Prolog

57 6 5
                                    

Aku. Sarah Ardinatha. Anak bungsu dari dua bersaudara. Kakakku bernama Ardhan Ardinatha. Dia sudah menikah dan mempunyai seorang anak perempuan yang sangat lucu. Anaknya itu sangat mirip denganku. Dia bernama Laura. Laura Ardinatha.

Di umurku yang genap 18 tahun, aku memutuskan untuk pergi meninggalkan rumah. Aku pergi bukan berpindah kota atau pulau, melainkan negara. Ya. Aku pindah ke Korea Selatan. Negara yang kata orang-orang surganya cogan alias cowok ganteng sama cecan, cewek cantik. Benarkah itu? Coba kita buktikan. Dan nyatanya tidak juga. Sama seperti negara yang lain dimana cowok sama cewek biasa dan luar biasa bertebaran di sepanjang jalan yang kulewati.

Tujuanku datang kesini tentu bukan untuk mencari jodoh. Tapi ada hal yang lebih serius dan penting dibandingkan sekadar cuci mata atau mencari jodoh.

Di negara ini juga aku jatuh cinta. Aku merasakan cinta yang tulus yang diberikan kepadaku. Di rumah, aku tidak mengenal apa itu cinta. Ah tidak. Waktu Ibuku masih ada aku masih mengenal rasanya dicintai tapi setelah Ibuku pergi, aku tidak mengenal apa itu cinta dan bagaimana rasanya dicintai. Kalian tahu? Otakku seperti di refresh.

Dan di negara ini juga aku mengalami hari-hari yang menakjubkan dan tidak pernah kuduga sebelumnya. Kalian coba bayangkan! Aku yang bernotabene sebagai orang asing di negara tersebut yang bahkan tidak bisa bahasanya pun statusku menjadi tidak jomblo dan tidak sebagai pacar. Kalian tahu? Aku berada di sana belum genap satu bulan tapi aku sudah menjadi milik seseorang yang bahkan aku tidak kenal sama sekali. Ya. Menikah. Keluargaku saja tidak tahu kalau aku sudah menikah diumurku yang masih sangat belia. Begitupun dengan umur suamiku yang hanya berpaut umur satu tahun denganku. Aku pikir, dia adalah sebuah hadiah yang Tuhan berikan padaku.

Hari pertama di Korea, semuanya kacau. Aku terlunta-lunta seperti gembel. Baju lusuh, uang tinggal satu lembar, perut terus memberontak ingin diisi makanan. Aku pergi dengan uang tabungan pribadi. Aku sempat berpikir kalau aku akan meninggal di umurku yang delapan belas tahun ini di negara asing yang belum pernah aku kunjungi sama sekali.

Tapi setidaknya aku sedikit mengenali kebiasaan orang-orangnya di dalam drama yang pernah kutonton. Aku juga menggenggam beberapa kosa kata bahasa Korea. Meski belum lancar setidaknya aku mengerti beberapa kata.

Aku masih tidak menyangka kalau tinggal sendirian di luar negeri ternyata seberat ini. Aku juga sempat merutuki kebodohanku. Tapi apalah daya. Penyesalan selalu datang terakhir bukan?

Namun aku juga tidak bisa terus menetap di Indonesia. Aku tidak mau jadi anak yang harus terus menuruti keegoisan kedua orang tuanya. Aku tidak mau jadi alat pemuas keegoisan orang tuaku. Aku juga ingin bebas seperti anak-anak yang lain. Dalam arti tidak terkekang peraturan rumahlah, peraturan orang tua yang terlalu berlebihanlah, dan masih banyak lagi.

Muak. Itu yang kurasakan.

Malam yang dingin di bulan November. Tubuhku menggigil kedinginan, aku memeluk kedua lutut. Saat itu aku menangis. Aku merasa putus asa. Disini aku tidak memiliki rumah atau orang yang kukenal. Bahkan langit pun ikut menangis bersamaku.

Perutku sangat sakit. Berbeda dengan sakit haid atau lambung. Kali ini sangat sakit. Perutku seperti dipukul dan diinjak gajah. Sangat-sangat menyakitkan dan dadaku sesak.

Aku tidak kuat lagi. Aku menggigit tanganku dengan sangat kuat untuk melampiaskan rasa sakit perutku. Namun seketika rasa sakit semakin menjadi dan aku jatuh terkapar di kursi umum depan sebuah gedung. Pandanganku kabur kemudian gelap. Kesadaranku hilang.

Di tengah derasnya hujan dan hancurnya diriku, kau datang menghampiriku dan menyelamatkanku. Aku masih bertahan berkat dirimu.

Untuk Choi Beomgyu..

Terimakasih karena sudah hadir dalam hidupku. Tuhan memilihmu untuk menjadi malaikat pelindungku. Kalau kau tidak datang, mungkin aku sudah mati saat itu juga. Aku tidak akan pernah melupakan pertemuan kita yang pertama. Selamanya.

°○°

AAAAA I'M A BACK GUYS! With another story hahahaa

Sebenarnya My Polar Bear udah pernah aku up tapi aku hapus dulu bentar. Tapi tenang, aku cuma perbaiki beberapa kok.

Maafin kalau tulisanku gak sesuai sama ekspetasi kalian. Karena ekspetasi sama realita kadang gak sejalan hehee. Cerita ini murni hasil dari buah pemikiranku guys. Jadi maaf kalau banyak kekurangan.

Btw kayaknya selama up, aku bakal sering minta maaf deh di setiap chap-nya. Gak tau kenapa. Dah jadi kebiasan hahaha...

Oh iya, buat kalian yang belum pernah baca cerita pertamaku "The Moment Of Youth", boljug lah mampir 😅.. Itung-itung sambil nunggu cerita ini up next chap.

Tapi buat kalian, pembaca setiakuh yang udah ngikutin jejak perjuanganku dari zaman The Moment Of Youth dan baca ceritanya sampai akhir, aku ucapan terimakasih sebanyak-banyaknya. Kalian udah mau ngorbanin waktu berharga kalian buat baca cerita yang aku buat jauh dari kata sempurna. Kalian terbaik 👍✌

Aku gak nyangka kalau cerita pertamaku bisa dapet pembaca dan vote sebanyak itu. Thanks a lot guys 😙😙😙😙

Kali ini aku gak bakal pake cast-cast-an. Aku serahin soal itu ke kalian semua. Biar kalian bisa berkhayal sesuka hati sampai kayangan *eh:v

Okedeh. Semoga kalian betah disini dan ngikutin cerita ini sampai akhir 😊

See u guys ..
.
.
.

I give love for you all

❤❤❤❤❤❤❤❤❤

😙😙😙😙

My Polar Bear [Choi Beom Gyu]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang