Tak peduli orang lain suka atau tidak pada kita, kisah ini hanya tentang aku dan kamu. Tentang kita, kita yang sudah banyak melalui masa sulit karena kesalahpahaman.
🌷🌷🌷🌷
"Pergi kalian berdua!" usir bu Ina membuat kedua mata Inka terbelalak kaget. "Jangan pernah kalian berdua menginjakkan kaki kalian lagi ke rumah ini."
"Ibu...." lirih Inka tak menyangka jika ibunya akan berkata sekejam itu padanya.
"Kau, pergilah, aku bukan ibumu lagi mulai sekarang. Melihatmu yang seperti ini rasanya aku sangat menyesal telah melahirkanmu ke dunia—"
"Ibu, ku mohon jangan bicara seperti itu." sergah Inka cepat memotong ucapan menyakitkan yang keluar dari mulutnya.
"Pergi!" sekali lagi bu Ina mengusir menunjuk ke arah pintu dengan jari telunjuknya.
"Tidak bu, kami tidak akan pergi sebelum menjelaskan semuanya pada ibu dan ayah."
"Tidak perlu! Kami tidak butuh penjelasan penuh dusta darimu. Sekarang cepat pergi dari rumahku!" usiran bu Ina sekali lagi dengan amarah yang tak bisa terbendung lagi.
"Aku rasa sebaiknya aku mengatakan alasan yang sebenarnya, Inka." bisik Mohan di telinga Inka.
Inka menoleh ke arah Mohan, kepalanya menggeleng sebagai isyarat jika ia tidak setuju dengan usulan Mohan barusan.
"Percuma saja Mohan, percuma jika kamu mengatakan hal yang sebenarnya. Karena saat ini kedua orang tuaku tengah diliputi amarah yang besar, aku rasa sia-sia saja jika kita berusaha untuk membuat ayah dan ibuku mau mendengarkan penjelasanmu dan mempercayai kita, sebaiknya kita pergi saja dari sini." ucap Inka final.
"Inka!" Mohan mencegah tubuh Inka yang sudah bergerak ingin pergi dari rumahnya sendiri. "Inka, apa kamu sungguh mau pergi bersamaku?" Inka mengangguk.
"Inka ingatlah ini rumahmu, kamu tidak akan mungkin meninggalkan kedua orang tuamu dan lebih memilih pergi bersamaku. Ingat Inka, jangan karena aku kamu jadi anak yang durhaka." bujuk Mohan agar Inka memikirkan keputusannya.
"Kenapa? Apa kamu gak sungguh-sungguh sama ku Mohan?" tanya Inka tak terima seraya berurai airmata. Keduanya bahkan tak sadar jika masih ada bu Ina dan suaminya yang memperhatikan tingkah Inka dan Mohan bak Romeo and Juliet.
Mohan menggeleng. "Bukan begitu Inka, kamu salah paham." Mohan menangkup kedua pipi Inka dengan kedua tangannya. "Dengar, aku sangat bahagia sekali jika kita berdua bersama-sama, tapi, itu pun dengan atas izin kedua orang tuamu. Aku gak mau kamu di cap sebagai anak durhaka dengan memilihnya diriku."
Inka terisak mendengar ucapan Mohan, rasanya sangat sesak mendengar hal itu. Inka bukanlah anak durhaka, ia hanya tak sanggup jika harus berpisah lagi dengan Mohan melihat betapa bencinya kedua orang tuanya pada Mohan. Ia ingin kisah ini segera selesai, berakhir dengan penuh kebahagiaan walau di awal kisah perjalanan cintanya menyakitkan.Mohan menoleh ke arah kedua orang tua Inka, kemudian bergantian menoleh ke arah Inka, begitu terus selanjutnya sampai ia siap untuk mengatakan apa yang ingin dia sampaikan.
"Tujuan awalku tadi ingin meminta restu pada ibu dan ayah—"
"Kami bukan orang tuamu!" sergah bu Ina cepat memotong ucapan Mohan yang memanggilnya ibu. Bu Ina tak terima jika Mohan menganggap ia dan suami sebagai orang tua pria itu.
"Maaf," kata Mohan meminta maaf karena sudah lancang.
"Dengar, aku tak peduli denganmu. Mau kau seperti apapun aku tak peduli, karena sampai kapanpun aku dan suamiku tak akan pernah merestui kau bersama anakku." ucap bu Ina telak tepat menancap di ulu hati Inka dan Mohan.
"Dan kau Inka, aku juga tak akan memaksamu untuk tetap tinggal disini. Jika kau ingin hidup bersama pria yang kau cintai itu, maka pergilah. Tapi...." bu Ina menggantungkan kalimatnya membuat Mohan dan Inka penasaran.
"Tapi, jika kau sudah melangkahkan kakimu keluar dari pintu rumah ini. Maka, jangan pernah harap jika kau bisa menginjakkan kakimu lagi masuk ke dalam rumah ini!" ucapan tegas yang terasa mengerikan di telinga Inka. Kedua mata wanita itu terbelalak kaget dengan ucapan ibunya.
Setega itukah ibunya jika Inka memilih Mohan? Sebesar itukah rasa benci mereka pada Mohan?"Pergilah," titah Mohan lirih menyuruh Inka untuk mendekat pada orang tuanya.
"Mohan—"
"Inka, ku mohon!" sergah Mohan menahan airmata yang siap tumpah di pelupuk matanya. "Tetaplah bersama orang tuamu, kita gagal, impian kita untuk mendapatkan restu dari orang-orang terkasih gagal." ucap Mohan tersenyum kecut, airmata yang di tahannya pun akhirnya tumpah. Cepat-cepat Mohan menghapusnya, tak ingin terlihat lemah sebagai seorang pria meskipun saat ini ia memang rapuh.
Bu Ina mendengus, berdecih sebal melihat Mohan yang menangis. Batinnya menduga jika itu pastilah airmata palsu yang sengaja ia tunjukkan pada mereka.
"Aku pamit pergi, jaga dirimu sayang." bisik Mohan mengecup kening Inka untuk yang terakhir kalinya, karena setelah ini mereka tidak akan pernah bertemu lagi.
Mohan melangkahkan kakinya cepat keluar dari rumah Inka, Inka ingin mencegah kepergian Mohan tapi ibunya langsung bertindak cepat menghalanginya, bu Ina menutup pintu rumah utama mereka agar pria yang bernama Mohan itu tak akan menginjakkan kakinya lagi datang ke rumah ini.
"Ibu...." lirih Inka terisak karena menangis, tangisannya tak mau berhenti sejak tadi.
"Memalukan!" kata ibunya melihat jijik ke arah Inka.
"Hanya karena pria itu kau menangis, hanya karena pria itu kau hampir memilih menjadi anak yang durhaka? Memalukan." ucap bu Ina geleng-geleng kepala, tak habis pikir dengan sikap putrinya.
"Ibu dan ayah tidak tahu yang sebenarnya, kalian lebih memilih pada keegoisan dan kebencian kalian pada Mohan." jawab Inka lirih.
Setelah mengatakan itu, Inka lari masuk kedalam kamarnya. Sudah cukup! Rasanya ia sudah tak tahan lagi.
Tbc...
Note : setelah berpikir cukup lama, jiaahh 😂 aku putuskan untuk namatin cerita ini di WP sampai open PO berakhir. Selama itu aku akan up 1 kali dalam sehari, dan untuk ekstra part tidak akan aku up disini melainkan di versi cetak dan ebook.
Uhm, oh ya satu lagi, cerita ini juga begitu up hanya sebentar. Jadi begitu up langsung dibaca ya kesayanganku ❤️
Terima kasih 😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang mantan!!! (Tersedia Versi Cetak & Ebook)
RomanceHeii! Sang mantan, apa kabarmu? Vyanka Maharani mendesah lirih saat mendengar kata move on!!! Ingin rasanya ia memaki semua hal yang ada di dunia ini, saat dirinya tak kunjung juga bisa melupakan sang mantan. Mantan yang meninggalkannya demi menikah...