia lagi dengan mulut kotor lo itu!"

"Vin.. lo masih suka sama dia?"

BUKK! Bogem mentah mengenai pipi Edward. tak ada perlawanan. Edward enggan membalas.

"Sekali lagi lo sebut nama dia! Gue bakal benar-benar bunuh lo kali ini!"

Edward menelan ludah. Memar pipinya tak terlalu berasa ketimbang sakit di hatinya. Ia tahu Alvino tak main-main. Padahal dulu mereka cukup dekat disebut sebagai sahabat. Tapi, gara-gara kebiasaan buruknya itu. Ia melakukan kesalahan fatal yang tak termaafkan. Ia tak bisa membenci kawannya itu. Ia membutuhkannya!

Setelah berkata begitu. Alvino berbalik pergi menjauh. Ia berjalan dengan hati yang masih membara. Ia takkan pernah memaafkan mantan kawannya itu. Takkan pernah! bahkan sampai mati sekalipun!

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pretty Vs Handsome BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang