Part 35 : Mohan & Kanz.

1.7K 152 23
                                    

#Masihedisipromosi

#Masihedisipromosi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

👄👄👄👄👄

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

👄👄👄👄👄

Pagi-pagi sekali Kanz sudah rapi dengan pakaian kantornya, yupss, selama seminggu Kanz sudah memulai kehidupannya yang baru sebagai putra dari Hans Laurent. Selama seminggu ini pula Kanz menerima sekaligus melaksanakan permintaan papanya untuk mulai bekerja di kantor.

Dan untuk yang pertama kalinya, pagi ini Kanz akan menghadiri rapat penting di kantornya. Dilanjutkan siang nanti bertemu dengan klien papanya, Mohan Alagra.

Kanz mengingat jelas nama siapa itu, pemilik nama dari mantan kekasih Inka Maharani. Wanita yang di cintainya sekaligus wanitanya yang mematahkan hatinya, Inka tidak menerima cintanya.

Kanz tersenyum kecut bila mengingat hari itu, tapi, sebisa mungkin ia menerimanya dengan hati yang luas dan berlapang dada. Kanz sadar jika hati tak bisa di paksakan, cinta tak harus memiliki. Begitulah kata-kata yang sering orang bilang, dan Kanz pun membenarkannya kali ini, ia cinta namun tak bisa memiliki Inka, begitulah gambarannya.

Kanz keluar dari kamar menuruni anak tangga, di lihatnya kedua orang tua tercintanya yang tengah duduk di meja makan menikmati sarapannya. Kanz menghampiri mereka seraya mengecup pipi kedua orang tuanya secara bergantian, kemudian ia menarik salah satu kursi dan duduk. Kanz mengambil gelas yang berisikan kopi hitam kesukaannya yang biasa bi Wasia buatkan untuknya.

"Pagi," sapa Kanz.

"Pagi juga Kanz," jawab sapaan kedua orang tua Kanz bersamaan.

"Tidak makan?" tanya ibu Kanz heran melihat putranya yang hanya minum secangkir kopi hitamnya saja.

"Tidak ma, Kanz buru-buru, ada meeting pagi ini."  sahut Kanz berdiri merapikan jasnya.

Kedua orang tuanya mengangguk, pak Hans pun menyusul bangkit berdiri dan juga merapikan jasnya kerjanya.

"Papa dan Kanz pergi ke kantor dulu ya ma," pamit Kanz dan pak Hans berbarengan.

Bu Sienna menganggukkan kepalanya, pak Hans mengecup kening istrinya mesra. Dan hal itu pun tak luput dari pengamatan mata Kanz yang berbinar melihat adegan mesra orang tuanya, bukan sesuatu yang mesum, tetapi sesuatu yang terlihat sangat manis.

Kanz tersenyum, dalam hatinya ia berharap ingin melakukan adegan atau momen manis yang sangat langka ini. Kanz ingin suatu hari nanti saat dia akan pergi bekerja mengecup kening dan pipi istrinya mesra, entah siapapun istrinya kelak yang pasti Kanz akan melakukan banyak hal manis untuk sang istrinya nanti.

"Melamun," pak Hans menepuk pelan bahu Kanz yang tersentak dari lamunan masa depannya.

Kanz terkekeh pada pak Hans, merasa malu karena ketahuan melamun oleh papanya.

"Ayo!" ajak pak Hans untuk keluar.

Kanz mengangguk dan mereka pun berjalan bersisian menuju keluar rumah, tampak Beni sang supir tersenyum hangat menyapa ayah dan anak itu.

"Selamat pagi pak Hans dan tuan muda Kanz," sapa Beni ramah.

"Pagi Beni," jawab pak Hans dan Kanz bersamaan.

Beni membukakan pintu untuk Kanz dan pak Hans, keduanya pun segera masuk ke dalam mobil. Beni menghidupkan mesin mobil dan mobil pun melaju membelah jalanan.

Kanz dan pak Hans terlibat obrolan soal mengenai bisnis dan perusahaan mereka, hal itu tak luput dari pengamatan Beni yang memperhatikan ayah dan anak itu yang tampak kompak dan manis sekali.

Beni jadi iri melihatnya, tapi, tak di pungkiri Beni jika ia juga sangat senang karena akhirnya Kanz kembali hidup bersama orang tuanya.

******

Mohan memandang Kanz yang kini duduk di depannya sembari menyeruput jus jeruk yang memang menjadi favoritnya diantara jenis rasa jus lainnnya. Sedangkan Mohan sendiri memesan jus rasa stroberi yang kata Kanz seperti jenis rasa jus kesukaan para cewek. Mohan mendelik saat Kanz secara tak sadar mengejeknya seperti anak cewek, maka Mohan pun membalas jika yang meminum jus jeruk bukanlah pria saja.

Sungguh menggelikan, kedua pria itu berdebat hanya karena rasa dari jus. Padahal tujuan awal Kanz dan Mohan bertemu siang ini adalah untuk membahas bisnis kerjasama mereka.

"Kenapa bukan papamu yang datang menemuiku?" tanya Mohan yang seperti tak suka dengan kedatangan Kanz yang menggantikan pak Hans.

"Papaku menyerahkan urusan rencana bisnis kerjasama ini padaku, tentu saja sebagai anak aku tak bisa menolaknya, bukan?" jawab Kanz enteng.

"Alasan klasik."

"What? Maksudmu?"

"Ah, tidak. Lupakan saja, dan mari kita mulai membahas kembali tentang rencana bisnis kerjasama kita." ucap Mohan tersenyum.

"Baiklah," sahut Kanz memasang wajah serius.

"Tunggu dulu," cegah Kanz saat Mohan ingin memulai pembahasan tentang kerjasama mereka.

"Ya, kenapa?"

"Sudah berapa hari ini aku tidak melihat Inka, wanita itu menghilang tiba-tiba seperti di telan bumi. Apa anda tahu pak Mohan, dimana Inka?"

Degg.

Hati Mohan berdesir mendengar nama wanita yang dicintainya itu, kenapa Kanz harus mengungkit Inka disaat seperti ini, menggangu konsentrasi dan memecahkan segala akal sehat Mohan.

"Aku tidak tahu," jawab Mohan cepat.

"Anda yakin?" pancing Kanz meragukannya, Kanz meragukan jika Mohan tidak tahu.

"Ya, kenapa anda bisa berpikiran jika saya tahu dimana Inka."

"Karena selama ini yang selalu mengawasi Inka adalah anda pak Mohan." Mohan tergelak mendengarnya, Kanz adalah tipe orang yang tak sungkan untuk langsung mengutarakan maksud ucapannya.

"Begitukah pemikiranmu?" Kanz mengangguk.

Kanz memperhatikan dengan seksama raut perubahan wajah Mohan dari tersenyum dan menjadi murung.

"Apakah ada sesuatu hal yang terjadi?" batin Kanz menebak-nebak.

Tbc....

Update!!!

Merapat lagi kuy! 😍

Sang mantan!!! (Tersedia Versi Cetak & Ebook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang