Part 38 : Rencana Kanz 2

971 85 10
                                    

"Bagaimana?" tanya Kanz setelah selesai membisikkan rencananya pada Inka.

"Kau gila!" maki Inka dengan ide rencana Kanz yang luar biasa.

Kanz meringis mendengar ucapan Inka yang mengatainya gila, gila-gila gini ide Kanz lumayan bermanfaat loh walaupun beresiko.

"Itu sangat bahaya sekali."

"Bahaya darimana?"

"Bagaimana jika kedua orang tuaku mengetahuinya?"

"Gak mungkin! Kedua orang tuamu tidak akan sampai mengetahuinya. Mereka berdua juga punya kesibukan, kan setiap hari?"

"Iya, tapi tetap saja itu sangat berbahaya Kanz." ucap Inka cemas.

"Ah, kau itu terlalu kolot." umpat Kanz merasa kesal pada Inka.

"Jadi kau tetap memilih seperti ini saja?" Inka menggeleng.

"Lalu bagaimana? Apa yang akan kau lakukan?" Inka menggeleng lagi di tambah mengendikkan kedua bahunya tanda tak tahu.

Kanz menepuk jidatnya merasa pusing menghadapi orang seperti Inka.

"Terserah!" kata Kanz pada akhirnya pasrah. "Terserahmu saja, aku tidak akan ikut campur."

Inka sedih mendengar ucapan Kanz barusan, apakah itu artinya Kanz tidak akan jadi membantu ia dan Mohan untuk saling bertemu?

"Jahat!"

"Bukan aku yang berperan antagonis disini, tapi ibumu." sela Kanz merasa kesal karena Inka mengejeknya sebagai orang jahat.

Inka memberengut kesal karena Kanz menempatkan ibunya sebagai orang jahat.

"Oh, maafkan aku Inka, tapi aku benar kan jika ibumu lah yang memang jahat di sini?"

"Entahlah, aku tidak mengerti semua ini." desah Inka lelah, ia meremas rambutnya frustasi dengan kedua tangannya.

"Makanya tadi ku bilang untuk ikuti rencanaku, perlahan-lahan aku akan berusaha untuk menjelaskan semuanya pada ibumu."

"Begitukah?"

"Ya, setidaknya kau bisa melepaskan rasa rindumu pada Mohan."

Ucapan Kanz membuat kedua mata Inka berbinar bahagia, memang benar jika ia sangat merindukan Mohan.

"Oke ya, deal!" Kanz mengulurkan tangannya pada Inka.

"Deal!" Inka menerima uluran tangan Kanz.

"Baiklah, dan urusan kedua orang tuamu biar menjadi tanggung jawabku. Kau dan Mohan bersenang-senanglah selama kalian bisa bertemu." kata Kanz mengedipkan sebelah matanya.

Inka mengangguk tersenyum mengiyakan ucapan Kanz.

*****

Pagi ini Inka bersiap-siap pergi untuk berjualan jus seperti biasa, berdandan cantik untuk penampilannya hari ini yang akan bertemu Mohan. Kanz mengatakan lewat pesan chat jika Mohan akan datang ke tempat jualan jus mereka siang hari saat jam istirahat kantor.

Inka juga menambahkan make up tipis ke wajahnya agar semakin mempercantik dirinya. Setelah merasa puas Inka keluar dari kamarnya melangkah menuju ke meja makan.

Disana Inka langsung di sambut dengan tatapan tajam ibunya yang memperhatikannya dari bawah ke atas, dari atas ke bawah sampai begitu seterusnya.

"Tumben," sindir ibunya.

Inka hanya mencebikkan bibirnya menanggapi ucapan bu Ina, Inka berjalan melangkah mendekat dan duduk di kursi samping ayahnya.

"Mau kemana?" sapa ayahnya yang langsung menanyakan kemana Inka akan pergi.

"Bekerja." jawab Inka singkat.

Ayah dan ibu Inka saling tatap saat sudah mendengar jawaban Inka.  "Bekerja?" ulang mereka kompak.

Inka mengangguk, "di tempat jualan jus milik Kanz seperti biasa."

Inka tersenyum manis pada kedua orang tuanya, tangannya meraih roti tawar dan mengolesinya dengan selai cokelat favoritnya.

"Tidak makan nasi goreng?" tawar ibunya menyodorkan mangkok berisi nasi goreng.

Inka menggeleng, "ingin sarapan yang ringan saja bu."

Bu Ina mengangguk dan meletakkan kembali mangkok berisi nasi goreng itu ke tempat semula. Bu Ina dan suaminya kini fokus memperhatikan sang anak yang tengah sarapan dengan roti, Inka yang di perhatikan seperti itu kikuk dan gugup. Takut-takut jika kedua orang tuanya tau gelagat dirinya yang ingin bekerja di tempat jualan jus milik Kanz ada niat terselubung yang lain.

Cepat-cepat Inka memakan rotinya hingga habis, meminum teh hangatnya juga cepat. Setelah selesai Inka bangkit berdiri dan pamit pergi pada kedua orang tuanya seraya menyalami punggung tangan mereka bergantian.

"Huffftt!" desah Inka merasa lega setelah sudah di luar rumah.

Ia memegang dadanya yang bergemuruh kencang akibat takut ketahuan, untung saja Inka bisa melewati ini.

TINNNNN, TINNNNN.

"Astaga!" jerit Inka kaget luar biasa saat mendengar suara klakson mobil yang mengagetinya.

Inka menoleh marah pada mobil tersebut, keluarlah si pemilik mobil dengan gaya yang angkuh.

Inka melongo melihat Kanz yang tampak sangat tampan dan keren, apalagi kaca mata yang bertengger di kedua matanya.

Kanz membuka kacamatanya dengan gerakan slow motion yang sangat keren. Kanz menggerakkan dagunya sebagai kode menyuruh Inka untuk masuk ke dalam mobilnya.

Inka melangkah mendekat dan masuk ke dalam mobil Kanz, Kanz kembali masuk ke dalam mobilnya. Memasang saefty belt-nya dan Inka, setelah selesai Kanz menghidupkan mesin mobilnya dan melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang.

"Bagaimana?" tanya Kanz membuka obrolan.

"Ini sangat gila dan menakutkan!"

Kanz tertawa, "hei, ini seperti menguji adrenalin."

"Adrenalin gundulmu itu! Aku hampir saja ketahuan oleh ayah dan ibuku, Kanz." desah Inka merasa frustasi.

"Masih hampir, kan? Belum jadi kenyataan."

"Aisshh!"

Kanz tertawa lagi, "baiklah, aku mengerti. Tapi, ya mau bagaimana lagi caranya agar kau dan Mohan bisa ketemuan. Rasaku ini adalah cara yang aman."

"Ya, ya, ya. Tapi jangan salahkan aku jika kita ketahuan, karena pasti ibuku akan langsung membencimu jika mereka tahu semua ini idemu."

Kanz meringis mendengarnya, di benci oleh orang yang kita sayang. Kanz sudah menganggap ibu dan ayah Inka seperti orang tuanya juga.

Sebelum itu Kanz harus bertindak cepat untuk meyakini mereka, agar Inka dan Mohan bisa bersatu dengan cepat.






Tbc....

Sang mantan!!! (Tersedia Versi Cetak & Ebook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang