-5

18 4 0
                                    

"Assalamu'alikum" Ucap Revan memasukki rumah Deri.
"Wa'alaikumussalam. Cepat banget Lo Van, gue aja baru selesai sholat". Ucap Deri sambil melepas kancing baju sholatnya.
"Gue cuman ngambil baju, nggak sempat mandi. Gue mandi di sini aja!" Ujar Revan dengan wajah kusutnya.
"Lah, kenapa emang?"
"Baru aja gue pengen ngejauhin dia!. Eh, gue malah ketemu sama dia"
"Arthalaita?" Tebak Deri
"Ya, siapa lagi kalau bukan dia Der?"
"Siapa taukan kunti yang lo maksud. Hehe. Tapi ngomong-ngomong. Kok bisa sih lo sampe ketemu sama dia?"
"Dia tidur di kamar gue!"
"Lah, kok bisa?"
"Dia nungguin gue dari kemaren. Ya, gue masa bodoh aja!"
"Berarti Van, dia itu sayang sama Lo!"
"Ah, nggak mungkin. Kalau dia sayang sama gue, nggak bakal pacaran dia sama Dio. Udah ah, gue mau mandi!"  Ketus Revan, lalu meninggalkan Deri ke kamar mandi.

Deri dan Revan telah bertengger di meja makan bersama Amira dan Arlan juga kedua orang tua Deri. Mereka sarapan bersama, padahal sebelumnya Revan telah menolak karna nanti akan mengganggu, tapi Amira mamanya Deri memaksanya.

Setelah selesai sarapan mereka berpamitan pergi ke sekolah.
"Mah, pah, Deri sama Revan berangkat ke sekolah. Assalamu'alaikum"
Ucap Deri yang mewakilkan Revan. Lalu mereka berdua menyalimi tangan Amira dan Arlan.
"Iya, wa'alaikumussalam" jawa Arlan dan Amira.
"Hati-hati ya Nak!" Sambung lagi wanita bertudung yang sudah lengkap dengan seragam dinasnya itu.
"Kalian berdua belajar yang bener. Bentar lagi ujian. Terutama kamu Deri! Pertahankan nilai kamu, biar nanti dapat beasiswa" Tambah Arlan. Serta tak lupa mengingatkan anak semata wayangnya itu untuk mempertahankan nilainya.

Ya, Deri adalah juara satu kelas. Paket lengkap bukan? Taat agama, pintar, baik, dewasa, juga dia orangnya manis soalnya dia punya gingsul :). Tapi tak kalah juga dengan Revan, walaupun dalam masalah akademik dia masih berada di bawah Deri, dia termaksud salah satu mos wanted di sekolahnya, Revan yang memiliki badan kekar, lesung pipi di pipi kanan dan kiri, dan dia adalah kapten futsal di sekolahnya, nggak kebayang kan? Tapi sayangnya sekian banyaknya wanita dia hanya menjatuhkan hatinya pada satu orang saja sebagai kenyamanannya. Siapa lagi kalau bukan gadis yang membuatnya pusing sekarang ini.

"Iya iya! Yaudah Kita berdua berangkat dulu yah!"
Pamit Deri yang di angguki kedua orang tuanya.

Deri mengeluarkan motor sport hitamnya dari garasi, Lalu menyuruh Revan memasang helmnya.

"Der, nanti singgah rumah dulu yah!"
Ujar Revan sambil memasang helmnya lalu naik ke atas motor deri.
"Ngapain?"
"Kayaknya Athala udah berangkat sekolah. Gue mau ngambil motor gue!"
Ujar Revan yang hanya di balas anggukan oleh Deri.

Revan sengaja menyuruh Deri untuk singgah di rumahnya dulu. Karna kebetulan rumah mereka sekompleks dan melewati rumah Revan.
Revan ingin mengambil motornya, krna tidak enak jika merepotkan Deri banyak kali, walaupun yang di repotkan hanya senang hati.

Sesampainya di depan rumah Revan, Revan langsung menyurh Deri untuk pergi sekolah lebih dulu, karena tidak baik jika seorang terkenal teladan seperti Deri harus terlambat ke sekolah.
Sebelum membuka gerbang rumahnya, Revan melirik sekilas ke arah rumah Arthalita, untuk memastikan gadis itu sudah pergi sekolah. Tapi tidak ada tanda-tanda sama sekali tentang Arthalita. Revan memutuskan langsung masuk ke rumahnya.

Revan membuka garasi yang menampilkan dua mobil toyota milik kedua orang tua revan, satu sepeda milik Revan yang digunakannya untuk bersantai, dan motor vespa kesayangan Revan.
Revan memang anak dari orang kaya, tapi hal-hal yang berbau mewah tidaklah melengket pada jati dirinya. Dia membebaskan dirinya sepeti anak-anak lain. Dia tidak membeda-bedakan, setiap orang menurutnya sama saja ingin hidup menurut aturan mereka sendiri, terkecuali adalah sikap mereka yang akan menentukan pergaulan mereka akan bagaimana.

Revan mengeluarkan motor vespa warna Army nya. Lalu menjalankannya hingga keluar gerbang dan memberhentikan motornya. Lalu Revan menutup pintu gerbangnya yang tadi terbuka saat dia masuk tadi.
Pada saat Revan menggembok gerbangnya, dia tidak sadar jika ada seseorang yang tengah memperhatikannya. Revan membalikkan bandannya, dan langsung terlonjak kaget melihat seseorang yang tidak ingin dilihatnya itu tengah menatapnya.
Revan tak menghiraukan Arthalita sama sekali. Revan malah langsung menaiki motornya. Tak lama dari itu sebuah mobil avanza berwarna silver singgah di depan Rumah mereka.
Seorang pria dengan serang SMA turun dari mobil itu. Siapa lagi kalau bukan orang yang selalu menjadi pembangkit bad mood Revan.

"Hai sayang. Yuk berangkat! Kamu udah bilang sama mama papa kamu kan?" Sapa Dio yang seakan akan ingin memamerkan kemesraan mereka, Arthalita hanya tersenyum dan membalasnya dengan anggukan.  Revan yang jelas-jelas melihat itu menjadi sangat kesal. Ingin sekali dia menghilangkan kedua orang ini dari pandangnnya sekarang. Revan menggas motornya memacu melewati kedua orang tersebut begitu saja.
Sebenarnya jika dibilang Revan sangat kesal, Revan benar-benar sangat kesal. Tapi mungkin kedua orang tadi tidak akan menyadarinya karna Revan sangat pandai mengatur ekspresinya, dan dia akan menampilkan ekspresi aslinya di tempat sepi, di tempat orang-orang yang tidak begitu mengenalinya, dan di depan deri.

Revan memasukki kelas lalu membanting tasnya di atas mejanya.
"Cih. Ngeselin banget jadi orang!" Ucap Revan sambil mengacak rambutnya lasar.
Deri yang sudah sejak tadi dalam kelas, menatap Revan bingung lalu berjalan menuju Revan.

"Kenapa Van? Muka Lo kusut bener!"
Ejek Deri.
"Hilangin gue dari bumi bisa nggak?" Tanya Revan menatap deri serius.
"Gila Lo! Emang gue Allah apa!" Jawab Deri seraya mengelengkan kepalanya tak percaya pada sahabatnya ini.
"Soalnya gue kesel banget dah sama tu orang. Mau dia yang gue hilangin, tapi guenya takut Dosa." Jelas Revan pada inti permasalahan.
"Sapa emang?"
"Pasangan yang gue nggak restui seumur hidup, Dio sama Athala"

Tiba-tiba yang di ceritakan memasukki kelas.
"Ngapain sebut-sebut nama kita? Fans ya?"
Ucap Dio memasuki kelas langsung menyembur Revan dengan pertanyaan sinis.
"Ngimpi Lo!" Ketus Revan

"Emang kenyataannya, lo ngiri kan sama gue?" Tambah Dio dengan PD nya
"Serah Lo! Bodo amat!" Balas Revan tak berniat menatap muka menjijikkan itu menurutnya.

Sekarang Dio menatap Arthalita.
"Sekarang bilang di depan gue Tha! Lo milih gue atau lo ngejauhin Revan?" Dio bertanya dengan suara yang sedikit di besarkan sengaja untuk menyinggung Revan.
Pertanyaan itu membuat Arthalita diam seketika. Arthalita bingung harus menjawab apa sekarang, sedang kedua orang itu sangat penting baginya.
Revan itu sahabatnya sekaligus seseorang yang sudah membuatnya nyaman sejak kecil hingga sekarang meski status mereka memang hanya seorang sahabat tapi perasaan Arthalita ingin lebih dari itu walaupun itu tidak mungkin menurutnya. Sedangkan Dio adalah pengisi kekosongan hatinya selama ini, walau sebenarnya dia hanya menyukai Revan tapi Dio tetaplah kekasihnya dan Arthalita harus bisa membagi rasa sayangnya. Arthalita merasa dirinya adalah orang yang paling egois dan serakah sekarang.

"A_Aku nggak tau Di" Ucap Arthalita terbata.
Dio mendengus kesal.
"Aku butuh jawaban kamu sekarang, sebelum aku akan ninggalin kamu sama sahabat kamu itu!" Ucap Dio beralih menggenggam tangan Arthalita. "Sekarang aku tanya sama kamu, kamu sayang sama Aku?" Tanya Dio menatap intens mata indah jernih itu. Arthalita hanya menjawabnya dengan anggukkan yang disambut senyum tipis oleh Dio. Tapi anggukkan itu adalah bohong, karna yang palinh di sayanginya adalah sahabatnya.
"Sekarang kamu udah bisa jawab kan?" Tanya Dio lagi yang di angguki oleh Arthalita.
"Jadi?"

"Aku nggak bisa ninggalin kalian berdua" Jawab Arthalita mantap.
"Kamu egois Tha! Nggak bisa gitu dong!" Ucap Dio melepaskan tangan Arthalita kasar.
"Aku tau, aku egois. Kamu itu penting, tapi sahabat itu juga lebih dari penting" Ujar Arthalita, lalu menghembuskan nafasnya pelan. "Kamu sering bilang kamu sayang sama aku kan?, jadi untuk apa aku ninggalin kamu kalau aku juga sayang sama kamu, sedang Revan, aku juga sayang sama dia karna dia sahabat aku, dia yang udah ngejaga aku dari kecil" Ucap Arthalita lalu menatap  seseorang yang tengah tersenyum tipis ke arahnya'Walau aku ngarep nya lebih Van'  bantinnya.

"Maafin aku Tha, mungkin aku yang egois selama ini. Maaf udah kekang kamu. Kita tetap baik-baik aja yah!" Ucap Dio yang di sambut senyum hangat oleh Arthalita. Lalu Dio menarik Arthalitha ke dalam pelukkannya.

Revan yang masih setiap berdiri melihat drama yang baru saja terjadi hanya pasrah dengan keadaan. Dia yang merasa egois karna tidak bisa memiliki Arthalitha sepenuhnya, ternyata Arthalita juga merasa egois karna Arthalita membutuhkan dirinya juga membutuhkan Dio. Revan berfikir untuk menyudahi dirinya yang menjauhi Arthalita karna wanita itu sangat membutuhkan dirinya. Lagian Dio juga sudah mengakui kesalahannya yang juga merasa lebih egois, yang ingin memisahkan Arthalita dengan sahabat kesayanggannya [Revan].

Entahlah Revan hanya bisa tersenyum, dia senang karna Arthalitha juga memilih dirinya, tapi Dia juga sedih karna Arthalita menganggapnya hanya seorang sahabat.


Hola:)

Sorry bnyak typo

Kewajiban anda akan menyenagkan hati saya. Wkwkw :v

Lanjut...

Dreams And LongingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang