Chapter 7

9 0 0
                                    

   "Sial!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


   "Sial!"

"Gue kenapa sih?? Kenapa gue ngelakuin hal itu. Kenapa justru gue jadi ikut-ikutan menguntitnya? Oke, gue penasaran.. jelas! Tapi, sumpah! Kagak perlu juga bertindak terlalu jauh... gue yang membenci cewek, apalagi cewek cakep, justru gue yang terlebih dulu menyentuhnya.. bahkan memeluknya???!!! Ya Tuhan, seorang Alvino sekarang benar-benar dibuat hancur oleh seorang cewek yang bahkan belum sehari mengenalnya.. why?? Apa gue sudah gila???

Tapi... wajahnya mirip dengan 'si Dia'. Sumpah gue sampai pangling. Gue bahkan hampir berpikir bahwa itu adalah 'si Dia'.. tapi faktanya bukan!

Apa gue benar2 masih belum bisa move on dari 'si Dia'..??

Ya Tuhan Alvino, lo tolol banget!

Tolol karena Cinta??!!!

Cih!"

  Alvino kembali menggaruk belakang kepalanya untuk yang kesekian kalinya. Nafasnya tak teratur, ia berusaha menenangkan diri bahkan sampai mengibaskan tangan ke mukanya.

"Kenapa hari ini terasa panas yah?? Ah, sialan! Ngapain gue disini? Orang nggak suka baca buku juga."

"Tapi, akan tampak menyedihkan jika keluar dari sini dengan tangan kosong."

Alvino langsung mengambil buku apapun secara acak dari rak.

Setelah itu, pura-pura lewat di meja Dasha. Dan mengambil tempat duduk di seberangnya.

Semula Dasha tak menyadarinya. Barulah setelah kepalanya terangkat. Ia melihat Alvino di depannya.

"Vin, lo suka baca buku juga?" tanya Dasha heran.

Yang ditanya semula tampak sok sibuk membaca, lalu pelan-pelan mengangkat wajahnya.

"Eh, ya.. sedikit."

"Lo yakin? Kenapa gue belum pernah liat lo sebelumnya ya? padahal gue tiap hari kesini loh?" tutur Dasha lagi masih bingung.

Alvino mulai gelagapan. Ia jelas baru pertama kali masuk ke tempat sakral ini, atau sarang para kutu buku ini. Biasanya ia terlalu malas membaca buku. Sekarang sudah jaman teknologi, apa-apa tinggal tanya mbah google aja.

"Emang lo bisa tahu semua orang yang datang kesini? Lagian gue juga nggak sering-sering kesini. Cuma sekali-kali."

Dasha jelas masih tak percaya, tapi akhirnya dia hanya menjawab singkat,"Oh.."

"Hei! Vin?? kok lo disini? tumben? bukannya lo nggak suka baca buku?!" Pekik Nancy tiba-tiba muncul dari arah belakang yang langsung memeluk Alvino.

Alvino jelas gondok dengan pemaparan itu, ia jadi malu setengah mati, terlebih dengan tingkah Nancy yang memeluk punggungnya, cepat-cepat ia lepas belitan tangannya.

"Hei! jangan pegang-pegang orang sembarangan. Lo kenapa sih rese amat!"

Dasha diam-diam memperhatikan pertengkaran mereka, ada sebersit iri disana alih-alih cemburu.

"Loh, kok gitu. Gue kan suka ama lo, jadi suka-suka gue dong." bela Nancy tak mau kalah.

Entah kenapa Alvino merasa sangat terganggu dengan kalimat itu, buru-buru ia menimpali. "Hei! kan udah gue bilang, gue nggak suka sama lo! jangan bikin orang salah paham ya!" Selak Alvino sembari melirik ke Dasha sedikit.

"Kenapa salah paham? gue kan serius, vin?" todong Nancy lagi tanpa malu.

"Gue kagak!" jawab Alvino cepat.

"Nan, lo ngapain disini?" ujar Dasha mencoba menyelamatkan Alvino.

"Iih.. Sha, kok lo gitu juga? emang nggak boleh gue nyamperin lo kesini?"

"Ya nggak papa. Cuma lo terlalu berisik, Nan. Ini perpus."

Mendengar hal itu, tanpa sadar Nancy membekap mulutnya sendiri. Alvino mendengus melihat tingkah kanak-kanakannya itu.

Lalu Nancy bergegas mengambil tempat duduk disamping Alvino. Dan memandang wajahnya dari dekat.

Alvino jelas merasa risih dengan tatapan yang memuakkan itu. Ia mendelik,"Bisa singkirkan wajah lo itu? Gue terganggu, ngerti!?"

"Nggak mau! Salah lo sendiri kenapa punya muka seganteng itu." Puji Nancy yang sukses membuat wajah Alvino kembali memerah.

Dasha lagi-lagi menangkap ekpresi itu, entah kenapa hatinya senang sekaligus perih. Apa ia benar-benar sudah jatuh hati ke Alvino??

Alvino tersedak. Ia bingung mau ngomong apa lagi. Buru-buru ia pindah tempat duduk ke sampingnya dengan maksud menghindari Nancy.

Dan hasilnya percuma, Nancy tetap mengikutinya dengan mengambil tempat duduk disebelahnya. 

Alvino jelas makin gusar. Segera ia pindah lagi. Dan Nancy tetap keukeh mengikutinya. Hal itu terus terulang hingga akhirnya Alvino terpaksa berdiri marah.

"Anjirr kesel gue!" 

Akhirnya setelah mengumpat begitu, Alvino langsung pergi keluar meninggalkan Dasha dan Nancy.

Setelah sosok cowok dingin + pemalu itu lenyap, Dasha lekas berkomentar, "Nan, lo kenapa sih rese banget. Salah-salah orang bisa nyangka lo Stalker loh?"

Nancy tak menjawab, hanya bibirnya terkembang lebar. "Itulah cinta, sha. Gue benar-benar cinta mati sama dia.. hehe."

"Lo benar-benar deh." timpal Dasha sembari menggeleng kepala.

Lalu Nancy memungut buku yang ditinggalkan Alvino tadi, hendak membacanya disamping Dasha.

"Eh, ini Alvino kok suka baca yang beginian ya?" cerocosnya heran.

"Kenapa?" tanya Dasha pelan.

"Liat ini." Sambil menyodorkan buku itu ke Dasha, Nancy balik komentar,"Ini bukannya buku untuk ibu-ibu yang hamil. Tertera judulnya, 'Cara Sehat Dan Lancar Melahirkan', aneh kan?"

Dasha tak menjawab, detik itu juga ia tergelak sambil menutup mulutnya. Ia setidaknya menyadari keluguan Alvino itu. Ia jelas paham alasan kesalahan Alvino memilih buku itu.

Dan Nancy tentu tak mengerti. Ia malah menatap Dasha bingung.

"Kenapa lo ketawa?"

"Nggak.. nggak..haha.. Udah deh. Yuk ke kantin."

"Ihh.. " Nancy jengkel.

Akhirnya mereka beranjak darisana, dan Dasha pun terpaksa batal belajarnya.

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pretty Vs Handsome BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang