Pagi temans. Masih puasa, 'kan, yaa💃💃
Aku masuk pagi. Ney sekalian ditemenin Athena😁😁Athena merasa lelah luar biasa ketika penyanyi papan atas itu hampir mengakhiri konser. Tiga konser terakhir secara kebetulan ditangani oleh EO tempatnya bekerja. Badannya terasa penat, hidungnya tersumbat, dan napasnya sedikit sesak. Rasa syukur kembali dia panjatkan ketika kru artis itu tidak cerewet meminta fasilitas yang menyulitkan mengingat konser tersebut tidak diadakan di kota besar.
Dengar-dengar si penyanyi justru mengatakan kepada krunya supaya tidak cerewet masalah fasilitas. Di antara seluruh artis yang pernah dia tangani, Athena berharap semoga selalu bekerja dengan yang ini. Benar-benar mengerti situasi dan bisa bekerja sama dengan baik.
"Mbak Athena tolong bodyguard-nya ditambah." Deni, manajer penyanyi itu meminta dengan suara kalem.
"Oke, Mas," sahut Athena seraya menatap beberapa orang yang sudah siap di bawah panggung.
Saat Awan, penyanyi terkenal itu melambaikan tangan pada penggemarnya diiringi gemuruh sorak, Athena melirik para bodyguard sekali lagi. Diamatinya gerak-gerik Awan menuruni panggung di mana pria itu langsung meraih bahu istrinya dan membawanya keluar area panggung diiringi delapan orang berbadan besar yang mengamankan jalannya. Saat artis lain sibuk meminta fasilitas terbaik yang terkadang sampai tidak masuk akal, Awan hanya minta tambahan pengawal untuk mengamankan jalannya bersama sang istri.
Athena menghela napas lega. Akhirnya dia bisa tidur nyenyak malam ini. Pekerjaannya berakhir dengan sukses dan kru artis menyatakan kepuasan atas terselenggaranya konser itu. Athena hanya mengangguk dan bergegas menuju hotel. Dia harus pulang ke Malang sesegera mungkin. Badannya benar-benar lelah dan rasanya sudah seperti remuk.
***
Athena membuka mata dan melirik jam dari ponselnya. Pukul tiga lebih sepuluh. Dia segera mencari kontak dokternya untuk menanyakan di mana praktik hari itu. Kepala Athena benar-benar terasa sakit dan sebisa mungkin dia bertahan. Jarinya menggulir layar ponsel dan mencari kontak si dokter cinta.
Apa yang dilihat Athena kemudian membuat matanya membola. Gambar Raphael bersama seorang perempuan dan bayi dalam gendongan dijadikan sebagai foto profil. Apa itu, pikir Athena. Dia tidak menyangka kalau telah jatuh cinta pada suami orang. Benar-benar memalukan. Meskipun dia bekerja dengan banyak orang terkenal yang tentu saja rawan dengan perselingkuhan, tetapi tidak sekalipun Athena berniat untuk menjalin hubungan dengan pasangan orang lain.
Athena batuk beberapa kali. Kali ini dia tidak akan pergi berobat. Jika yang sudah-sudah, Athena selalu menghubungi dokternya, maka tidak untuk saat ini. Athena bahkan pernah merasa istimewa ketika dia sedang muntah sepanjang waktu dan Raphael memintanya datang ke kediaman pribadinya yang ternyata juga membuka praktik.
Hal yang istimewa adalah ketika Athena mual dan kembali muntah setelah diperiksa. Raphael sendiri yang mengantarkan Athena ke kamar mandi untuk melegakan perutnya lalu mengatakan jika setelah minum obat muntahnya tidak berhenti, maka Athena harus menghubunginya meskipun itu tengah malam. Athena benar-benar menghubunginya. Diantar salah seorang teman, Athena masih terus memuntahkan isi perutnya. Hingga masuk IGD pun Athena masih seperti itu. Setelah sedikit mereda, Raphael langsung membantu Athena untuk naik ke brankar yang sudah disiapkan untuk posisi bersandar. Dengan cekatan perawat Raphael memasang infus di tangan kiri Athena. Pria itu sendiri yang menyuntikkan obat pertama melalui infus dan membuat Athena mengantuk. Malam itu istirahatlah dia di sana sebagai pasien pribadi Raphael.
Mata Athena terbuka oleh suara pesan yang masuk. Athena meraih ponselnya dan membuka pesan lalu berbaring telentang. Satu tangannya menutup mata sementara tangan yang lain masih memegang ponsel. Omnya mengirim pesan di saat yang tepat. Walaupun Athena merasa tidak enak badan, tetapi dia pasti akan pergi ke rumah Daniel seperti keinginan beliau.
"Kamu sudah terlalu lama tidak datang ke rumah, Athena. Om tidak suka hal ini."
Begitu isi pesan Daniel yang membuat Athena tersenyum. Athena adalah gadis yatim piatu. Berbadan segar, tetapi modis dan selalu mengutamakan pekerjaan. Kedua orang tuanya meninggal dalam kecelakaan dua tahun lalu ketika Athena baru saja lulus sekolah menengah. Tidak seperti sepupunya yang memang ingin menjadi seorang dokter, Athena tidak bersemangat untuk belajar setelah kehilangan orang tua.
Athena bangun walaupun masih merasa sakit. Dia berpikir bahwa datang ke rumah Daniel adalah langkah tepat. Pria baik itu sudah seperti ayah baginya. Beliau pun juga tidak membedakan antara Athena dan sepupunya. Itulah yang membuat Athena masih terus bersyukur karena ketiadaan orang tua menjadi terisi dengan keberadaan Daniel dan Ratih, istrinya.
"Aku mau kuliah, Om. Psikologi," kata Athena satu jam kemudian di rumah Daniel.
Daniel membatalkan niatnya yang hendak meneguk kopi. "Kau serius, Athena?" tanyanya tak percaya.
"Ya, Om. Aku serius."
"Baiklah. Pilihlah universitas mana pun yang kau suka. Om akan urus segala sesuatunya."
"Baik, Om."
"Istirahatlah dulu, Athena. Kesehatanmu sedang tidak baik. Lagipula, keluarlah dari pekerjaanmu. Sudah cukup kau bermain-main selama dua tahun ini. Kau tentu tahu kalau bagi Om ... baik kau maupun Aegea itu sama saja."
"Iya, Om. Aku ngerti."
"Ya sudah. Masuk sana!" pinta Daniel akhirnya. "Jangan sampai berubah pikiran. Om harap kau serius dengan keinginan kuliah itu."
"Aku serius, Om. Iya aku akan beristirahat."
Keputusan yang diambil Athena karena rasa patah hatinya harus benar-benar dipertanggungjawabkan. Dia menyambut niat baik Daniel untuk memulai kuliah. Athena harus menata masa depan seperti yang dia yakini bahwa orang tuanya juga menginginkan hal ini. Tidak ada ruang untuk meratapi cinta pertamanya yang kandas. Athena berniat tidak akan berlarut-larut dalam luka mendalam akibat cinta yang tak tersampaikan.
"Hmm," gumam Daniel, "kenapa kau tidak pergi ke dokter saja? Batukmu itu terdengar sangat mengerikan."
"Aku tidak perlu ke dokter, Om. Hanya perlu istirahat dan semuanya akan baik-baik saja," elak Athena.
"Terserah kalau itu maumu. Om rasa kau harus minta obat tradisional pada Tantemu di dapur."
"Iya, Om."
Athena meninggalkan Daniel di ruang tengah. Langkahnya mantap menuju dapur untuk menemui Ratih, tantenya, yang selalu membuat aneka camilan untuk keluarga. Wanita ramah itu langsung memeluk Athena saat Athena berdiri di sampingnya. Beberapa kali Athena batuk yang langsung membuat dahi Ratih berkerut.
"Dasar anak nakal!" Ratih menjewer telinga Athena dan mendudukkannya di salah satu kursi.
Athena meringis. "Apa salahku, Tante?"
"Masih berani kamu tanya apa salahmu? Tentu saja karena kamu jarang pulang dan sekalinya pulang malah batuk-natuk parah begitu."
"Tante takut ketularan?"
Athena mendapat sentilan di dahi setelah mengucapkan pertanyaan dengan nada bercanda. Dia tahu kalau tantenya terlalu menyayanginya. Bagaimanapun, pulang bekerja dalam keadaan sakit tentu mengkhawatirkan. Yang bisa dilakukan Athena kemudian hanyalah melihat gerak-gerik Ratih.
"Nih diminum!" Ratih meletakkan segelas wedang jahe panas di depan Athena.
"Diminum, Tan?"
"Tidak," sahut Ratih jengkel. "Buat mandi."
Athena tergelak. Selalu ada bahan candaan untuk membuat suasana di antara mereka menghangat. Athena meneguk jahe panas itu pelan-pelan dan seketika tenggorokannya merasa baik. Sejujurnya dia memang butuh itu di saat pergi ke dokter bukanlah hal yang akan dilakukannya.
Memang nggak enak nyukain suami orang tuh. Ye khaaan😁😁
Love, Rain❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Rhapsody
RomanceDemi mendapatkan kembali cintanya, Raphael rela menjadi pasien Athena yang kini sudah menjadi seorang psikolog. Mengambil risiko orang lain akan menganggapnya stres, bahkan gila. Athena menerima Raphael secara profesional meski akhirnya pria itu men...