5. Who Are You?

9 2 0
                                    

Seorang gadis terbaring tak berdaya di atas hospital bed dengan selang infus yang menancap di punggung tangan kiri dan alat bantu nafas di hidungnya. Denyut jantungnya terdengar hingga pintu berkat suatu alat yang bernama defribillator.

Beomgyu merasa iba melihat gadis itu dan dia juga merutuki sifatnya yang bisa dibilang egois. Sedangkan Hangyul menghela nafas berat melihat keaadan Sarah yang sangat memprihatinkan ini.

"Lihat! Kau masih sempat memikirkan diri sendiri disaat orang lain membutuhkan bantuan? Apa kau tidak kasihan padanya?" Celoteh Hangyul sambil menata barang belanjaannya di dalam lemari kecil.

Beomgyu masih terpaku, berdiri jauh dari ranjang tempat Sarah berbaring. Menatap gadis itu dengan dalam. Dia tahu bagaimana rasanya ada diposisi Sarah. Beomgyu juga pernah mengalami hal yang serupa tapi nasib yang dia alami lebih parah hingga berhasil merenggut nyawa Ibunya.

Dan Beomgyu juga bukan tipe orang yang tidak punya rasa manusiawi, dia malah mengerti apa yang dirasakan gadis itu saat ini dan pernah berada diposisinya. Kesepian, hampa, tanpa orang yang kau sayangi untuk bertarung antara hidup dan mati.

"Kemarilah! Aku harus pulang. Besok pagi aku kembali lagi. Kalau kau lapar, aku tadi membeli tiga bungkus roti dan lima mie cup. Atau kalau kau tidak mau, kau bisa membeli makanan di kafetaria." Hangyul menepuk bahu kanan Beomgyu. "Jaga yeoja itu. Kau jangan buat ulah yang aneh-aneh."

"Aissh! Hyung!"

"Haha.. arasseo arasseo. Na ganda! Jalga!"

Beomgyu hanya memutar kedua matanya sebelum akhirnya berjalan mendekati Sarah. Dia pun duduk di kursi samping ranjang.

Lelaki itu mengamati setiap inci tubuh Sarah dengan sangat lekat. Dan dia dapat satu buah fakta. Bentuk badan Sarah memang normal seperti kebanyakan perempuan lainnya tapi wajahnya, berbeda. Sarah memiliki bentuk wajah yang berbeda dengan gadis-gadis Korea. Bentuk wajah Sarah lebih tegas dan memiliki bentuk campuran dari Asia Timur dan Selatan. Tapi kulitnya sangat putih. Saat itu Gyu belum tahu kalau ternyata Sarah berasal dari Indonesia.

"Bun.. Dimana?" Lirih gadis itu yang membuat Beomgyu terperanjat. "Bunda..," lirihnya lagi. Beomgyu paham kalau gadis itu merindukan Ibunya dari nada bicaranya.

"Pa.. Maaf..," lirih Sarah untuk yang ketiga kalinya. Hati dari seorang Choi Beomgyu tersentuh. Dia sungguh merasa kalau yang saat ini terbaring bukanlah Sarah, melainkan dirinya sendiri.

"Bun.. Jangan tinggalin Ara lagi.. Ara gak mau pisah dari Bunda lagi.. Jangan tinggalin Ara! Ara sayang Bunda, jadi Bunda jangan tinggalin Ara." Kali ini Sarah benar-benar mengigau. Walaupun Beomgyu tidak mengerti apa yang gadis itu bicarakan tapi dia mengerti perasaan dari gadis itu.

"Yak! Singyeong sseuji ma!! Nan neoreul wihae yeogiisseo. (Hei, jangan khawatir. Aku ada bersamamu)." Beomgyu mengelus kepala Sarah dengan lembut. Dan lelaki itupun mengecup kening Sarah. Dia berusaha menenangkan gadis yang berhasil selamat dari sekarat.

Usahanya berhasil. Sarah berhasil tenang tapi nafasnya masih memburu dan keringatnya mulai mengalir. Setidaknya dia tidak mengigau lagi seperti tadi.

"Mianhae, tadi aku egois. Aku bukannya tidak mau menjagamu tapi, situasi ini membuatku teringat kalau aku pernah berada di posisimu delapan tahun yang lalu. Mulai sekarang, aku tidak akan meninggalkanmu sendirian karena aku mengerti bagaimana rasanya ditinggal sendirian seperti ini. Mianhae, mungkin aku sempat menganggapmu orang yang membuatku kerepotan beberapa saat yang lalu. Tapi sekarang tidak. Aku mendengar penyakitmu yang cukup parah. Kau pasti bisa melaluinya. Kau tidak sendirian. Aku bersamamu," tutur Beomgyu sambil mengelus tangan kanan Sarah dan juga kepala gadis itu.

My Polar Bear [Choi Beom Gyu]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang