"Athala!" Panggil Revan kepada Arthalita yang sedang duduk di sampingnya.
Sedangkan Arthalita betapa senangnya dia, orang yang dia nanti-nantikan untuk bicara dengannya akhirnya bicara juga, walaupun hanya dengan menyebut namanya.
"Iya Apa Van?" Sahut arthalita dengan senyum sumringgah yang tidak bisa di tahannya.
"Nih, kunci mobil Lo!" Ujar Revan datar yang membuat senyum itu hilang seketika.
"Apaan sih Van, terus lo gimana?" Tanya Arthalita yang sama sekali tidak di sahuti Revan. Arthalita mendengus kesal, ingin rasanya orang di sebelahnya ini menghilang seketika.Kringggg.....
Bel pulang berbunyi, semua siswa berhamburan dari tempat duduknya. Termaksud Revan dan Arthalita."Rev, lo pulang degan siapa? Nggak mungkin jalan kan? Rumah kita itu jauh!" Kata Arthalita kesal, seraya menatap bingung manusia mengesalkan di depannya ini.
Sedangkan Revan sama sekali tidak menyahuti pertanyaan Arthalita lagi."Der, yuk kita balik!" Ajak Revan pada deri, sekaligus menegaskan ke Arthalita dengan siapa dirinua pulang hari ini.
Hanya itu yang di ucapkan Revan, lalu pergi meninggalkan Arthalita sendiri di kelas."Kenapa lo berubah Van?, apa salah gue. Gue coba berusaha ngebaikin hubungan kita kembali, tapi lo malah ngacuhin!" Gumam Arthalita, tak terasa buliran-buliran air sudah mengalir dipipinya. Ini adalah kedua kalinya Revan membuat dia menangis, setelah sebelumnya 10 tahun yang lalu Revan pernah meninggalkannya karena teman baru.
.........
"Assalamu'alaikum...Atha pulang!"
"Wa'alaimumussalam""Mah, Revan mana?" Entahlah, hanya itu pertanyaan yang menhantui fikiran Arthalita.
"Loh, bukannya Revan bareng kamu?" Tanya Saras, yang di acuhkan oleh Arthalita. Arthalita langsung berlalari ke arah kamarnya. Salah, bukan ke kamarnya, tanpa mengganti seragam sekolahnya, Artahlita langsung membuka jendela kaca besar yang memisahkan kamarnya dengan balkon, Arthalita melompat ke arah balkon kamar Revan. Lalu mendorong jendela kaca besar kamar Revan.
"Van..lo nggak ada!" Tanya Arthalita pada kekosongan kamar.Arthalita berjalan ke arah kasur Revan, lalu menyandarkan dirinya pada sisi samping kasur.
"Gue bakal nunggu Lo van!"
.....
.....
.....Berjam-jam Arthalita menunggu Revan sejak pulang sekolah tadi. Sekarang dia menaikki kasur king zize milik Revan menyandarkan punggungnya pada sandaran kasur lalu mengambil sebuah guling untuk di peluknya.
Arthalitha membuka sebuah nomor 'Mama' lalu menghubungi nomor itu.
"Halo Mah, Mama nggak masuk kamar Atha ya..., Atha capek. Nggak pengen di ganggu!"
"Iya sayang, mama ngerti kok, kamu pasti capek kan pulang sekolah! Yaudah, selamat beristirahat sayang" Ucap Saras di sebrang sana.
Setelah itu, Arthalita memutuskan sambungan telfonnya. Lalu bergerak ke arah nomor seseorang yang belum ada kabar sejak tadi, yaitu Revan.
Arthalita coba memanggil nomor itu.Tut tut tut...nomor yang ada tuju tidak menjawab.... Hanya ada jawaban dari mbak-mbak operator yang mengatakan nomor itu tudak menjawab panggilannya.
Sekali lagi Arthalita menghubungi nomor itu tapi hasilnya sama saja. Tapi Arthalita tidak menyerah, dia terus menghubungi nomor itu bahkan ini sudah ke lima belas kalinya dan hanya mendapatkan jawaban yang sama.
"Segitu marahnya lo Van sama Gue!""Van, ada satu hal yang lo nggak tahu tentang gue" Ucapnya seraya menatap langit-langit kamar. "Gue udah lama gue suka sama Lo. Dan yang gue harapin lo bakal peka. Tapi apa, Lo sama sekali nggak peka. Gue fikir, lo yang selama ini perhatian sama gue, manjain gue, belain gue, juga punya perasaan yang sama ke gue. Tapi gue salah, setelah setahun yang tahun lalu di lapangan basket gue nanya tentang siapa orang yang ada di hati lo!.........."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dreams And Longing
Teen Fiction"Kamu, aku, adalah kita. Serta mimpi dan rindu menjadi milik kita berdua" -Revan Andara "Sekarang, waktu tidurmu hanya untuk memimpikanku, dan biar aku yang merindukanmu." -Arthalita Reynata