Tiap tiap pertemuan selalu memunculkan sebuah alasan. Pada setiap pertemuan pula ada sebuah perpisahan, entah kita yang datang atau kita yang pergi. Semua itu terjadi dengan alasan dan keputusan yang telah diambil, masing masing dari kita.
"Sayang aku ada acara makan malam bersama setelah rapat sore ini, kamu pulang sendiri dulu ya" ucap Saka di ujung Telpon.
Haura menghela nafas, dia yang tadinya telah siap untuk pulang mendadak lesu, duduk kembali di bangkunya. Beberapa lampu di ruangan sudah mati, menciptakan efek remang remang di dalamnya. Hampir semua komputer juga telah mati. Termasuk miliknya. Dengan lesu Haura menekan tombol power komputernya lagi.
Jam tujuh malam, hujan deras dan tidak membawa mobil, karena sesuai perjanjian pagi tadi Saka pacarnya akan menjemputnya. Taksi online di jam ini dan dalam kondisi hujan deras akan sangat susah untuk mendapatkanya dan juga harga yang naik hampir seratus lima puluh persen dari harga normal. Karena terlanjur malas dan jengkel, dia tidak akan susah susah melakukannya. Dia lebih memilih berada di kantor mungkin menunggu sampai dua atau tiga jam kedepan.
Terdengar pintu kaca diketuk.
Haura menoleh, seseorang berdiri di sana, tak jauh dari bangkunya. Tama sudah berdiri dengan melipat tangan bersandar pada pintu kaca yang terbuka dengan melipat tangannya menunggu Haura merespon. Tidak menyadarintelah berapa lama laki laki itu disana.
Haura dibalik bangkunya mengerjapkan mata, tidak hari ini, tidak hari ini begitu batinnya. Tidak hari ini untuk berbicara dengan Tama.
"Selamat malam pak Tama, overtime too?" Sapa Haura dengan senyum terpaksa.
"We meet again" jawabnya berjalan menuju Haura.
Jantung Haura berdegup lebih cepat seiring langkah Tama.
"Ah... yaa.. it's been a long time... " ucap Haura tidak jelas.
Tama tahu saat ini Haura sedang panik, dan dia justru menikmatinya. Melihat perempuan ini panik dia justru semakin ingin menggodanya.
Haura berdiri, mengambil tasnya cepat cepat. Ingin lekas pergi dan tidak perlu berbicara lagi dengan Tama.
"Maaf pak, saya harus pergi ke studio" ucap Haura.
Namun Tama justru telah berdiri dihadapannya. Haura yang terlonjak kaget, dia tidak bisa bergerak kemanapun, Tama menghimpitnya antara meja, kursi dan tubuh Tama.
Tama semakin mendekatkan tubuhnya pada Haura. Dan Haura terus memundurkan tubuhnya. Hitungan centi jarak diantara mereka. Haura dapat merasakan hembusan nafas Tama menyapu wajahnya. Dia terus berusaha menghindari Tama sampai benar benar menempel pada meja.
"Kau tahu, bagaimana salam pertemuanku?" Ucap Tama.
"No" jawab Haura lirih, jantungnya berdegup semakin tidak karuan.
"Sebuah ciuman adalah salam pertemuanku, bagaimana menurutmu?" Ucap Tama semakin mendekatkan wajahnya ke wajah Haura.
Sontak Haura memejamkan matanya dan memalingkan wajahnya.
Senyum Tama mengembang melihat apa yang dilakukan Haura. Dia berdiri tegak, memundurkan tubuhnya, tidak lagi mengintimidasi.
"You still the same, pretty" ucap Tama yang sama sekali tidak dipedulikan Haura.
Haura cepat cepat membalikkan badan dan memegangi dadanya, berharap jantungnya kembali berdegup dengan normal. Wajahnya memanas. Cepat cepat ia mengambil tasnya, dan bergegas meninggalkan Tama.
Sayangnya tangan Tama lebih cepat menahan Haura.
"Aku akan ikut ke studio denganmu" ucap Tama kemudian.
****
KAMU SEDANG MEMBACA
IN YOUR ATMOSPHERE
RomanceHaura Casisty Wasa dan Naratama Janardanu pernah bertemu tiga tahun yang lalu saat dia masih menyelesaikan studinya di Paris. Mereka bertemu Setelah apa yang telah terjadi sebelumnya, pertemuan yang hampir saja dilupakan Haura, dia terpaksa bertemu...