Jam lima pagi alarm Haura berdering. Mengulet mengumpulkan nyawa yang masih belum terkumpul, Haura melihat ponselnya. Dia bergegas bangun, menuju dapur mengambil segelas air putih dan menyalakan mesin kopinya, kemudian ia menghilang di dibalik kamar mandi.
Jam enam kurang lima belas menit Haura sudah bersiap, mengenakan stelan blazer dan skinny pants berwarna navy yang senada dan blouse putih tanpa lengan. Haura duduk di kitchen bar dengan segelas kopi, memainkan ipad.
Ponselnya berdering, Tama menelfon.
"Ya" ucap Haura menerima panggilan telepon.
"Aku sudah di lobby apartemenmu, kamu sudah siap?"
"Lima menit lagi aku akan turun" jawab Haura yang segera menghabiskan kopi dan mengenakan pointed heels hitam yang kemarin juga dikenakannya. Ia dengan cepat menguncir seluruh rambutnya dan keluar dari apartmen.
Maserati suv biru milik Tama benar benar sudah berada di depan lobby. Tama bahkan tidak keluar dari mobil sama sekali. Haura segera menghampiri dan masuk ke bangku penumpang disisi kiri.
Tanpa perlu berbasa basi, Tama segera tancap gas keluar dari kompleks apartment Haura.
Yang kamu nggak usah jemput aku ya, aku sudah berangkat ada pekerjaan mendadak. Im so sorry.
Haura mengirimkan pesan kepada Saka. Tidak lama kemudian Saka menelfonnya.
"Kenapa tidak diangkat?" Ucap Tama melihat Haura cukup lama mendiamkan telefon dari Saka.
Haura menatap Tama dengan tidak yakin. Kemudian menerima panggilan dari Saka dengan berbisik.
"Kog gitu yang, aku udah di jalan mau sampai ini" protes Saka sebal.
"Pekerjaan mendadak yang, klien ini hanya bisa ditemui pagi ini saja" jawab Haura berbisik merasa bersalah dan malu dengan Tama.
"Ya udah aku, besok kabari sebelumnya, jangan dadakan kayak gini"
"Im so sorry, yang. See you" jawab Haura.
Tama yang mendengar percakapan mereka hanya tersenyum simpul. Sedangkan pipi Haura sudah merah saking malunya.
*****
The Dharmawangsa, Tama menghentikan mobilnya tepat di depan lobby dan segera dihampiri dua orang pegawai hotel membukakan pintu dan memarkirkan mobilnya.
"bag only" perintah Tama sebelum mereka turun.
Haura menurutinya dan Tama pun juga tidak membawa apa apa sama sekali.
"Harrold, saat ini pemiliknya berada di sini bersama istrinya. kamu sudah mengejar mereka selama dua tahun, setidaknya kali ini harus ada kemajuan" ucap Tama begitu mereka memasuki lobby.
Haura terdiam begitu mendengar nama Harrold. Perusahaan itu adalah incaran dia sejak dua tahun yang lalu, pembicaraan yang alot dan selalu saja tidak menemukan titik temu padahal semua orang di kantor benar benar bersemangat dengan proyek ini. Karena jika proyek ini disepakati semuanya bangunan hingga interior akan didesain Breathing Room termasuk property didalamnya akan diproduksi oleh Breathing Room.
"Tentu saja, kita harus mendapatkannya" jawab Haura mantap.
"meja Mr. Harrold" ucap Tama begitu memasuki area restoran dengan menunjukkan kartu member vip The Dharmawangsa kepada petugas restoran yang berada di dekat pintu masuk.
Petugas menerima kartu member berwarna gold dan kemudian memeriksanya. Ia memanggil pelayan restoran yang lain , berbisik kepadanya lalu mereka dipersilahkan mengikuti pelayan yang baru saja dipanggil.
KAMU SEDANG MEMBACA
IN YOUR ATMOSPHERE
RomanceHaura Casisty Wasa dan Naratama Janardanu pernah bertemu tiga tahun yang lalu saat dia masih menyelesaikan studinya di Paris. Mereka bertemu Setelah apa yang telah terjadi sebelumnya, pertemuan yang hampir saja dilupakan Haura, dia terpaksa bertemu...