Sembilan

36 4 10
                                    

  "Al" sapa Mercy sambil duduk di depan bangku Alvaro dan menghadap belakang.

Alvaro hanya menjawabnya dengan bergumam.

"Pulang sekolah gue boleh bareng lo ga?" tanyanya sambil melihat Alvaro yang sibuk memainkan ponselnya, main game lebih tepatnya.

"Gue bareng Abell" balasnya dengan raut wajah yang tidak berubah.

"Kenapa si selalu dia, gue yang udah lama suka sama lo tapi ga pernah sama sekali lo lirik Al"

"Bukan urusan lo"

"Gue cuma pengen pulang bareng sama lo sekali aja"

"Ga ya engga." geram Alvaro lalu mematikan ponselnya, berdiri lalu berjalan ke suatu tempat yang membuatnya tenang.

"Gue bakalan bikin Abell ga tenang" teriak Mercy yang di dengar oleh Alvaro yang masih di dekat pintu dan membuat Alvaro langsung memutar tubuhnya.

"Dengan cara lo begitu, gue semakin deket sama dia! Biar dia terlindungi dari setan kaya lo" jelas Alvaro dan langsung pergi ke tempat andalannya, rooftop.

***

"Abell sama Revan bisa tolong ibu ga?" ucap bu Mae dari depan sambil menata bukunya di atas meja guru.

"Kenapa harus gue sama Revan ya Ra?" tanya Abell sambil berbisik ke Yura yang ada di sebelahnya.

"Ga tau, udah sana Bell"

Abell lalu berdiri dan maju ke depan kelas bersama Revan di belakangnya.

"Ada apa bu?" tanya Revan kepada bu Mae.

"Tolong taruh buku ibu di meja ibu, trus baliknya ambil journal di ruang bk"

"Siap bu" balas Abell lalu mengambil sebagian dari tumpukan buku itu, sama halnya dengan yang Revan lakukan.

Mereka berjalan dengan rasa canggung, namun Abell berusaha mencairkan suasana.

"Van"

"Ya"

"Pulang main basket dulu yu, udah lama engga main bareng" jujur, Abell sangat takut untuk mengucapkan kalimat itu tapi Abell tidak ingin terlalu lama berdiam-diaman dengan Revan.

Walaupun mereka sejak lama tidak pernah memiliki hubungan, tapi Abell memang dekat dengan Revan dan banyak orang yang mengira mereka berhubungan.

"Gue sibuk Bell" balas Revan tanpa melihat wajah Abell.

"Jangan diemin gue gini Van, plis ini sebagai ucapan maaf gue"

"Hmm"

"Plis yaaaa, maaf" ucap Abell yang sudah berada di depan Revan seperti menghadang, dengan menampilkan wajah memohon.

Lantas Revan langsung mencubit halus hidung Abell.

"Gue ga bisa marah sama lo" ucap Revan dengan senyumannya.

"Ini baru Revan hehe" balas Abell lalu lanjut berjalan beriringan dengan Revan.

"Gue ga akan maksa lo buat suka sama gue Bell, lo bahagia gue juga bahagia" ucap Revan menghadap Abell yang sedikit menjulang ke bawah karena tinggi mereka yang lumayan berbeda.

Abell membalasnya dengan senyuman, menghadap Revan dengan kepala agak mendongak.

"Tinggi bangat si"

"Lo yang kependekan haha" ledek Revan dengan tawanya yang membuat Abell juga ikut tertawa.

"Tapi gue lucu"

"Engga"

"Lo pernah bilang Van" ucap Abell sambil melihat wajah Revan yang masih sibuk melihat jalan di depannya.

About You [HIATUS SEMENTARA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang