Waktu sudah menunjukan pukul sembilan malam, waktunya kedai makanan jepang yang telah ku rintis hampir lima tahun bersama dengan sahabat ku Daniel ini tutup.
Terlihat Daniel sedang merapikan rambutnya, dia bilang malam ini dia ada kencan dengan teman baru nya yang baru ia kenal dari aplikasi kencan online. Daniel lebih dulu pamit karena katanya dia tidak mau teman kencan nya itu lama menunggu, sedangkan aku masih berdiri didepan gerai kami ini. Sebenarnya ia tadi menawariku untuk mengantarku terlebih dahulu tapi aku menolak, aku tidak mau merepotkanya kali ini.
Sejenak aku tersenyum kepada pantulan diriku didepan jendela kedai yang memperlihatkan kedai yang gelap dari luar.
Kedai makanan jepang ini merupakan sejarah untuk ku. Banyak sekali cerita didalamnya. Dari yang hanya aku, Daniel, dan dua karyawan kini kami sudah memiliki enam karyawan.
Letak nya tidak jauh dari pusat Kota New York, kebetulan tidak jauh pula dari flat milikku. Kedai makanan jepang ini baru saja mengalami renovasi karena baru saja diperluas. Daniel baru saja membeli bangunan sebelahnya yang sebelumnya adalah sebuah toko barang antik yang terpaksa ditutup karena penyewa sebelumnya tidak mampu membayar sewa. Dari sejak lama Daniel ingin sekali membeli bangunan sebelahnya itu untuk memperluas Kedai makanan jepang kami ini, dan sekarang keinginanya terwujud.
Sudah hampir dua minggu dari sejak kedai makanan jepang kami kembali di buka setelah baru saja mengalami renovasi, kedai kami kembali di penuhi pelanggan. Kebanyakan dari mereka adalah para pelanggan setia. Tak hayal, saat pembukaan kembali kedai kami banyak sekali karangan bunga datang menghiasi wajah kedai sebagai ucapan selamat datang dari para pelanggan setia kami yang sangat senang hati menyambut pembukaan kembali kedai makanan jepang kami ini.
Handphone ku bergetar dari dalam saku celana. Aku menatap layar yang menunjukan nama seseorang yang berarti dalam hidupku.
"Hallo, Naomi. Maaf membuatmu menunggu, aku akan segera pulang. Aku baru saja menutup gerai."
"Syukurlah, aku khawatir, aku pikir kau pergi dan lupa mengabariku. Aiden dari tadi memintaku untuk menghubungimu, dia bilang dia rindu Ibu nya. Daritadi dia menangis, dan baru saja terlelap." Balas Naomi dari seberang sana.
Dengan hanya mendengar nama itu cukup membuat hati ku menghangat.
"My babyboy... baiklah, aku akan segera pulang. Sekali lagi maaf telah membuat kalian berdua menunggu."
"Hey, tidak perlu meminta maaf, Sist. Kami baik-baik saja. Kalau begitu kami menunggu mu pulang."
"Tentu, Sampai jumpa!" Balasku.
"Sampai jumpa!" Telepon pun berakhir dan akupun segera meninggalkan tempat.
••••••
Setelah menjemput Aiden dan membawanya pulang ke Flat, aku segera membaringkan nya di tempat tidur nya. Saat tadi aku sampai di tempat Naomi rupanya Aiden telah terlelap setelah menangis menanti ku. Naomi sempat menawariku untuk menginap di Apartement nya itu tapi aku menolak nya karena besok Aiden sudah mulai bersekolah.
Setelah mengecup kening Aiden, aku segera mematikan lampu kamar nya dan keluar menuju kamar ku. Membersihkan diri lalu bersiap tidur.
Aku sama tak sabar nya dengan Aiden, menanti hari esok dimana Aiden akhirnya bersekolah. Aku harus bangun jauh lebih awal untuk mempersiapkan segalanya.
Aku pun terlelap.
•••••
Aku pun bangun lebih awal dari biasanya, karena aku harus menyiapkan baju, sarapan, perlengkapan sekolah, dan bekal makan siang untuk Aiden.
Aku sedang menyiapkan Egg Mayo Sandwich kesukaan Aiden dan tidak lupa potongan buah-buahan segar. Lalu memasukkan bekal nya kedalam tas sekolah.
Setelah itu aku masuk ke kamar Aiden, setelah sebelumnya aku selesai memandikan Aiden aku memintanya untuk memakai baju seragam nya sendiri. Aku hanya membantu merapikan beberapa bagianya dan membantunya memakaikan sepatu. Aku sudah mengajarkan Aiden untuk belajar memakai baju nya sendiri.
"Mommy, Aku sudah siap!" Ucap Aiden dengan penuh semangat.
"Wahh... anak laki-laki Mommy rupanya sudah siap dan bersemangat. Baiklah kalau begitu ayok kita sarapan lalu berangkat sekolah."
"Yes, Mommy!!" Sambut nya dengan penuh semangat, sambil berlari keluar kamar bergaya layaknya superhero jagoanya membuatku menggelengkan kepala karena kelakuan menggemaskan nya itu.
Aku sudah menyiapkan sarapan untuk Aiden yaitu waffle dengan simple syrup dan taburan choco chip kesukaanya tak lupa segelas susu.
"Sarapanya sudah siap." Aku membawakanya ke meja makan.
"Terima kasih, Mommy!"
"Iya, sayang. Habiskan sarapan mu ya, karena ingat mulai hari ini Aiden sudah bersekolah jadi butuh candangan energi yang banyak." Aku mengusap puncak kepala nya. Aiden hanya mengangguk menatap ku lalu mulai menyantap sarapanya itu.
Saat Aiden sudah selesai sarapan, aku dan Aiden segera meninggalkan flat dan menuju taksi online yang telah ku pesan tadi. Kami pun segera berangkat.
•••••
Setelah sampai dan membayar taksi, aku pun segera mengantarkan Aiden sampai ke pelataran sekolah.
Aku setengah berlutut menyamakan tinggi ku dengan Aiden, mengusap sisi wajah nya, lalu menatap lekat mata almond nya yang berwarna biru langit itu. Mengingatkan aku dengan seseorang di masa lalu. Seseorang yang sudah bertahun- tahun berusaha aku lupakan. Sayangnya wajah anakku ini terlalu mirip dengan figur orang itu. Membuatku makin susah untuk melupakan.
"Mommy... kenapa mommy menangis?" Tanya Aiden yang langsung memelukku erat.
Aku merasakan pipi ku yang basah. Rupanya tanpa sadar aku telah menangis. Segera ku seka air mata ku, melepaskan pelukan Aiden.
"Tidak sayang, mommy hanya terharu karena akhirnya anak satu- satu nya mommy ini masuk sekolah." Jawabku sambil menangkup kedua pipi nya yang gembul itu.
Aiden menatap ku curiga tapi perlahan ia mulai kembali tersenyum.
"Bernarkah?"
Aku mengangguk sungguh- sungguh. Aiden kembali memelukku.
"Aiden tidak mau melihat mommy menangis lagi. Aiden berjanji akan melindungi mommy dari orang- orang jahat."
Aku tertawa sambil membalas pelukanya. "Iya, sayang. Mommy juga akan selalu melindungi Aiden." Balasku sambil mengusap punggungnya. "Baiklah ayok, hari pertamu akan segera dimulai, sayang."
Aiden melepaskan pelukanya. Aku berdiri menuntunya. "Aiden, selalu ingat pesan Mommy, jangan mau diajak bicara atau diajak pergi kemanapun oleh orang yang tidak dikenal. Aiden jangan kemana- mana sebelum Mommy jemput. Janji?" Aku menunjukan jari manis ku.
Aiden mengangguk lalu menautkan jari manis nya dengan milikku.
"Janji, Mommy."
"Yasudah, ayok gurumu sudah menunggu mu disana." Dari jauh guru nya sudah melambaikan tangan kearah kami. Aiden terakhir memelukku lalu berlari menuju guru nya. Aku melihat nya berlari dan berjalan masuk kedalam gerbang sekolah bersama guru baru nya itu. Sejenak aku menghela nafas lalu meninggalkan pelataran sekolah dan pergi menuju gerai.
KAMU SEDANG MEMBACA
One love for the last
RomanceXavier Guido adalah seorang pengusaha muda terkenal di Italia. Salah satu pewaris kekayaan dari keluarga Guido dan penerus perusahaan besar Guido Company sebagai CEO. Setelah ia meninggalkan Amerika enam tahun yang lalu, kini ia kembali untuk menem...