Namaku Aina Mayra, panggilanku Aina. Aku anak yatim piatu, aku tinggal bersama Bunda. Beliau wanita luar biasa yang berjuang untuk kami. Aisyah namanya, nama yang indah dan lembut sesuai dengan perawakan beliau. Bunda adalah pengasuh kami dirumah (panti asuhan).
Kini aku menginjak kelas 2 SMA Garuda di Bandung tepatnya semester 2. Aku tak begitu memiliki teman, mengapa? Semua menjadikanku teman kala mereka membutuhkanku. Memang hukum pertemanan adalah memanfaatkan, lantas bagaimana dengan diriku yang dibutuhkan kala mereka butuh? namun itu tak berlaku untuk diriku?
Ayah dan ibuku meninggal dunia ketika mereka tengah berjualan dipinggir jalan dimana saat itu aku menginjak kenaikan kelas 2.
Aku anak dari kalangan sangat sederhana, kata mereka aku miskin. Itu fakta, tapi aku tak miskin untuk akhlak. Tak apa jikalau aku miskin akan materi, tapi akhlak insyaallah aku tak miskin untuk hal itu.
Dunia fana ini membutakan setiap orang, mereka belomba lomba mencari kenikmatan yang bersifat sementara. Lain dengan ibadah, merek lalai dan ceroboh. Aku bersyukur menjadi gadis biasa, karena itu aku masih bisa mengingat siapa diriku ini dan siapalah aku. Makhluk lemah yang tak berdaya kecuali karena-NYA.
Kupijakkan kaki mungilku ini, menimba ilmu sebisaku dengan niat dan ketulusan. Prinsip yang kupegang bukanlah pintar segalanya, prinsipku mencari ridha dengan niat. Tanpa ridha dan niat ilmu tak akan mengalir padaku.
Aku memasuki kelas tak luput dengan senyumanku, meski mereka memandangku seperti melihat lintah dan sejenisnya. Terkadang aku takut namun hatiku berkata masih ada Allah.
Hari hari telah kulewati dengan tekun dan niatku tuk mencari ridha sang guru. Aku gadis biasa yang tak pandai dalam hal matematika, fisika ataupun kimia. Gadis biasa yang menyukai mapel kala kalbu tengah berbunga. Namun meski aku tak pandai,aku berusaha sebisa mungkin. Percuma saja jika aku belajar hanya mengandalkan niat dan ridha tanpa disertai ushaha, itu adalah hak yang bodoh.
Selepas pulang sekolah aku selalu membantu bunda didapur, kali ini aku membantu bunda memasak. Lucu rasanya, niatku memasak hanya karena seseorang yang aku sukai. Tapi tak apa, kuanggap dia adalah motivasi yang menjadikanku handal dalam dapur.
Pusing dan nyeri menyerangku, membuatku seperti gadis lemah tak berdaya. Kututupi semua rasa sakitku dengan sebuah lelucon agar bunda tak khawatir. Satuhal yang perlu kutegaskan dalam diriku, selagi diri ini masih menikmati nikmat-NYA maka aku akan berbagi nikmat ini dengan siapapun.
Salam Buta💛
KAMU SEDANG MEMBACA
BUTA (TERBIT)
Teen Fiction❗❗❗❗REMEMBER ❗❗❗❗ Beberapa part akan mulai dihapus pada bulan maret Buta mengajarkan segala hal pada warna warni dunia. Beribu makna namun sulit tuk diresap dan berdiri kokoh. Layaknya air beralas daun talas, terombang ambing seperti buih dalam laut...