Daffa duduk di pinggiran kasurnya. Sembari membuka tasnya. Sekedar mengeluarkan isi dari tas ransel berwarna abu-abu itu. Buku merah muda itu pun juga ikut keluar. Membuat Daffa teringat akan si pemilik buku. Siapa lagi jika bukan Rara. Senyumnya kembali terkembang. Bukan karena bisa mendapatkan buku catatan Davira Laquitta Camilla yang terkenal akan kelengkapannya dan bisa ia salin di buku catatannya, tapi karena ini milik gadis itu. Ada barang yang gadis itu miliki kini berada di Daffa. Sepertinya besok ia akan memiliki topik pembicaraan.
Daffa menaruh buku-bukunya ke sebelahnya. Ia ingin fokus dengan buku itu. Sejenak ia membuka buku merah muda bergambar kucing milik Rara. Halaman pertama, hanya sebuah nama si pemilik yang begitu indah itu. Tapi juga sedikit menyiksa beberapa dosen yang susah mengucapkannya dengan benar pada bagian Laquitta. Daffa tertawa kecil jika mengingat itu. Lembar kedua pun ia buka. Terdapat sepenggal paragraf disana. Tapi itu membuat Daffa mengernyitkan dahinya.
“sejak kapan ada mata kuliah yang bahas puisi?” tanyanya heran
Daffa membacanya perlahan. Ia pikir hanya sebuah intro. Sebagai penyemangat Rara dalam menyambut hari barunya di kampus. Setidaknya itu yang ia bisa tangkap dari puisi yang di tulis Rara di buku ini. Laki-laki itu kembali membuka lembaran baru. Dengan tumpukan kata yang lebih banyak dari sebelumnya. Sama seperti tadi, Daffa melihat ini dengan sedikit heran.
“ini diary?” tanyanya lagi
Di bacanya kata-kata di lembaran itu. Dan benar, tebakan Daffa benar. Buku itu buku Diary. Begitu yang terlintas di otak Daffa saat membaca kalimat pertama dari lembar ketiga buku itu.
Hari ini seminggu aku kuliah disini. Kurang nyaman memang. Karena memang masih belum kenal sih. Jadi wajar aja kalau masih enggak punya temen deket. Tapi aku yakin, bentar lagi aku bakalan punya temen.
Daffa kembali membuka lembaran buku itu. Lagi. Ia menemukan tumpukan kata yang sama. Seperti curhatan seorang Davira Laquitta Camilla yang tengah berusaha mendapatkan teman baru di lingkungan barunya.
Maaf lama enggak nulis ini lagi, tapi karena emang enggak ada yang bisa aku tulis. Masalah temen, masih belum. Aku enggak tau aku salah apa, tapi mereka berasa enggak mau deket sama aku. Kecuali satu anak. Daffa. Dia cowok yang tiap hari duduk di sebelahku.
Entah Daffa harus bersyukur atau bagaimana. Tapi namanya tersebut oleh gadis itu. membuatnya cukup senang. Setidaknya Rara terkesan dengan sikapnya bukan? Sampai ia menulisnya di buku ini. Laki-laki itu pun semakin penasaran dengan lembaran selanjutnya.
Aku enggak dapet kelompok. Aku enggak tau kenapa tapi rasanya mereka memang enggak mau satu kelompok sama aku. Tapi Daffa masih mau nampung aku di kelompoknya. Meskipun temen-temennya ngeliat aku sinis gitu. Aku jadi enggak enak sendiri sama dia.
Kejadian waktu SMA balik lagi. Di kucilin. Enggak punya temen. Berasa sendiri. Padahal aku berusaha deket sama mereka. Tapi salah aku apa?
Aku udah berusaha yang terbaik. Tapi kenapa aku malah salah di mata mereka?
Aku pengen pindah kampus rasanya. Enggak ada temen disini. Rasanya percuma aja kalau aku masih bertahan disini. Sementara semua orang enggak ada yang mau aku disini.
Niatku gagal. Kalau di pikir-pikir percuma aja. Pasti bakal buang-buang duit lagi. Ayah sama Bunda pasti enggak bakal setuju sama ini. Mending aku coba bertahan aja. Aku enggak mau ngerepotin mereka lagi gara-gara ini.
IPK pertamaku keluar. Lumayan sih. Di atas 3.5 sesuai targetku. Mulai sekarang aku harus rajin-rajin. Jangan peduliin orang-orang. Rara pasti bisa!! Fighting!!
Hari pertama kampus di semester 2. Seperti semester sebelumnya. Mereka masih tetep sama sikapnya. Jijik sama aku. Sebenarnya aku salah apa sih? Aku udah berusaha baik di depan mereka. Aku berusaha ngelakuin yang terbaik di depan mereka, tapi mereka? no one care.
Tuhan aku benci hidupku.
Apa aku perlu jadi orang lain biar mereka suka dan mau temenan sama aku?
Aku benci mereka Tuhan. Mereka jahat.
Kenapa mereka seperti itu? aku salah apa? Kenapa mereka seperti jijik padaku, padahal aku enggak pernah jahat ke mereka. Tapi kenapa mereka gitu?
Daffa duduk lagi di sebelahku dan enggak tau kenapa aku deg degan.
Daffa itu beda ya? rasanya cuman dia yang mau temenan sama aku. Meskipun aku suka diemin dia.
Semalem aku mimpi dia. Agak aneh memang. Tapi masa iya aku suka sama dia.
Mereka masih sama. Rara semangat!!
Aku salah apa Tuhan?
Seperti biasa, Daffa duduk di sebelahku. Jangan bilang ke dia. Aku suka sama Daffa.
Daffa diam. Itu lembaran terakhir dari buku itu. Tandanya itu tulisan tangan Rara tadi pagi. Hari ini ia tahu banyak hal tentang gadis itu. Dari frustasinya karena teman-teman. Sampai perasaannya yang terbalas. Davira Laquitta Camilla menyukainya. Apa ia harus senang? Tentu saja. Gadis dingin itu menyukainya. Rasanya seperti mimpi. Padahal rasanya baru kemarin ia duduk di samping Rara sambil tersenyum padanya dan berujar.
“pagi, namamu siapa?”
Tapi hari ini, ia tahu jika gadis itu menyukainya. Juga menyukainya. Garis bawahi itu.
***
Tbc.
Jangan lupa votmentnya temen-temen🌱
See ya🐣
yeolki_
KAMU SEDANG MEMBACA
Different | Cho Seungyoun ✔
Fanfic[TAMAT] Sayangnya menjadi diri sendiri artinya menjadi aneh di mata semua orang #3 Mini Series Happy Reading🐣 cover by xxsjy9 yeolki_ Start : 10/02/20 End : 29/02/20 nb : karena ini mini series jadi cuman ada beberapa part di book ini