Author.
"Li, mau kemana?" Tanya Prilly saat melihat Ali tengah mengenakan jaket dan berlari menuruni tangga. Dan jangan lupakan wajahnya yang seperti menahan amarah.
"Li, aku takut sendirian." Ujar Prilly lagi.
"Lo tunggu dirumah, jangan bukain pintu kalo bukan gue. Inget." Perintah Ali sambil menatap mata Prilly.
"Tapi kamu mau kemana?" Prilly menarik tali jaket Ali yang bergelantungan itu.
"Gue ada urusan. Diem dirumah. Inget kata gue." Ali menepuk pelan puncak kepala Prilly, dan meraih kunci motor yang ada dibelakang Prilly.
Saat Ali mulai berjalan menuju pintu, Prilly tiba-tiba memeluk tubuhnya dari belakang. Kok berani ya si Prilly?
"Jangan berantem..." Lirih Prilly, membuat Ali membalikkan badannya. Membungkuk, mensejajarkan wajahnya dengan wajah Prilly.
"Enggak." Jawabnya tanpa ekspresi.
"Janji ya, Li?" Tanpa menjawab, Ali menarik kepala Prilly membawanya kedalam pelukannya.
"Iya." Jawab Ali sambil mengelus pelan rambut belakang Prilly.
"Udah. Kunci pintunya." Prilly mengangguk, dan mengikuti langkah Ali.
Usai melambaikan tangan pada Ali, Prilly lantas buru-buru menutup dan mengunci pintu rumahnya. Rasanya ia harus tetap waspada karena 'pria itu' datang kembali mengusik hidupnya.
Rasa kantuk mulai menyerang Prilly, yang akhirnya ia memutuskan untuk tidur dikamar Ali.
🔥
Di sisi lain.
Ali memutar gas motor hitamnya dengan kecepatan penuh. Gurat-gurat emosi tercetak jelas diwajahnya. Giginya saling gemertak.
Ali benci ketika gadisnya diganggu.
Ali benci ketika gadisnya disakiti.
Ali benci ketika gadisnya ketakutan.
Ali hanya ingin melindungi gadisnya. Itu saja.
Tak masalah jika nyawa yang akan menjadi taruhannya.Sampailah Ali didepan rumah super mewah dan megah yang ditutupi oleh gerbang yang menjulang tinggi.
Ali mematikan dan menjagang motornya didepan gerbang tinggi itu. Tak lama, seorang security datang menghampirinya.
"Maaf Den Ali, Tuan Bima sedang tidak ada dirumah." Pernyataan dari security itu membuat senyum sengit terbit dibibir Ali.
"Berani bohong sama gue?" Tanya Ali dengan tatapan matanya yang super tajam.
"Maaf Den. Saya gak bermaksud bohong." Security itu meminta maaf sambil sedikit membungkukkan badannya.
Tanpa diberitahu pun Ali tahu bahwa Bima ada didalam rumah itu. Tidak ada yang bisa berbohong pada dirinya.
Setelah itu, Ali melemparkan kunci motornya pada security itu. Lalu, masuk ke dalam gerbang yang terbuka sedikit itu. Namun, sedetik kemudian ia berbalik.
"Jangan ada yang masuk sampek gue keluar." Perintah Ali pada security yang hanya bisa mengangguk patuh.
🔥🔥
Terlihat seorang pria paruh baya sedang duduk dikursi kebesaran miliknya, dengan menikmati anggur merah digelas kecil yang ada ditangannya. Sambil sesekali menyedot asap rokok yang ada ditangan satunya.
Mendengar suara langkah kaki masuk ke dalam ruangan kerjanya, membuat ia mau tidak mau harus memutar kursinya menghadap ke depan. Dan alangkah terkejutnya, Ali datang dengan wajah yang seolah-olah akan membunuhnya hanya dengan tatapan matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Untouched Boyfriend [PENDING]
Fanfiction"Li, aku capek. Kamu selalu kayak gini, siapa yang mau diginiin terus? Aku mau putus ya?" Prilly berbicara sambil terus meremas kedua tangannya, gugup. Ali menoleh seketika mendengar ucapan gadis didepannya itu. Mereka tengah berada dirumah Prilly...