-8

22 3 1
                                    

Revan membawa Arthalita kembali ke mobil.

"Mau kemana Van?" Tanya Arthalita penasaran.
"Udah ikut aja!"

Revan menjalankan mobilnya menuju suatu tempat.

Mobil Revan berhenti di pinggir jalan tepat di depan penjual somay.
"Lo lapar kan?" Tanya Revan yang di angguki oleh Arthalita. "Mau somay nggak?" Tanya Revan lagi yang di balas anggukan dan sebuah senyuman di bibir Arthalita.

Revan turun dari mobil. Arthalita memperhatikan Revan dari balik kaca mobil, terlihat Revan yang tengah memesan somay kepada abang tukang somay brewokkan itu.
Revan kembali membawa sekantong kresek somay dan dua botol air minum.
Revan memacu kembali mobilnya membelah jalan raya yang tidak begitu ramai.

Revan memberhentikan mobilnya di depan sebuah bangunan pencakar langit. Ya, Arthalita sangat kenal bangunan ini. Bangunan bertingkat itu adalah perusahaan papanya Revan. Tapi Arthalita tidak tahu untuk apa Revan membawanya ke temoat ini, padahal dia tidak butuh pekerjaan dan tidak sedang melamar kerja. Arthalita menaatap Revan mendelik.

Revan memebukakan setbelit Arthalita lalu mereka keluar dari mobil. Revan menggenggan tangan mungil milik Arthalita lalu menariknya ke suatu tempat, tempat yang sangat tinggi, karna Revan mengajak Arthalita menggunakann lift dan Revan memncet angka yang sangat tinggi.
Ting...

Pintu lift terbuka. Arthlaita seketika terbeblalak melihat sesuatu yang tidak di bayangkannya.
"Wah, keren banget Van!"
Ucap Arthalita kagum. Revan membawa Arthalita ke rooftop, rooftop yang sudah revan gunakan sebagai tongkrongan penyendirinya, dan Arthalita adalah orang lain pertama yang di bawa revan kesini setelah papahnya, karna ini adalah kantor papanya, tentu dia sudah tau dan sering menemani Revan di tempat ini biasanya.
Rooftop ini sebelumnya kosong tak ada apa apanya, karna menurut Revan terlihat membosankan jika kosong begitu saja. Revan mendesain rooftop ini, dan sudah mencap nya sebagai basecampnya sendiri tapi entahlah tidak ada yang tahu kan jika nanti berubah jadi tempat dia dan Arthalita, apalagi sekarang Arthalita sudah tahu tempat ini.
Revan mendesain rooftop  kantor papanya dengan seadanya tapi tidak akan terlihat membosankan menurutnya. Hanya ada sebuah kursi sofa yang sedikit panjang kira-kita cukup di duduki oleh tiga orang, ada ranjang susun yang di hiasinya dengan lampu tumblr,  biasa di gunakannya untuk tiduran, ada kulkas rusak yang di gunakannya untuk menaruh makanan makanan ringan dan coca cola minuman kesukaannya, dan tak lupa ada Arthalita yang sekarang di sisinya.

Revan melepas genggamannya dari tangan Arthalita, lalu berlari menaiki ranjang susun yang paling atas. Dia duduk di situ, lalu tersenyum ke arah Arthalita.
"Athala! Sini duduk di sebelah gue!" Seru Revan tak lepas dari senyumanya seraya menepuk nepuk tempat di sebelahnya yang masih kosong.
Arthalita hanya tersenyum, Lalu berlari ikut naik dan duduk di sebelah Revan.
Mereka memposisikan tubuh mereka  ke arah luar supaya mata mereka bebas menyapu indahnya pemandangan kota di malam hari.
"Sumpah Van, keren banget!" Lagi-lagi Arthalita kagum.
"Emang" jawab Revan seadanya.

"Sejak kapan Lo bikin tempat ini?
Tanya Arthalita menatap Revan curiga.

'Sejak gue patah semangat buat ngejar Lo!' Batin Revan.
"Sejak kelas sepuluh" Balas Revan
"Kok gue baru tahu sih! Jahat banget!"
"Dih ngambek!, suka-suka gue lah"
"Oh, jadi ini yang namanya sahabat, main rahasia-rahasiaan. Gue mau pulang aja deh! Nggak usah sahabatan lagi" Ucap arthalita yang hendak ingin turun tapi di cegah oleh Revan
"Apaan dah, bukan saatnya bua ngambek ngambekkan. Besok aja baru ngambek!"
"Emang kenapa, kalau ngambek sekarang?".
"Lo kan lagi sama gue!"
"Jadi maksud lo, kalau gue lagi sama lo gue nggak bisa ngambek gitu?"
"Yaiyalah"
"Haiss..ngeselin!" Kesal Arthalita lalu menjambak rambut revan, sedang revan hanya bisa meringis kesakitan.
"Ah.. ah.. aduh.. sakit Athala!" Aduh revan, seraya mencegah tangan Arthalita yang menjambak rambutnya kuat.
"Biarin, biar lo nggak ngeselin lagi!" Tegas Arthalita tak peduli.
Karna sudah puas melampiaskan kekesalannya, Arthalita melepaskan tangannya lalu menetapa Revan sinis.
Sedang Revan hanya tertawa.

"Kenapa lo ketawa ha?"Tanya Arthalita menatap Revan tajam.
"Udah deh, nggak usah kahmya gitu! Lurusin tu muka, Jangan di tekuk! Lucu tau! Hahaha" Ejek Revan yang membuat wajah gadis itu menjadi datar, dingin dan tak ada senyuman.
Arthalita memperbaiki duduknya, melihat pemandangan kota di malam hari, dan tak mengeluarkan satuh kata pun dari mulutnya sejak satu menit yang lalu.
Revan yang menyadari itu, menjadi canggung sendiri, karna tidak biasanya seorang Arthalita mendiamkannya seperti ini.

"Athala, lo marah ya? Nggak sengaja tadi, emang beneran lo lucu kalau mukanya di tekuk" . Ujar Revan yang berniat meminta maaf malah mendapat pelototan dari Arthalita. "Eh, gue salah ngomong ya? Lo tetap cantik kok Athala! Jangan marah yaa! Maafin Revan yang tampan ini" Lanjut Revan meminta maaf. Sedangkan Arthalita menjauhkan dirinya dari Revan perlahan lahan. Revan yang sadar akan itu berusaha mendekati Arthalita lalu menggoyang-goyangkan lengan gadis itu meminta maaf.

"Maafin Revan yah?...maafin!" Ucap Revan menggoyang-goyangkan lengan Arthalita.
"Haiissh. Sakit tau!" Kesal arthalita mengehmpaskan tangan Revan dari lengannya, lalu mengelus lengannya yang sedikit sakit itu.
"Yaudah, makannya maafin gue!" Seru Revan kesal.
"Lo ngeselin tau nggak!" Maki Arthalita dengan suara yang bergetar ingin menangis. Revan juga sudah tak tahan, di diamkan oleh Arthalita, dia juga tidak ingin malam ini hancur hanya karna Arthalita yang kesal dengannya.

Revan yang mendengar suara Arthalita yang bergetar itu, langsung membuatnya mendekap Arthalita ke dalam pelukannya.

"Lo cengeng banget sih!" Ejek Revan.
Sedang Arthalita memberontak dalam pelukannya.
"Lo yang ngeselin! Lepasun gue!" Makinya dalam pelukan Revan.
"Iya, iya. Revan nggak ngeselin lagi! . Nih gue peluk Lo, lo nyaman kan?. Bilang aja iya! Biar nggak ribet!" Ucap Revan yang membuat Arthalita semakin kesal.

"Tuh kan, lo emang gitu! Awalnya aja bikin senang! Akhirannya bikin gue jatuh. Rasanya pengen nonjok lo sampe melayang" Kata Arthalita kesal yang membuat Revan tertawa lagi.
"Orang Revan nggak kayak gitu! Nih Revan beri kasih sayang dari Revan yang tampan ini" Ucap Revan lalu mengeratkan pelukannya pada Arthalita.

Arthalita sekarang hanya bisa diam termangu di dalam pelukkan hangat itu, hanya satu hal yang di rasakannya, yaitu jantunggnya yang berdetak hebat sekarang.
"Gue pengen selamanamya kayak gini sama lo!" Batin Arthalita.

Revan masih terus mendekap Arthalita, ingin memberikan segala kenyamanan yang dia punya untuk orang yang di cintainya. Revan menatap lekat ke arah langit yang di cahayai oleh ribuan bintang. Di tatapnya itu dengan penuh kagum.
"Malam ada bulan dan ribuan bintang yang memberikannya cahaya. Siang, ada matahari yang memberikan kehangantannya.
Aku? Aku harap kamu bisa mengisinya" Batin Revan, lalu dia menghembuskan nafasnya pelan.

Jgn bosan yah :). Maaf postnya lama....

Dreams And LongingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang