Part 8: Pilihan

15 6 2
                                    

Untuk saat ini Kinara tidak ingin membicarakan tentang Radipta kepada ketiga sahabatnya. Setelah ia berhasil membuat Radipta mampu membuka dirinya untuk orang lain baru ia akan membicarakannya. Sekarang saja ia masih bingung, bagaimana caranya agar ia dapat dekat dengan Radipta. Baru saja bertemu, Radipta sudah melayangkan tatapan tidak bersahabat kepadanya. Namun, bukan berarti perjuangan Kinara sampai disini saja. Justru itu membuatnya merasa tertantang. Bukan Kinara namanya kalau ia mudah menyerah.

Tak terasa ia sudah sampai ke tempat parkiran. Karena masih ada misi yang harus diselesaikan maka Kinara tidak akan meninggalkan sekolah sebelum orang yang ia maksud pulang.

"Ok Kinara, sekarang yang harus lo lakukan adalah menunggu sampai dia pulang. Gue yakin dia pasti pulangnya ketika orang lain udah pada gak ada. Ok semangat Kinara!" Katanya sambil mengepalkan tanggannya keatas memberi semangat pada diri sendiri.

Ketika asik menunggu tiba-tiba sepasang sepatu berhenti didepannya, ia pun mendongakkan kepalanya dan mendapati ternyata orang tersebut adalah Adelard.

"Mau apa lo?" Tanya Kinara tanpa menatap Adelard yang ada didepannya.

"Gue disini Kinara, lo bisa lihat gue gak sih."

"Apaan sih lo ngalangin pemandangan gue." Kata Kinara ketus.

"Gue mau nagih janji."

"Janji. Janji apaan?" Tanya Kinara bingung, perasaan ia tidak pernah mempunyai janji dengan cowok didepannya ini.

Namun bukannya menjawab Adelard malah menengadahkan tangannya kedepan wajah Kinara seolah meminta sesuatu, hingga membuat Kinara memundurkan wajahnya.

"Apaan sih lo gaje. Lo mau minta uang, maaf hari ini uang gue pas-pasan cuma bisa buat gue pulang naek angkot. Jadi, minggir-minggir." Ucap Kinara sambil menepis tangan Adelard.

"Lo lupa apa amnesia sih?" Tanya Adelard jengah.

"Enggak, gue geger otak. Makanya minggir jangan ngalangin pemandangan gue, bisa?"

Adelard pun menghela nafas, ternyata Kinara belum berubah masih sama seperti dulu pelupa.

"Pantesan jaket gue belum dibalikin ternyata lo geger otak ya."

"Tunggu, jaket..." Kinara pun berpikir sejenak.

"Oh iya gue lupa, maaf." Ucap Kinara memelas.

"Tapi tenang aja jaket lo ud-dah g-gue cuci kok."

"Udah dicuci darimana Kinara jaketnya aja masih di gantung di kamar. Bisa gawat nih kalau Adelard tahu."

"Kalau gitu siniin jaketnya."

"I-ittu....jaketnya belum kering ya jaketnya belum kering, kan baru aja gue cuci tadi pagi tuh jadi jaket lo masih ada di jemuran." Alibi Kinara.

"Ok berarti lo harus tanggung jawab."

"What, tanggung jawab apaan,cuma karena gue gak bawa jaket lo sekarang, gue harus tanggung jawab gitu?" Tanya Kinara jengkel.

"Ya iya lah, lo lihat nih kulit gue merah-merah gara-gara gak pake jaket hari ini. Lo tahu kan cuaca tadi pagi dingin. Kulit gue itu sensitif, kalau kedinginan pasti langsung merah-merah. Nih lihat nih." Kata Adelard sambil memperlihatkan kulit tangannya yang nampak kemerahan.

Kinara pun melihat tangan Adelard dan ia pun meringis melihat betapa merahnya tangan Adelard.

"Terus gue harus ngapain?"

"Ya lo anterin gue ke apotek sekarang."

"Lo kan bisa sendiri. Enggak, gue gak mau hari ini gue sibuk." Tolak Kinara.

Who's your name? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang