Part 34 : Berpisah lagi.

1.7K 154 38
                                    

#Promosi

#Promosi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jadi itu sedikit cuplikan dari tampilan versi cetak dan ebook-nya ya 😘

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jadi itu sedikit cuplikan dari tampilan versi cetak dan ebook-nya ya 😘

Siapa tau berminat, cusss langsung order 😄

💫💫💫💫💫💫



Mohan menikmati secangkir kopi hitamnya dari atas balkon kamarnya yang ada di lantai dua. Matanya menatap fokus ke atas langit, menatap ke arah ribuan bahkan jutaan bintang di langit yang malam ini tampak bersinar terang menemani kesunyiaan hati Mohan.

Galau, itulah kata yang menggambarkan suasana hati Mohan, karena untuk yang kedua kalinya ia dan Inka kembali berpisah. Entah, tidak tahu sampai kapan perpisahan ini berakhir. Jika perpisahan yang pertama saja membutuhkan waktu yang lama untuk mereka bisa kembali bersama, lalu berapa lama untuk perpisahan yang kedua ini?

Dalam hati Mohan bertanya-tanya sendiri, apakah yang sedang dilakukan Inka saat ini? Ingin rasanya ia mengubungi wanita itu, mendengar suaranya dan membicarakan banyak hal dengannya. Tapi, sayangnya Mohan tak kuasa untuk melakukan itu, terhitung baru beberapa hari mereka berpisah tak saling bertemu maupun memberikan kabar, dan rasanya baik Mohan ataupun Inka sudah sangat saling merindu.

Rindu?

Benarkah Inka juga merindukannya? Apakah Inka memikirkan dirinya saat ini? tanya hati kecil Mohan, ia tersenyum kecut memikirkannya.

Mohan menghela nafas beratnya, niat awalnya tadi dan Inka datang bersama ke rumahnya ingin meminta restu. Tapi, malah berakhir tragis dengan berpisah. Sebenarnya, bisa saja Mohan membiarkan Inka memilihnya dan pergi hidup bersama, tapi, Mohan tidaklah seegois itu dengan membiarkan Inka jauh dari orang tuanya yang berarti itu sama saja Inka adalah anak yang durhaka.

Tuhan! kenapa jalinan kisah asmaranya begitu sangat menyedihkan seperti ini? Tidak adakah kebahagiaan untuknya bersama Inka?

"Bintang jatuh," ucap Mohan terbelalak kaget saat melihat satu bintang yang tampak sangat bersinar, bintang itu bergerak seakan ingin terjatuh.

Mohan menyatukan kedua tangannya, membisikkan doa dalam hatinya, berharap jika kedepannya ada sebuah keajaiban untuknya.

Di lain tempat...

Inka tersenyum bahagia bercampur tangisan harunya saat ia melihat bintang di langit jatuh, ia terisak dalam mengucapkan doa dalam hatinya.

Hal itu di percaya mampu memberikan keajaiban, entah mitos apa fakta. Intinya, Mohan dan Inka menginginkan yang terbaik untuk hubungan mereka.

******

"Inka! Sarapan!" suara gedoran pintu bercampur suara jeritan bu Ina yang tak ada lelahnya memanggil Inka untuk keluar dari kamar.

Semenjak ia dan Mohan berpisah tempo hari, Inka jadi banyak mengurung dirinya di kamar sendirian. Rasanya Inka enggan dan tak bersemangat untuk keluar walau hanya untuk makan mengisi perutnya yang lapar.

Kedua orang tuanya juga melarang ketat dirinya yang ingin keluar, kedua orang tuanya juga mengancam jika Inka berani untuk bertemu dengan Mohan secara diam-diam, maka Inka tidak akan mereka anggap lagi sebagai anak.

Apaan coba?

Kenapa kedua orang tuanya jadi sekejam itu padanya? Tak bisakah mereka membuka pintu hati mereka untuk memaafkan Mohan? Sudah berbagai cara dan kesempatan yang dilakukan Inka untuk membuat mereka mengerti dan mau mendengarkan alasan Mohan yang meninggalkannya dulu.

Tapi sayangnya, kedua orang tuanya masih berkeras hati dan sangat egois.

"Inka buka!! Ibu bersumpah akan mendobrak bahkan kalau perlu menjebol pintu kamarmu sekarang juga!!!" teriak bu Ina lagi kini sangat emosi.

Inka memutar kedua bola matanya kesal, ibunya itu kenapa sih suka sekali teriak-teriak? Memang gak sakit apa tenggorokannya?
Tak ingin menambah kekesalan ibunya, Inka bangkit berdiri dan melangkah membuka pintu. Jika tidak, bisa-bisa ibunya nekat menjebol pintu kamar Inka.

Cklek.

Inka menatap ibunya yang kini berkacak pinggang, menatap mengejek pada putrinya.

"Akhirnya kau membuka juga pintu sialan ini." bu Ina memukul pintu kamar Inka dengan tangannya cukup kuat.

Inka tak menjawab ataupun menunjukkan reaksi apapun pada ibunya. Inka terkesan cuek saja, masa bodoh dengan semua kata maupun yang dilakukan ibunya.

"Bersihkan dirimu dan ayo sarapan bersama ibu dan ayah, jangan menyiksa dirimu sendiri dengan mengurung diri di dalam kamar hanya karena pria berengsek itu." Titah bu Ina jijik jika mengingat akar dari perubahan sikap putrinya kini.

Lagi! Entah sudah yang ke berapa kalinya bu Ina mengatai Mohan dengan sebutan 'pria brengsek'.

Inka lelah mengatakannya pada kedua orang tuanya ini, jika Mohan bukanlah pria brengsek seperti yang mereka pikirkan selama ini.

"Inka, kau dengar ibu, kan?" ucap bu Ina menyentuh bahu Inka.

Inka tersentak kemudian mengangguk, lalu tanpa mengatakan apapun Inka kembali menutup pintu kamarnya. Bu Ina terpelongo dengan reaksi Inka barusan.

Anak kurang ajar! Ini semua karena Mohan! batin bu Ina kesal.

Di dalam kamarnya Inka kembali menangis. Kenapa sangat sulit membuat kedua orang tuanya luluh dan mau menerima Mohan kembali.

Inka sudah tak peduli jika dianggap sebagai anak durhaka sekarang! Biarlah mulut-mulut para penggibah mengatainya begitu.

Tbc....

Sang mantan!!! (Tersedia Versi Cetak & Ebook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang