1.Liburan Kemarin

39 2 0
                                    

Libur telah usai, libur telah berakhir anak-anak kembali menghuni kelas. Selepas libur beberapa minggu. Kembali dihadapkan oleh tugas. Yang semestinya hari pertama kembali masuk, pulang cepat. Tapi disisipkan tugas oleh Bu Guru, yang selesai boleh pulang duluan.

Bisa dibilang ini tugas yang engga susah, engga gampang juga. Jadi tugasnya apa Bu? Tanya seorang anak murid yang haus akan hari-hari tanpa menulis, ingin melihat hasil bentuk tulisannya berubah atau tidak. Tapi itu engga penting sih lagian nulis disekolah doang. Sekarang Bu Guru memaparkan bahwa 'Ceritakan sebuah kisah yang menarik tentang liburan kemarin.'

'Bu bagaimana yang tak kemana-mana? Hanya dirumah saja.'

'Bu kejadian liburan saya terlalu banyak, hingga ditambah jari kaki masih kurang?'

Dan serbuan pertanyaan lainnya. Hingga tak terdengar suara yang penuh nada abstrak.

Seorang anak menghampiri sang guru 'Bu saya izin ke toilet dulu...'

Tanpa ada jawabannya, ia memutuskan untuk lari, karena sudah tak tahan lagi. Masa iya buang dicelana melulu, kasihan mama dirumah mencuci bau, olehku.

'Aduh...lega semua keluar, sisa makanan kemarin malam, pagi hanya meminum segelas susu, alhasil sekarang saking leganya menjadi lapar.'

Sebelum kembali ke ruang kelas, alangkah baiknya diisi dulu perut ini. Tanpa banyak mikir, langsung dipilih somay.

. . . . .

Semua sudah, sekarang baru deh lanjut ke kelas. Melihat suasana kelas yang tenang, kelihatan semua pada sibuk. Sebenarnya aku juga sibuk, belum menulis satu kata pun pada kertas itu. Melihat teman-teman yang lain sudah hampir setengah jalan. Bahkan ada beberapa anak yang sudah selesai, lalu pulang duluan.

Ku duduk dengan perasaan was-was, teman sebangku masih menulis judul.

'Kok dari tadi lu masih judul saja si?'

'Iya nih, tadi kan gue nanya yang engga liburan, dirumah saja, nulis apaan... eh tapi gue malah dikacangin oleh guru.'

'Yaudah gue sumbangin deh pengalaman gue, biar ada yang lu tulis.'

Aku pun memberinya penjelasan perihal liburan. Disisi lain dia sangat pintar matematika, bila ada tugas, mau pun PR sering mencontek punyanya. Kelebihan dan kekurangan orang lain sangat berbeda-beda. Sulit menerka oleh mata telanjang.

'Eh sudah...sudah...udah satu cerita saja, ini sudah cukup kok engga usah satu kertas penuh.'

Situasi kelas semakin sepi, sekarang bisa dihitung dengan jari orang-orangnya.

'Lu mau kemana?'

'Gue mau ke toilet sama mau makan ah, sekalian nungguin lu selesai.'

'Oke-oke.' Gue yang baru menulis judul.

Waktu terus berjalan sekeliling sudah semakin sepi, tersisa tiga, dua, dan tinggal aku bersama guru disini.

'Ayo cepatan yang lain sudah pada pulang loh Nak...'

'Sebentar Bu, tanggung ini cerita tinggal di bagian penyelesaian dari konfliknya Bu...'

Bu Guru datang menghampiri ke mejaku, diambil kertas tugas teman sebangkuku. Ternyata langsung ia beri nilai. Ada gambar bintang sebanyak delapan.

'Akhirnya selesai Bu!.' Ringgkihku.

Coba periksa bu, saya yakin akan dapat beribu bintang darimu...hehe...

Dilihat-lihat pada saat memeriksa tugas punyaku ia menghasilkan raut yang melengkung ke bawah. Perasaan itu membuatku was-was, itu seperti wajah mamaku yang akan bersiap-siap mengomeli, karena kalau buang air engga pernah disiram.

'Lama amat lu...'

'Lu sudah selesai belum.'

'Tuh...tuh...tuh...' Sambil mengarahkan mata melirik Bu Guru.

Tak cukup bintang yang akan tertuang dalam bukumu. Tak ada jeda didalamnya, ini pasti ada alasan kenapa kamu tak membiarkan Bu Guru menaruh bintang di tugas ini?

'Haaa...jeda?'

'Coba saya lihat Bu.' Kata teman sebangku ku. Ia hanya bisa tersenyum-tersenyum sendiri tulisan tersebut tanpa spasi, dan melihat rupa sang penulis keringatan. Sungguh harus segera mandi.

'Tenang saja kamu tetap di nilai kok...tertinggi.' Ujar guru itu seraya merapihkan tasnya untuk bergegas pulang.

'Cie-cie....'

'Apaan sih lu...ah ayo balik.'

NyanggaWhere stories live. Discover now